Unduh Aplikasi
5.6% Women Killer and Doctor / Chapter 6: Bab 6

Bab 6: Bab 6

DYANRA!!

Dyanra yang mendengar namanya di sebut berbalik, dia kaget ada Raihan dibelakangnya. Saat ini wajah Raihan terlihat tidak bersahabat.

"Mas Raihan," gumam Dyanra.

"Siapa dia Dyanra?" Tanya Jo. Ya, Jo adalah orang yang ditemani Dyanra. Dyanra sengaja menghubungi Jo untuk menemaninya. Karena hanya Jo yang bisa menemaninya sebagai teman. Jika dia mengajak Leon tidak mungkin karena Leon ada di sekolah. Dan jika dia menghubungi Raihan dia takut Raihan marah karena membolos di hari pertama sekolah. Seperti saat ini.

"Di-a," ucap Dyanra gugup.

"Kamu tidak perlu tau siapa saya, yang mau saya tanyakan ngapain kamu sama Dyanra di sini dan Dyanra kamu membolos di hari pertama kamu sekolah!" potong Raihan dengan suara tegasnya. Dyanra yang mendengar itu menunduk takut. Saat ini Raihan sedang emosi.

"Ma-af mas," hanya itu yang bisa Dyanra ucapkan ketika melihat Raihan dia benar-benar takut.

"Saya sedang kencan dengan Dyanra paman, kenapa memangnya, ada hubungan apa anda dengan Dyanra?" Tanya Jo nyolot.

Raihan yang mendengar itu semakin tersulut emosinya dan langsung memukul Jo.

BLAM!

Jo langsung tersungkur dari duduknya akibat pukulan Raihan. Pukulan Raihan memang tidak main-main, saat ini juga dia bisa mematahkan semua tulang-tulang laki-laki keparat ini, karena berani menyentuh Dyanra.

Dyanra yang melihat Raihan memukul Jo, langsung berteriak.

"MAS!

Raihan yang mendengar teriakan Dyanra, mengehentikan pukulannya kepada Jo dan menatap Dyanra dengan raut wajah tidak terbaca. Saat ini Raihan benar-benar murka. Di tengah ke kalutannya mencari Dyanra, karena khawatir dengan keselamatan Dyanra. Tapi apa yang dia lihat sekarang. Dia melihat Dyanra sedang bermesraan dengan seorang laki-laki, apakah Dyanra tidak memikirkan perasaannya.

"Mas, aku bisa jelasin, kenapa aku ada disini, dan siapa Jo, tapi bukan disini, di Apartement ya kita pulang," ucap Dyanra menenangkan Raihan, yang masih terlihat mengeraskan Rahangnya.

"Jo, lebih baik kamu pulang sekarang dan segera obati luka kamu," suruh Dyanra menggandeng tangan Raihan meninggalkan Jo.

"SIALAN!" umpat Jo melihat kepergian Dyanra.

Canggung, itu adalah perasaan yang melanda dua orang yang saling diam di dalam mobil. Dyanra yang sibuk memperhatikan jalan sedangkan Raihan sedang serius mengemudi. Dyanra sebenarnya ingin memecah keheningan yang melanda mereka, tapi Dyanra takut, saat melihat tatapan dingin Raihan.

Sesampainya di depan tempat tinggal mereka, Raihan langsung turun dari mobil tanpa menoleh ke Dyanra. Dia berjalan mendahului Dyanra yang mengikut di belakangnya.

Sesampainya di dalam Apartement, Raihan langsung menuju ke kamar mereka untuk membersihkan diri. Dyanra yang melihat Raihan masuk ke dalam kamar mengikutinya. Terdengar suara gemericik air di dalam kamar mandi, menandakan bahwa Raihan sedang mandi.

Dyanra yang mendengar Raihan sedang mandi, memutuskan untuk menunggu dengan mendudukkan dirinya di atas kasur. Dyanra akan menjelaskan hal tadi kepada Raihan agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi. Dyanra yang mendengar suara kamar mandi terbuka, langsung berdiri di samping ranjang dan melihat Raihan yang mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Dyanra yang melihat itu, menghampiri Raihan berniat untuk membantunya mengeringkan Rambut.

"Mas, aku bantu ngeringin," ucap Dyanra ingin mengambil handuk dari tangan Raihan, akan tetapi tangannya langsung ditepis oleh Raihan.

"Nggak usah lebih baik kamu mandi," ucap Raihan dengan suara dinginnya.

Dyanra yang mendengar suruhan itu langsung menurut, dan bergegas ke kamar mandi. Setelah selesai dengan bersih-bersihnya. Dyanra keluar dari kamar mandi dan melihat Raihan sedang berbaring diatas kasur sembari memainkan ponselnya.

Melihat itu, Dyanra menghampiri Raihan dan duduk di sampingnya.

"Mas Dyanra ingin menjelaskan kejadian tadi," ucap Dyanra, tapi tidak mendapat tanggapan dari Raihan.

"Tadi Dyanra memang membolos, itu karena ada teman laki-laki Dyanra yang selalu mengikuti Dyanra kemanapun, termasuk ketika Dyanra akan ke Toilet mas, makanya Dyanra kabur," ucap Dyanra dengan jujur.

"Dan untuk laki-laki yang ditaman, itu teman Dyanra, karena Dyanra takut sendirian makannya Dyanra menghubunginya dan kebetulan dia mau menemani Dyanra," ucap Dyanra lagi.

"Dyanra minta maaf mas," ucap Dyanra memeluk Raihan dari samping dan menduselkan kepalanya di dada Raihan.

Raihan yang mendengar ucapan dan melihat tingakah Dyanra, kini melunak. Raihan tidak sanggup mendiami Dyanra untuk waktu yang lama. Tingkah menggemaskan Dyanra inilah yang membuat Raihan akhirnya luluh.

"Jangan ulangi lagi ya, mas khawatir terjadi sesuatu denganmu," ucap Raihan dengan suara lembutnya. Dyanra yang mendengar itu langsung mengakat wajahnya dan menatap Raihan. Raihan yang ditatap seperti itu, juga menatap Dyanra balik, mereka mendalami mata masing-masing.

"Terima kasih mas," ucap Dyanra di tengah tatapannya. Raihan tersenyum mendengar ucapan Dyanra.

Karena suasana yang mendukung, Raihan sedikit demi sedikit memajukan wajahnya ke Wajah Dyanra. Dia ingin mencium Dyanra saat ini. Bibir Dyanra sangat menggoda. Tak butuh waktu lama bibir berbeda tekstur itu bertemu dan saling menyesap.

Bunyi kecipak bibir yang saling membelit, menambah suasana menjadi panas. Ciuman Raihan pun turun ke leher Dyanra, memberikan tanda disana.

"Ahh….mas," desah Dyanra, memeluk leher Raihan yang kini menyesap lehernya.

Raihan yang mendengar desahan Dyanra langsung tersadar. Tidak seharusnya dia begini, hampir saja batin Raihan.

"Mas, minta maaf Dy, hampir saja mas kelepasan," sesal Raihan kembali membaringkan dirinya di samping Dyanra.

"Nggak apa-apa kok mas" ucap Dyanra menyelimuti tubuhnya.

Raihan yang mendengar itu jadi lega, untung Dyanra tidak marah kepadanya karena hampir kelepasan. Dyanra dengan bibir merah alaminya, memang cobaan untuk Raihan. Ketika melihat itu dia tidak bisa mengontrol hormonnya.

"Mas, Dyanra boleh peluk nggak?" Tanya Dyanra malu-malu

Mendengar pertanyaan Dyanra. Raihan langsung menarik Dyanra kepelukannya, dan membenamkan wajah Dyanra di dadanya.

"Sleep Well My Sweety" ucap Raihan mengecup kepala Dyanra.

Pagi telah tiba. Sinar terik matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar Apartement, telah membangunkan salah satu dari dua insan yang sedang berpelukan manja di pagi hari.

"Eughh!" Lenguhan itu terdengar dari bilah bibir Dyanra

Di rasa bahwa dia sudah sepenuhnya sadar dari tidurnya, dia menyandarkan punggungnya di kepala ranjang dan menoleh ke samping kanannya, terlihat Raihan yang masih nyenyak dalam tidurnya, tanpa terganggu dengan pergerakan Dyanra, yang melepas tangannya dari atas pinggang Dyanra.

Melihat suaminya yang masih tertidur lelap. Dyanra dengan iseng mengamati setiap lekuk wajah dari Raihan, mulai dari mata, hidung, hingga bibir. Melihat itu membuat wajah dari Dyanra memerah. Dia teringat kejadian tadi malam. Tanpa sadar bahwa Raihan telah bangun dan memandangnya.

Dyanra yang baru sadar Raihan bangun, langsung menutup wajahnya dengan selimut, dia malu, dia merasa menjadi orang mesum saat mengingat kejadian tadi malam.

"Kamu kenapa, kok mukanya di tutup selimut?" Tanya Raihan menarik selimut yang di pakai Dyanra untuk menutup mukannya. Raihan takut Dyanra sesak nafas, karena Raihan tidak sengaja melihat muka Dyanra yang memerah.

"Nggak apa-apa kok mas," jawab Dyanra menundukkan wajahnya, karena dia masih malu dengan Raihan.

Raihan yang sadar bahwa Dyanra malu dengannya, mengangkat dagu Dyanra untuk menghadapnya. Dapat dia lihat, bahwa Dyanra memang sedang malu, bukan karena sesak nafas. Terbukti dari wajahnya yang memerah sejak tadi. Raihan yang melihat itu ingin sekali menggoda Dyanra.

"Kamu malu ya sama mas? tadi mas lihat kok kamu mandangin wajah mas lama banget," goda Raihan. Dyanra yang mendengar itu gelagapan dan ingin kembali menutup wajahnya dengan selimut, tetapi langsung ditahan oleh Raihan.

"ng-gak kok, Dy ng-gak malu, cuma udara paginya aja yang tiba-tiba panas, makanya mukanya merah," jawab Dyanra dengan alibinya.

Raihan yang mendengar itu langsung tertawa dengan keras. "HAHAHAHA," tawa Raihan

"kok ketawa sih, Dy nggak malu tau!!" teriak Dyanra berdiri dari kasur, dan cepat-cepat berlari kearah kamar mandi. Dyanra sangat malu saat ini.

Melihat Dyanra yang lari seperti kucing kecil. Raihan kembali melajutkan tawanya.

"Menggemaskan," ucap Raihan diselah tawanya.

Di dalam kamar mandi, Dyanra sedang merutuku dirinya sendiri.

"Kenapa coba, aku ngomong begitu tadi, kan jadi malu sendiri," gerutu Dyanra.

Ketika keluar dari kamar mandi, Dyanra masih melihat Raihan bersandar di kepala Ranjang, tengah memainkan ponselnya. Dyanra yang melihat itu berjalan kaku seperti robot, Kearah walk-in Closet. Raihan yang melihatnya tersenyum kecil.

"Sangat menggemaskan," gumam Raihan.

Setelah keluar dari Walk-in Closet Dyanra sudah tidak melihat Raihan di kamar. Kamar yang mereka gunakan telah rapi.

"Mas Raihan kemana ya," gumam Dyanra. melanjutkan langkahnya mengelilingi kamar mencari Raihan. Mulai dari kamar mandi, kolong tempat tidur dan lemari. Siapa tau Raihan mau mengerjainya.

Dyanra yang melihat Raihan tidak ada di kamar, segera turun ke bawah, dan melihat Raihan ada di dapur sedang menyiapkan sarapan. Dyanra menghampiri Raihan, sehingga membuat Raihan kaget karena Dyanra tiba-tiba ada Dibelakangnya.

"Eh!" kaget Raihan

"Kenapa mas yang buat sarapan, kenapa nggak nunggu aku?" Tanya Dyanra masih melihat Raihan memasak. Saat ini Raihan sedang membuat nasi goreng untuk sarapan mereka dengan telur gulung.

"Sekali-kali mas yang buat sarapan, mas tau kamu pasti capek," jawab Raihan melanjutkan acara memasaknya.

"Mau aku bantu nggak?" Tanya Dyanra

"Nggak usah, kamu duduk aja, sudah hampir selesai kok ini," jawab Raihan

Dyanra yang mendengar perintah Raihan, langsung mendudukkan Dirinya di kursi meja makan. Menunggu Raihan menyelesaikan masakannya.

Tak lama kemudian Raihan datang dengan dua piring nasi goreng dan juga telur gulungnya.

"Tara….ini dia, nasi goreng special untuk Dyanra," ucap Raihan memberikan nasi goreng yang di bawa tadi ke Dyanra.

"Bilang ya, kalau nggak enak," ucap Raihan yang melihat Dyanra memakan nasi gorengnya.

"Enak kok mas, enak banget malah," ucap Dyanra, yang masih asik menikmati nasi goreng buatan Raihan.

"Kok mas nggak makan?" Tanya Dyanra, melihat Raihan yang belum makan dan hanya menatapnya.

"Ini, mas mau makan," Jawab Raihan, menyuap nasi goreng kedalam mulutnya. Setelah itu hanya bunyi dentingan sendok dan piring yang saling bersahutan.

Setelah selesai sarapan, Dyanra membereskan segala macam peralatan dapur yang di pakai Raihan Tadi kemudian mencucinya.

Selesai mencuci, Dyanra segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Sudah ada Raihan yang menunggunya di Ruang tamu. Hari ini Raihan yang akan mengantar Dyanra ke sekolah. sekaligus sebagai hari pertama dia kerja sebagai dokter penjaga UKS. Saat ini Dyanra belum tau jika Raihan bekerja di sekolahnya.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C6
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk