Unduh Aplikasi
79.48% Tetanggaku Yang Seram / Chapter 62: Kematian Caroline

Bab 62: Kematian Caroline

Bella begitu frustasi melihat keadaan tempat ini.

Pikiran  buruk tentang Alice menggelayuti pikirannya.

Tangisan wanita itu pecah.

"Alice, apa kau baik-baik saja!" ujar Bella seraya menyeka air matanya sendiri.

"Di mana kau, Alice!?" teriak Bella sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"Bella, sabar! Kau harus bisa menenangkan dirimu!" ujar Felix seraya memeluk wanita itu.

Sementara Carlos memeriksa seluruh ruangan. Dan paling terakhir dia memeriksa bagian bawah gedung, dengan berdiri di atas pagar pembatas.  Dan dari tempat itu, Carlos melihat seseorang yang tergeletak di lantai bawah.

Dari pakaian dan perawakannya Carlos sangat mengenal wanita itu.

"Caroline!?" teriaknya.

Teriakkan itu membuat Bella dan Felix tersentak, lalu mereka langsung menghampiri Carlos.

"Astaga! Itu benar-benar Caroline?!" teriak Bella.

"Ayo cepat kita tolong dia!" seru Felix.

Mereka bertiga berlari, dan menuruni lantai empat hingga lantai satu. Mereka hendak menghampirimu Caroline.

Keberadaan jasadnya ada di lantai paling bawah, di sisi yang berbeda dari pintu masuk, sehingga mereka tidak menemukannya  ketika menaiki tangga tadi.

***

Mereka sampai di bawah dengan perasaan ketakutan.

Tubuh Bella gemetaran, Felix segera menenangkan perempuan itu, sementara Carlos langsung menghampiri Caroline.

"Carol! Carol! Bangun, Carol!" panggil Carlos pada Caroline.

Tentu saja tak ada respon dari wanita itu, Carlone sudah tidak bernyawa. Keadaan tubuhnya juga benar-benar sangat menyeramkan. Seluruh bagian kakinya dipenuhi dengan luka, dan kepalanya juga pecah. Kedua mata Caroline terbuka dengan mulut yang menganga.

Carlos tak kuasa membendung tangis dan penyesalannya. Andai saja dia tidak mengejar Alice lagi, maka Caroline tidak akan berbuat nekat, dan Alice tidak akan membunuh Caroline.

"Carol! Maafkan aku, Carol!" Carlos menangis seraya memeluk jasad Caroline. Sementara Bella masih menangis dengan tubuh yang lemas gemetaran.

"Ini yang aku takutkan, dan akhir terjadi juga ...." Bella semakin erat memeluk Felix.

"Adikku menjadi seorang pembunuh, Felix! Bagiamana ini?"

"Bella, kamu itu harus berpikir jernih, bagaimana pun juga dia tetap adikmu. Dan kau tetap harus membantunya untuk kembali normal!" ujar Felix.

"Iya, tapi bagaimana caranya, Felix? Aku takut dia akan membahayakan aku dan anak-anakku. Bahkan untuk keberadaan Alice saat ini pun aku juga tidak tahu?" ujar Bella.

"Yasudah, ayo kita cari Alice!" ajak Felix.

"Lalu bagaimana dengan Carlos, dan Caroline?" tanya Bella seraya menunjuk kearah keduanya.

"Aku akan memanggil pihak kepolisian!" jawab Felix.

"Apa?!" Bella tampak syok mendengarnya. "Kalau begitu caranya, sama saja kamu akan menjebloskan adikku ke penjara, Felix!"

"Lalu apa yang harus kita lakukan selanjutnya, Bella? Apa kamu tidak kasihan dengan Caroline? Apa kamu akan menyembunyikan jasadnya?" tanya Felix, "orang tua Caroline harus tahu jika putri mereka meninggal! Mereka harus memperlakukan jasadnya dengan layak, 'kan?" timpal Felix.

Bella hanya bisa terdiam, apa yang diucapkan oleh Felix itu memang benar.

Bella pun pasrah ketika Felix menarik tangannya dan mengajaknya pergi mencari Alice.

Sementara Carlos masih berada di tempat kejadian untuk menunggu kedatangan pihak kepolisian setempat.

*****

"Kemana kita harus mencari Alice?" gumam Felix seraya fokus kearah kemudinya.

"Felix, sebaiknya kita pergi ke rumahku sekarang! Aku yakin Alice  sudah pulang!" ujar Bella.

"Baiklah, Bella!"

Felix pun menuruti usulan dari Bella.

Dan sesampainya di rumah Bella, mereka langsung memeriksa keadaan rumah.

Kebetulan  keadaan rumah itu sangat sepi, Diana dan Daniel belum pulang dari sekolah.

"Alice, kamu di mana, Alice?" panggil Bella, dia berjalan menuju kamar Alice.

Namun di dalam kamar itu, beberapa barang-barang Alice tidak ada di dalam, dan koper yang tadi pagi sempat dilihat oleh Bella juga  sudah tidak ada. Yang artinya Alice benar-benar sudah pergi.

"Alice tidak ada, Felix! Bagaimana ini?" tanya Bella pada Felix.

"Astaga, kemana dia?" Felix juga tampak frustasi. Dia mengusap wajahnya dengan pikiran tak karuan.

"Bella, apa kau masih ingat dengan kata-kata terakhir Alice, mengenai keinginannya untuk mengunjungi suatu tempat?" tanya Felix.

"London!" jawab Bella.

"Maksudmu? Alice pergi ke London?" tanya Felix memastikan.

"Iya, benar sekali! Tadi Alice sempat membahas kota itu!" jawab Bella.

"Kalau begitu ayo kita ke sana?" ajak Felix.

"Jika aku ke sana, lalu bagaimana dengan anak-anakku?" tanya Bella.

"Ah, iya juga, ya!" Felix menjambak bagian rambutnya sendiri, "ah, bagaimana ini?"

Tepat di saat itu Diana dan Daniel sampai.

"Ibu, Paman Felix. Kalian sedang apa?" tanya Daniel.

"Kami sedang—" Bella memotong kalimat Felix.

"Diana, Daniel, ayo masuk ke dalam! Ibu akan memesankan makan siang cepat saji untuk kalian!" ujar Bella.

"Baiklah, Bu!" sahut kompak dari kedua bocah itu.

Bella dan Felix kembali berunding, untuk menemukan jalan yang terbaik.

Karena untuk pergi ke London membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Mereka harus memastikan jika Alice benar-benar di sana. Dan kalau Alice tidak berada di sana, maka hal itu akan menjadi perjalanan yang sia-sia.

Dan saat Felix serta Bella sedang berunding, tiba-tiba datang seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.

"Halo, selamat siang," sapa wanita itu.

"Selamat siang!" sahut kompak Felix dan Bella.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bella kepada wanita itu.

"Saya penghuni baru di rumah sebelah. Dan saya ingin mengantarkan makanan ini, sebagai salam perkenalan," tutur si wanita.

"Terima kasih," jawab Bella seraya menunduk dengan ramah dan meraih makanan itu.

Si wanita yang baru datang itu mengedarkan pandangan ke seluruh rungan rumah Bella dengan tatapan aneh.

"Maaf, ada yang lain?" tanya Felix pada wanita itu. Felix merasa penasaran dengan si wanita. Terlebih penampilan wanita itu juga terlihat berbeda dari orang biasa.

Dia mengenakan gaun hitam, dengan anting bulat berukuran besar, tangannya dipenuhi gelang-gelang emas dan perak. Ada juga gelang yang terbuat dari benang khusus.

Rambut ikalnya tergerai bebas dengan sedikit hiasan syal yang digunakan sebagai bando.

"Saya merasakan aura gelap di sini," tukas si wanita secara tiba-tiba.

"Apa maksud, Anda?" tanya Felix.

"Apa di sini baru saja terjadi keributan?" Si wanita malah berbalik tanya.

Felix dan Bella saling memandang.

"Kami tidak paham dengan pertanyaan Anda ini, Bu!" ujar Felix mewakili Bella.

"Panggil saya 'Madam Anyelir' Saya adalah seorang Paranormal. Kalau kalian membutuhkan bantuan saya, silahkan menghubungi saya." Si wanita memberikan kartu namanya kearah Bella.

"Baiklah, saya pulang dulu, ya," tukasnya seraya menundukkan kepala sesaat dengan senyuman ramah.

Bella hendak menghentikan wanita itu.

"Nyonya—"

"Ssst ... biarkan saja!" ujar Felix.

"Tapi dia—"

"Bella, kau masih percaya saja dengan ramalan?" Seketika Bella terdiam.

To be continued


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C62
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk