"Keluarga lo pisah?" Marsell menurunkan nada bicaranya, sebab dia tidak ingin Prisya sedih dengan hal yang sekarang Prisya ceritakan.
Prisya menganggukkan kepalanya. "Udah lama, kalau bahas keluarga gue malas rasanya."
"Lo gak usah memikirkan hal itu terlalu jauh," larang Marsell.
Di sini Marsell tahu bagaimana rasanya saat hidup dalam keluarga yang berantakan seperti ini, bukan dirinya yang tidak pernah bahagia, hanya saja kalau berada dalam keluarga yang tak utuh serasa hati menjadi sedikit rapuh.
"Tapi tetep aja kepikiran, apalagi kalau melihat secara langsung bagaimana Nyokap perhatian sama Abang gue atau bagaimana Bokap perhatian sama anak tirinya."
Bukannya Prisya sengaja memikirkan hal itu, hanya saja kalau dia melihat semua hal yang dia inginkan, maka Prisya mendadak juga ingin berada dalam posisi itu, tapi dirinya hanya bisa membayangkan tidak sampai merasakan.