=
"Kak Mia…." Fira melihat Mia terbatuk tanpa henti dan berkata, "Berita apa yang bisa sampai membuatmu kaget seperti itu?" Dia sudah mencondongkan tubuh ke layar komputer. "Berita ini telah ditayangkan selama dua hari, apakah masih relevan?"
"Argh—" Mia tersedak air. Melihat foto punggung Petra dan memikirkan kata-katanya pagi itu, dia tiba-tiba merasa bahwa pria itu terlalu pintar.
Fira menopang dagu di tangannya, dan berkata dengan nada bergosip, "Kak Mia… kamu tidak tahu seberapa heboh berita lanjutannya. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka melihatnya di rumah sakit hari itu, dan wanita yang bersama Petra pergi ke bagian ortopedi."
Napas Mia baru menjadi lebih tenang.
Mata Fira tiba-tiba berkilat. "Saat ini, semua orang sedang heboh membicarakannya. Wanita itu dikatakan sedang mencari perawatan medis, dan dikirim ke dokter yang bersangkutan, dan setelah sekian lama diperiksa, ternyata dia hanya terkilir kakinya."
Mia merasa agak bingung.
"Hah?" Fira tiba-tiba terkesiap, dan perlahan menoleh untuk melihat Mia dengan tatapan misterius di wajahnya. "Kak Mia, kamu…. Sepertinya kakimu terkilir…."
"Pfft—" Seteguk air yang baru saja diminumnya muncrat sebelum dapat ditelan. Mia bersumpah bahwa meskipun dia mati kehausan hari ini, dia tidak akan minum air lagi.
"Jangan bilang…." Ketika Fira melihat Mia tersedak lagi, dia mencoba untuk menenangkannya dengan sedikit bercanda, "Kak Mia, lihat, kakimu terkilir, dan wanita itu juga. Yah, tidak berlebihan 'kan, kalau mau mengkhayalkannya? Kenapa Kakak semangat sekali?"
Mia melirik ke arah Fira dengan kesal dan merasa bahwa jika dia terus berdebat dengan gadis ini, dia akan kehilangan setengah dari sisa usianya. "Kamu bantu aku bawakan ini ke Kak Susi…." Dia mengeluarkan gambar desain untuk dekorasi sebuah rumah liburan dari tasnya dan berkata, "Terima kasih."
Fira memandang Mia sambil tersenyum, tapi tidak melanjutkan candaannya, hanya mengangguk dan mengambilnya. Sebenarnya, jika dia cukup berhati-hati, dia pasti bisa ingat bahwa Mia mengenakan rok itu di suatu hari minggu lalu.
Namun, Mia merasa bahwa dia tidak akan pernah memakai rok itu lagi di masa depan, hanya untuk mencegah dirinya agar tidak ketahuan!
Mia melihat ke layar komputer lagi…. Dia menekan foto di artikel itu untuk diperbesar. Jarak antara keduanya agak jauh. Sesuai dengan karakteristik foto wartawan; tidak mungkin mereka mengambil foto dalam interval yang lebih pendek.
Mia bukan orang bodoh. Justru sebaliknya, dia sangat pintar!
Petra melihat bahwa dia mencium seorang pria malam sebelumnya, tidak peduli itu terpaksa atau dengan sengaja. Keesokan harinya, dia pergi ke rumah sakit dan mengingatkannya secara spesifik untuk menghindari wartawan, tetapi bagaimana akhirnya?
Mia agak marah. Artikel ini menunjukkan bahwa Petra sengaja….
Namun, setelah dipikirkan lagi, apa haknya untuk marah? Terus terang saja, pernikahan dia dan Petra adalah kawin kontrak, dan dia adalah orang biasa.
Petra dapat menyebarkan skandal itu, tapi dia tidak bisa…. Oh, tidak, dia tidak menyebarkannya. Tapi dia sudah mencium pria lain tepat di depannya, dan pria yang diciumnya itu adalah keponakannya sendiri!
Mia mengerutkan bibirnya dan menutup halaman berita itu, lalu mengambil rancangan desain pertama dari aula konser untuk dipindai dan mengirimkannya ke Julian…. Jika menurutnya rancangan itu baik-baik saja, dia akan terus mencoba memperbaikinya.
Ketika Julian sudah membalas, hari sudah hampir siang. Dia melihat bahwa Julian berkata desainnya orisinil, dan Mia tersenyum…. Tidak ada orang yang tidak suka dipuji.
"Mia, Pak Tahir memintaku untuk bertanya apakah firma hukum Wira sudah menghubungimu?" tanya Susi, asisten kantor departemen desain.
Mia merasa pusing, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa kabur begitu saja…. Untungnya, dia sudah tidak sengaja bertemu dengannya pada Jumat malam, jadi sekarang dia tidak perlu khawatir kalau ingin berencana untuk bertemu lagi.
Hanya saja, Mia sebenarnya tidak ingin bertemu lagi dengan Wira.
Susi berjalan mendekat. "Pak Tahir berkata bahwa jika proyek dengan Subagyo mendapat kabar bagus, proyek dengan Pak Wira akan diberikan Andini sebagai perancang dulu."
Mia berkata dengan sedikit termenung, "Bagus…."
Mia hanya tidak menyangka bahwa Wira, yang sangat lembut secara pribadi, akan sangat sulit untuk ditangani ketika sudah menyerahkan proyek desainnya kepada Berlian.
Andini terus mengalami kekecewaan selama dua hari berturut-turut, rasanya dia bisa jantungan karenanya.
"Maaf, kami sudah akan…." Aryo memberi isyarat, yang berarti hampir tutup, dan memberi isyarat pada Andini untuk pergi.
Andini memandang pria itu beserta entah apa yang dituliskannya di atas meja, lalu mengerucutkan bibirnya. "Pak Wira, kami harus selalu mendengarkan ide Anda terlebih dahulu, agar perancang kami dapat mengerjakannya dengan lebih baik. Anda mau…."
Wira tidak mendongak, hanya membolak-balik kertas itu.
Aryo kembali menatap temannya, diam-diam menghela napas, dan tak dapat menahan diri untuk berkata, "Anda bukan perancang utama dalam proyek ini. Pak Wira hanya merasa lebih baik berbicara dengan perancang utamanya…." Setelah jeda sebentar, dia mungkin ingin meredakan suasana. Dengan setengah bercanda, dia berkata, "Saya tidak bermaksud pribadi."
Andini pergi dengan merasa frustrasi, dan dia tiba-tiba menyadari mengapa banyak orang tidak suka berbicara dengan pengacara…. Mereka selalu bicara dalam bahasa baku. Mereka dapat mengubah bahasa yang dipaksakan menjadi seolah tak bersalah dan meninggalkan kita dengan pernyataan baru yang tidak bisa dibantah.
"Kau mau bagaimana?" Aryo menuangkan segelas air dan meletakkannya di depan Wira.
Mata Wira sedikit menyipit, bibirnya melengkung dingin. "Tunggu dia datang…."
Aryo menghela napas pelan, tidak tahu bagaimana lagi harus berbicara dengan sahabatnya itu. "Bagaimana kalau dia tidak akan datang? Kalau dia ingin menghindarimu, dia tidak harus mengambil proyek desain firma hukum kita."
Faktanya, terkadang tidak baik kalau kita tidak percaya pada takdir. Aryo tidak menyangka bahwa Mia akan melakukan kecurangan. Setelah mendengarnya, Wira bersikeras untuk menyerahkan desain tersebut kepada Berlian, dan bahkan menentukan perancangnya, Mia.
"Kita punya kontrak dengan Berlian. Kalau Berlian mengira bahwa menolak proyek ini dapat memenangkan gugatan saya…" Wira berkata dengan tenang dan pelan, lalu meletakkan cangkir tehnya dan berkata, "Aku mau pergi dulu."
"Aku ikut denganmu…." Aryo tahu bahwa Wira tidak ingin melanjutkan topik ini, jadi dia bangkit dan ikut pergi.
Faktanya, Wira sangat gigih, tapi Mia sangat acuh tak acuh, jadi dia ingin membujuknya untuk mengalah. Tapi dalam masalah percintaan, siapapun yang terjebak di dalamnya ditakdirkan bernasib sial.
Di Restoran Maison de Wang, Mia berjanji untuk makan malam dengan Eri. Dia sangat perlu berusaha untuk menyingkirkan efek Wira…. Jika tidak, yah, dia pun tidak mau menyakiti orang lain dan dirinya sendiri.
"Menurutku kebijakan baru itu tidak sia-sia." Eri memberi Mia ikan kukus favoritnya. "Mendengar kata Aryo, Wira tidak pernah melupakanmu…. Dan dia kembali setengah tahun lebih cepat karena kamu!"
Mia sakit kepala. Dia sudah merasa kacau sejak pertama kali bertemu dengan Wira. Jika ini terus berlanjut, dia tidak tahu apa yang akan terjadi... Yang paling penting adalah, Petra adalah paman yang selalu dikagumi oleh orang itu.
Akankah dia menyebabkan ketidakharmonisan di dalam rumah tangga mereka karena Wira?
Meskipun Mia merasa bahwa dia tidak memiliki kemampuan yang hebat, dia dapat mengambil tindakan pencegahan sebelum terjadi, bukan?
Sebagian besar drama TV menunjukkan kisah cinta berubah menjadi benci, dan kemudian saudara jadi saling bertengkar satu sama lain. Dia tidak menyangka drama itu bisa terjadi, tetapi itulah kenyataannya.... Dia tidak memiliki cara untuk menghadapi suami dan keponakannya itu pada saat yang bersamaan.
"Ri, apakah tidak ada cara lain?" Mia hampir pingsan. "Aku tidak ingin terjebak di antara mereka berdua."
Eri meletakkan sumpitnya, lalu mengambil serbet di sampingnya dan menyeka mulutnya dan meneguk airnya dengan perlahan. "Dalam situasi sepertimu, di dunia hukum… keadaannya hanya akan semakin merepotkan. Kalau ingin membuatnya menyerah, maka kita harus membiusnya dengan kuat!"
"Bius apa?" mata Mia berbinar penuh harap.
Sudut mulut Eri melengkungkan senyum profesional. Senyumnya tampak cerdas, dengan sedikit kesan dingin. Dia berkata perlahan, "Sederhana saja. Kamu dan Petra undang keponakannya untuk makan malam… untuk mengungkapkan semuanya!"
Ketika Eri selesai bicara, seketika, wajah Mia menggelap….