“Apa yang kau katakan tadi?” Ulang Aditi seraya mendorong dada Krish agar pelukan mereka terurai.
“Tidak ada.” Balas Krish.
“Bohong!”
“Tidak!”
“Samar-samar aku mendengar kau menyebut nama Vidwan tadi.” Aditi sangat yakin pendengarannya tidak salah.
"Kau salah dengar. Aku tidak mengatakan apa pun." Krish bersikukuh dengan pendiriannya.
“Ck, setelahnya aku juga mendengar nama… Grisse. Ya, kau menyebut nama Grisse.” Untuk kali ini sebenarnya Aditi kurang begitu yakin.
“Ck, kau selalu ngotot.” Krish berdecak kesal. Dalam sekejap, dua bersaudara yang tadinya rukun kini sama-sama mendengungkan perselisihan.
"Siapa Grisse?"
Sebuah suara alto yang tetiba terdengar serta merta membuat Krish dan Aditi menoleh ke arah yang sama. Itu suara ibu mereka. Krish mendelik marah pada Aditi sebelum akhirnya menjawab pertanyaan sang ibu.
"Dia asistenku, Bu." Ujar Krish sambil menghambur ke arah sang ibu.