Unduh Aplikasi
0.67% SUAMI BUAH DENDAM / Chapter 3: Toilet

Bab 3: Toilet

Prisya dengan santai sedang menikmati menu sarapannya sendirian. Tidak ada yang menemaninya untuk sarapan, karena memang tidak ada siapa pun di Rumah ini kecuali dia dan juga asisten rumah tangganya. Sepi? Sudah pasti. Hal ini yang Prisya rasakan saat menikmati sarapannya sendirian.

Kedua orang tua Prisya masih ada, tapi entah di mana. Mereka berpisah sejak 4 tahun yang lalu, pada saat Prisya masih kelas 1 SMP. Awalnya Prisya masih tinggal bersama dengan Papahnya, tapi beberapa waktu berlalu saat dirinya kelas 2 SMP Papahnya juga ikut kembali menikah lagi.

Tidak ada yang tinggal di Rumah ini, mereka pergi ke Rumah baru mereka. Tidak ingin ikut bersama dengan mereka membuat Prisya harus tinggal sendirian. Oh iya, dulu Prisya tinggal bersama dengan Neneknya sampai kelas 1 SMA Neneknya meninggal membuat kehidupannya menjadi terasa sepi.

Masalah materi mengalir dari keduanya, hanya saja bukan ini yang Prisya inginkan. Kasih sayang serta perhatian dari mereka berdua yang begitu Prisya inginkan melebihi sebuah materi. Tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka membuat banyak perubahan dalam diri Prisya.

*****

Tidak ada Guru yang masuk ke kelasnya, membuat Prisya merasa bosan. Prisya berdiri di luar memperhatikan pemandangan yang terlihat dari depan kelasnya. Tidakk banyak pendangan, hanya terlihat beberapa siswa dan siswi yang sedang berolahraga.

Kedua bola mata Prisya menyipit memperhatikan cowok yang sekarang tengah melangkahkan kakinya dengan begitu santai dan masih membawa tasnya. Sepertinya orang itu baru saja datang, tapi waktu pembelajaran sudah dimulai sejak tadi, bahkan sudah lebih 1 jam pelajaran berlalu.

Merasa ada sesuatu hal yang mendadak dia rasakan, akhirnya Prisya melangkahkan kakinya pergi dari tempat ini. Prisya berjalan dengan langkah yang begitu cepat untuk menuju ke Toilet, sebab dirinya sudah merasa tidak tahan ingin segera buang air.

Rasanya begitu lega saat dirinya sudah membuang salah satu beban yang semula ia rasa tidak tahan. Andai beberapa beban kehidupannya bisa dibuang, mungkin Prisya juga ingin membuang beban itu agar hidupnya bisa terasa lega dan pikirannya bisa kosong.

"Arhh!" Prisya berteriak dengan begitu kencang sebab ia merasa kaget pada saat membuka pintu toilet dan dirinya melihat cowok yang hendak masuk ke dalam kamar mandinya. Siapa yang tidak syok akan hal ini? Begitu pun dengan Prisya.

Cowok itu memegangi telinganya sambil menghembuskan napas pada tangannya yang kemudian ia tempelkan pada telinganya. Entah apa tujuan dari cowok itu melakukan hal ini, tapi memang hal ini yang tengah cowok itu lakukan. Cowok itu menatap Prisya dengan tatapan yang heran.

"Lo ngapain di sini? Lo mau ngintip? Atau lo udah ngintip gue tadi?!" sembur Prisya sambil menatap tajam Marsell. Prisya merasa begitu kesal akan apa yang sudah Marsell lakukan sekarang. "Ih!" jerit Prisya dengan penuh kekesalan.

Plak

"Lo kenapa mukul gue?" tanya Marsell sambil memegangi tangan kirinya yang baru saja sudah Prisya geplak. Marsell terus memperhatikan Prisya dengan tatapan yang tanda tanya bercampur heran, pasalnya dengan tiba-tiba memukulnya dengan cukup kencang.

"Lo ngapain coba ada di Toilet cewek?" Benar-benar di luar pemikiran Prisya, saat dirinya tahu kalau Marsell sekarang ada di Toilet cewek terlebih dirinya yang semula hendak masuk ke toiletnya.

"Tadi gu—

"Kalian lagi ngapain berduaan di dalma Toilet?!" tanya Bu Devi dengan nada yang begitu berteriak. Bu Devi merasa kaget saat melihat Marsell dan juga Prisya yang tengah berduaan.

"Ibu?" "Bu?" Marsell dan juga Prisya ikut kaget saat mengetahui kedatangan Bu Devi.

"Kalian pacaran di Toilet?" Ekspresi yang Bu Devi pasang tengah seperti orang yang tidak percaya.

Prisya langsung menggelengkan kepalanya. "Enggak Bu, saya bukan pacar dia. Ogah banget Bu saya punya cowok kayak dia," jelas Prisya sambil menunjuk ke arah Marsell.

Marsell mengernyit dan menatap jari telunjuk Prisya dengan begitu heran. "Gak ada yang pacaran Bu, tadi saya hanya a—

"Akan mengintip saya. Dia mau mengintip saya Bu tadi, dia udah mau masuk ke dalam Toilet saya. Untung saya sudah selesai Bu, dia cowok mesum Bu!" ketus Prisya sambil terus-terusan mengejek Marsell dan menuangkan semua kekesalan yang dia rasakan atas apa yang sudah Marsell lakukan sebelumnya.

Bu Devi melirik ke arah jam tangannya. "Sekarang jam pelajaran, kenapa kalian ada di sini? Berduaan lagi?" Bu Devi semakin curiga dengan apa yang sudah Prisya dan juga Marsell lakukan.

"Saya semula habis buang air Bu, kalau dia sih gak tahu. Dia mau ngintip anak-anak cewek kali Bu," adu Prisya.

"Gak Bu, gak seperti yang dia ucapkan. Saya bukan mau mengintip anak-anak cewek, saya ke sini ha—

"Ini Toilet siswi Marsell, apa pun alasannya kamu tidak seharusnya masuk ke Toilet ini. Ada Toilet siswa di sebelah," ujar Bu Devi. Memang tidak jauh dari sini ada Toilet khusus Siswa, sehingga tidak ada sebuah alasan untuk dirinya bisa masuk ke Toilet siswi.

"Toilet siswi khusus siswi, kenapa Ibu masuk ke Toilet siswi?" tanya Marsell dengan nada yang begitu enteng. Apa yang sudah Marsell tanyakan memang benar. Di mana selain ada Toilet siswa dan juga siswi, ada juga Toilet khusus guru. Lalu kenapa Bu Devi masuk ke Toilet siswi?

Prisya menganggukkan kepalanya. "Setahu saya murid gak boleh masuk ke Toilet guru, tapi kenapa Ibu boleh masuk ke Toilet murid?" Prisya ikut bertanya yang membuat Bu Devi semakin terdiam dan terpojok di sini.

"Ibu mau cuci tangan," elak Bu Devi.

"Di luar ada wastafel Bu?" Prisya ingat kalau sebelum masuk ke Toielt ada wastafel di luar dan itu menjadi tempat yang cukup kalau hanya sekedar ingin cuci tangan.

Bu Devi malah dibuat berpikir sekarang. "Tadi Ibu dengan suara keributan dari dalam, Ibu pikir ada siswi yang sedang bertengkar. Eh—tahunya ada yang lagi berduaan di dalam."

"Dia ngikuti saya," ujar Prisya yang tidak mau kalau dirinya dikatakan sedang berduaan.

"Ibu gak mau tahu pokoknya kalian Ibu hukum buat bersihin Toilet ini!" seru Bu Devi.

Prisya membelalakkan matanya. "Kenapa saya jadi dihukum Bu?" tanya Prisya dengan penuh kebingungan.

"Pokoknya gak mau tahu, kalian berdua Ibu hukum!" Setelah itu Bu Devi langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Marsell dan juga Prisya di sini.

Prisya menatap Marsell dengan tatapan yang penuh dengan kekesalan. "Gara-gara lo, gue dihukum!" ketus Prisya sambil menatap tajam Marsell.

Marsell hanya tersenyum tak berdosa saat dirinya mendapatkan sebuah tatapan yang seperti ini dari Prisya. Sebelumnya dia sudah dihukum untuk membersihkan Toilet. Tadi Marsell masuk ke Toilet cewek untuk mencari alat pel, tapi malah bertemu dengan Prisya.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C3
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk