56
...
Jujur, gue penasaran soal itu. Masih mending jadi
temen tidur, karena hal itu merupakan salah satu
kewajiban sebagai istri untuk suaminya, kan?
Berbeda dengan kondisi gue yang mengenaskan.
Just a kiss, nggak lebih. Jadi, sebenernya gue ini
apa sih, di mata Erja?
"AI?" Erja duduk di pinggiran kasur, lalu punggung
tangannya menyentuh dahi gue.
"Aku nggak demam, cuma mual." Mual lihat wajah
dia, maksudnya.
"Gara-gara semalem makan mie, kan?" tuduhnya
sok tahu.
Gue hanya diam, dan berusaha menampilkan
wajah memelas gue. Walau dalam hati yang gue
inginkan adalah menyakar wajahnya yang
menampilkan ekspresi tanpa dosa itu. Ingin gue
mengeluarkan sumpah serapah gue padanya. Ah,
Dierja menyebalkan!
"Makanya, udah Mas bilang jangan makan mie
terus kan," nasihatnya. "Kamu ngeyel banget, sih."
Satu tangannya mengusap-usap rambut gue yang
malah membuat gue semakin mual dengan akting
sok pedulinya itu.
Bisa nggak sih, Erja sekalian nggak baik aja sama