*BAB 26*
Dengan perasaan kesal, Nora harus terpaksa keluar dari mansion milik Xander. Karena saat ia membuka matanya para anak buah Xander menyuruhnya untuk segera meninggalkan mansion mewah itu.
"Anda harus segera keluar dari mansion ini Nona. Ini adalah perintah langsung dari Tuan Xander." Ucap salah seorang anak buah Xander.
"Aku tidak mau."
"Pergi dari hadapanku, aku ingin bertemu dengan Xander." Usir Nora, hampir setiap pagi mansion ini diisi oleh suara berisik Nora. Wanita itu selalu bersikeras ingin bertemu dengan Xander setiap paginya.
"Anda harus keluar dari mansion ini Nona." Terlihat sekali jika anak buah Xander sudah mulai jengah dengan tingkah Nora.
"Oh god, aku akan keluar dari mansion ini setelah bertemu dengan Xander." Jawab Nora, bahkan setelah mendengar perkataan Xander malam itu tidak membuat Nora merasa tersakiti atau sadar akan posisi dirinya. Wanita itu masih bersikap seperti biasanya, seperti tidak ada yang pernah terjadi.
"Tuan Xander sudah pergi dan tidak akan pernah kembali ke mansion ini lagi." Tutur anak buah Xander lagi. Karena memang Xander sudah meninggalkan mansion sejak pagi hari tadi.
"Ck, apa kau sedang mencoba membohongiku?." Nora menunjuk dirinya sendiri, ia berpikir jika anak buah Xander sedang berusaha membohongi dirinya seperti sebelumnya.
"Tidak nona. Tuan Xander kembali ke negara asalnya, dan ia takkan pernah kembali lagi." Jelas anak buah Xander lagi.
"Hahaa, sangat tidak lucu."
"Minggir." Nora mendorong tubuh anak buah Xander, ia kemudian sedikit berlari menuju kamar pribadi Xander. Nora tidak percaya dengan ucapan pria itu.
"Jika kau memang meninggalkan mansion ini, bahkan meninggalkan negeri ini, seharusnya kau berbicara padaku Xander."
Nora memang memiliki rasa kepercayaan diri yang sangat tinggi.
"Xander." Teriak Nora begitu ia memasuki kamar pribadi Xander. Kamar itu tidak berubah sama sekali, semua barang-barangnya masih berada di tempat semula.
"Kau dimana Xander." Nora sibuk mencari Xander di setiap sudut ruangan yang ada di kamar ini. Mulai dari ruang kerja, toilet hingga walk in closetnya. Namum nihil, Nora tidak menemukan Xander di kamarnya ini. Tidak ingin cepat menyerah, akhirnya Nora kembali mencoba mencari Xander di ruang kerjanya yang lain. Karena biasanya pria itu berada disana.
"Oh sial." Nora menyentuh kepalanya, ia tidak dapat menemukan Xander.
"Apa ia benar-benar sudah pergi dari mansion ini."
"Tapi mungkin saja, saat ini Xander sudah berada di kantornya.'' Nora masih berpikir jika Xander masih berada di negara ini. Atau jangan-jangan Nora tidak tahu jika Xander adalah orang asing. Xander bukanlah warga asli negara ini.
"Benar. Sebaiknya aku segera menyusul Xander di kantornya." Nora mendapatkan ide cemerlangnya, dengan langkah terburu-buru ia keluar dari ruang kerja Xander.
Tetapi tiba-tiba ketika Nora berada di dalam lift, ia kembali berpikir dengan tindak yang akan ia lakukan.
"Aku tidak perduli.'' Ucap Nora pada dirinya sendiri. Ia kemudian berjalan mencari anak buah Xander.
"Baiklah. Aku akan keluar dari mansion ini." Tutur Nora memasang wajah yang menyakinkan, ia juga berpura-pura sedikit merasa sedih. Padahal ada sesuatu yang sudah ia rencanakan.
"Baik Nona. Silahkan masuk ke dalam mobil."
Satu jam kemudian.
"Turunkan aku disana." Ujar Nora, ia menunjuk halte tempat pemberhentian bus.
"Apa kau yakin Nona?." Meski ia merasa kesal dan jengah dengan wanita ini, namun anak buah Xander tetap mencoba bersikap ramah. Karena ini adalah pekerjaannya, serta perintah dari Xander.
"Jangan banyak bicara. Cepat buka pintu ini." Omel Nora karena ia gagal membuka pintu mobil ini.
"Berhati-hatilah Nona Nora." Namun belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Nora sudah lebih dulu keluar dari dalam mobil.
"Taksi." Cicit Nora sembari menghentikan sebuah taksi. Ia akan langsung menuju tempat selanjutnya, yaitu kantor tempat dimana Xander bekerja. Bisa juga dikatakan kantor milik Xander.
"Kantor Hampton Groups.'' Ucap Nora kepada sopir taksi. Tanpa menyebutkan alamatnya pun sopir taksi sudah pasti tahu dimana letak kantor itu.
Lima belas menit kemudian, taksi itu berhenti tepat di depan kantor Hampton groups. Dengan cepat Nora segera keluar dari taksi itu, dan langsung menuju ke lobby mengarah ke meja resepsionis.
"Selamat datang. Apakah ada yang bisa di bantu Nona." Ucap resepsionis wanita itu dengan ramah.
"Aku ingin bertemu dengan Xander Hill Hampton." Jawab Nora dengan ekspresi angkuhnya.
"Maaf sebelumnya Nona, sepertinya anda belum mengetahui jika Tuan Xander tidak lagi menjabat CEO di kantor ini lagi." Resepsionis itu menjelaskan kepada Nora jika Xander sudah tidak berada di kantor ini lagi.
"Apa maksudmu?." Tanya Nora tidak mengerti.
"Maaf sebelumnya Nona, hanya informasi itu yang bisa kami sampaikan."
"Oh god, jelaskan padaku kemana Xander pergi, dan kenapa ia sudah tidak bekerja di kantor ini lagi."
"Perusahaan ini adalah miliknya."
"Dan apa kalian tahu?."
"Aku ada kekasih dari Xander CEO dari perusahaan ini." Ucap Nora menyombongkan dirinya. Ia merasa bangga dan mengaku-ngaku jika dirinya adalah kekasih dari Xander.
"Apa kalian tuli. Jawab aku." Nora sedikit meninggikan suaranya.
"Apa kalian tidak percaya jika aku adalah kekasih Xander, haa?." Tantang Nora, ia menatap resepsionis itu satu-persatu.
"Maafkan kami Nona atas ketidaknyamanan anda. Tapi hari ini sudah ada tiga orang wanita yang mengaku sebagai kekasih dari Tuan Xander." Jawab resepsionis itu, ia tidak berbohong. Karena memang seperti itu kebenarannya.
"Oh god, aku tidak berbohong." Nora merasa frustasi.
"Jika anda tidak segera pergi, maka dengan terpaksa kami akan memanggil petugas keamanan."
"Baiklah aku pergi.'' Akhirnya Nora menyerah, sebelum pergi ia memberi tatapan tajam pada resepsionis itu.
Nora pergi menuju taman yang ada di depan kantor ini, ia duduk di salah satu bangku yang kosong.
"Apa Xander benar-benar pergi meninggalkan negara ini?." Nora terus bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
Pasalnya, Nora tidak tahu jika Xander bukanlah warga asli negara ini. Karena Xander sangat terkenal, bahkan hampir tidak ada yang tahu jika Xander adalah warga asing.
"Lalu, apakah perkataan Xander malam itu adalah benar?!." Nora terbangun dari duduknya, ia sedikit berteriak sehingga membuat beberapa orang yang berada tidak jauh darinya, memberi tatapan sinis. Tetapi Nora tidak perduli akan hal itu.
Dengan perasaan cemas, Nora berusaha mencari taksi. Ia akan kembali ke mansionnya terlebih dahulu untuk memastikan keadaan orangtuanya serta keadaan perusahaan milik Daddynya.
"Ah sial." Nora duduk dengan keadaan yang tidak tenang, ia menggigit ibu jarinya sembari menyuruh sopir taksi untuk menambah laju kecepatannya.
"Oh shit, kau bodoh Nora. Kau bahkan tidak memiliki nomor ponsel milik Xander." Nora menyalahkan kebodohannya sendiri.
Nora saat ini benar-benar merasa cemas dan frustasi.