195
...
Hari sudah sore saat Reina masuk ke dalam
sebuah kafe. Memilih meja di samping jendela dan
memesan secangkir espresso panas. la memilih
menghabiskan waktu dengan membaca buku. Tak
lama ponselnya bergetar. Dan ia mendapati nama
Rivanno sebagai si penelepon.
"Halo, Kak," sapa Reina. la tersenyum meski tahu
Rivanno takkan bisa melihatnya.
"Halo, Rei." Suara Rivanno terdengar setelahnya.
"Udah selesai?"
"Udah, Kak. Mau jemput sekarang?" tanyanya
tepat saat pelayan pelayan meletakkan cangkir.
"lya. Tunggu aku 30 menit! Jangan kemana-
mana!" perintahnya.
"lya, Kak. Aku di kafe seberang kampus, ya," timpal
Reina. la tahu betul Rivanno tak ingin dibantah.
"Oke. Aku jalan sekarang, ya," katanya kemudian
menmutus sambungan telepon.
Reina menghela nafas lelah. Banyak yang
membuatnya kesal sekali hari ini. Dosen yang
menyebalkan dengan segala peraturan -yarng
menurut Reina- primitif. Teman-temannya, juga
David yang entah kemana seharian ini, dan banyak