Gadis baru saja hendak memejamkan mata saat Hans meneleponnya. Ia menatap Xabiru yang berbaring di sampingnya.
"Angkat saja, Sayang. Siapa tau penting."
Gadis pun mengangguk dan mengaktifkan loud speaker supaya Xabiru bisa ikut mendengarkan.
"Gadis, maaf ayah mengganggu malam-malam. Sevia mendadak kumat, dan ayah tidak tau apa yang harus ayah lakukan. Mau menelepon om Faizal ayah merasa tidak enak. Bukankah kau dan Mayleen sering menemaninya berobat?"
Suara Hans terdengar sangat khawatir, Gadis menghela napas panjang. Ke mana Mahendra? Bukankah seharusnya ia menemani sang isteri?
"Apa om Faizal memberikan obat-obatan milik Sevia, Ayah? Ke mana mas Hendra?"
Terdengar helaan napas di seberang sana.
"Iya, ada obatnya. Tapi, ayah tidak tau yang mana yang harus diberikan. Hendra tadi pergi entah ke mana. Katanya hanya sebentar mencari angin tapi sampai sekarang belum juga kembali. Kakakmu itu benar-benar menguji kesabaranku."