Niken terbangun dari pingsannya karena efek dari obat bius tersebut sudah habis.
"Emmm panas sekali," Niken mengibas ngibaskan tangan nya.
Niken sedang berada di sebuah kamar yang bernuansa maskulin, Kamar itu sengaja tidak di berikan lampu. Mungkin sengaja di matikan lampunya.
"Dimana aku, Kenapa aku ada di sini? kenapa di sini gelap sekali?" Niken meraba raba apa saja yang ada di situ.
Tiba tiba Niken di tarik dan terduduk di pangkuan seseorang.
"Ahhhh, Siapa kamu?" Niken ingin beranjak dari duduk nya tapi tertahan oleh tangan yang sedang melingkar di perut nya
"Siapa kamu? Tolong lepaskan tangan mu dari tubuh ku!" Niken memberontak
Lelaki itu malah mencium aroma Niken "sungguh wangi."
"Siapa kamu, kenapa kamu menangkap ku?" Dengan suara bergetar.
"Kamu pasti sudah tau aku siapa sayang, jangan pernah berharap untuk melupakan aku begitu saja!" Dengan nada khas nya, jika wanita lain mendengar suara tersebut, wanita itu pasti terpana dan tergoda.
"Tidak! Aku tak mengenal mu, Tolong lepaskan!" Niken mencoba memberontak, namun semakin Niken memberontak semakin kuat juga pelukan yang di berikan oleh kenzo
"Kenapa, kenapa harus di lepaskan jika memang bisa di dapatkan?" dengan mengelus seruai Niken.
"Kamu mau apa dari ku? Aku tak memiliki apa pun,"
"Aku, hanya menginginkan dirimu sayang baby, aku tak ingin yang lain,"
"Tuan, aku tau kamu pasti tuan Kenzo, tolong lepaskan aku tuan," dengan menangkupkan tangan nya di dada walupun di sana gelap.
"Tak bisa! Kamu masih memiliki hutang kepadaku, apakah kamu lupa itu?"
"I-Ia tapi kan, aku sudah bilang jika aku akan membayarnya nanti,"
"Kapan? Apakah kamu mampu mengumpulkan uang sebanyak itu selama sehari?"
"Hah sehari, Bisakah anda memberikan saya waktu satu bulan tuan?"
"Hahah hahah tentu Tidak bisa sayang," Kenzo mengeratkan pelukannya.
"Hiks hiks hiks," Niken menangis di dalam pelukan Kenzo.
Tring, lampu di ruangan itu seketika hidup.
"Kenapa, kamu menangis sayang? Apa yang sedang kamu lakukan, aku paling tak suka jika wanita ku menangis," Kenzo mengusap air mata Niken. Niken yang masih memejamkan matanya karena tak ingin melihat wajah Kenzo.
"Buka mata kamu! Kenzo memegang dagu Niken." Tapi sayang nya Niken tak mengikuti apa kata Kenzo
"Kamu masih menyayangi keluarga mu bukan, jadi kamu mau lihat adik tersayang mu tergeletak di tengah jalan!" Ancam Kenzo dan tentunya itu berhasil membuat Niken membuka mata nya.
"Jangan, Jangan sentuh keluarga ku tuan!" dengan menatap mata Kenzo.
"Nah, jika kamu ingin keluargamu selamat, kamu harus mau mengikuti semua perintah ku!" Niken menundukan wajah nya.
"Jangan, menunduk! Karena aku tak suka jika kamu menunduk," Kenzo menarik dagu Niken
Niken menatap mata Kenzo dengan mata berkaca kaca.
"Tolong. Lepaskan aku tuan!"
"Tak akan dan tak akan pernah, Kamu harus hidup di sini di sisi aku, kamu harus selalu menemani aku selamanya, disini kamu akan mendapatkan segalanya, soal keluarga kamu, kamu tenang saja. Mereka sudah aku beri pasilitas yang sama dengan mu," ucap Kenzo sambil menatap mata sayu Niken.
"Matamu sungguh indah, Sayang jika harus mengeluarkan air mata ini," Kenzo mengecup kedua mata Niken.
"Kamu tinggal lah di sini, Aku akan keluar sebentar, ingat! Jangan pernah mencoba untuk kabur dari sini, karena percuma saja," Kenzo mengangkat tubuh Niken.
Niken hanya mengangguk kan kepalanya saja.
"Bagus." Kenzo mengecup kening niken.
Niken menatap kepergian Kenzo dengan tatapan sedih dan sendu.
"Ya tuhan, Kenapa aku harus berada di posisi seperti ini. Kenapa aku harus terperangkap oleh nya?" Niken meneteskan air matanya.
Di luar sana.
"Bagaimana Dion, apa kamu sudah menemukan Kaka kamu?" ucap bibi dengan wajah yang sangat kawatir.
"Tidak bi, tapi tadi Dion bertemu dengan seorang yang mengaku sebagai anak buah nya Tuan Kenzo Bi,"
"Siapa, Tuan Kenzo itu nak?"
"Ia adalah orang yang telah menyuruh anak buah nya membawa ka Niken bi, mereka bilang bahwa ka Niken baik baik saja."
"Terus, kamu percaya Dion?"
"Awalnya Dion tak percaya bi. Akantetapi, setelah mereka memperlihatkan video ka Niken yang sedang tidur, Dion percaya,"
"Tapi, untuk apa mereka membawa Kaka kamu Dion, Apa sebenarnya urusan Kaka kamu sama tuan Kenzo itu?"
"Mereka bilang jika Kaka adalah calon istrinya tuan Kenzo bi,"
"Hah, Ko bisa, Kaka kamu itu selama ini tak pernah bertemu dengan siapa pun, Dan Kaka kamu itu paling takut jika bertemu dengan orang asing,"
"Dion pun tak mengerti bi, Tapi jika memang benar kita gak usah kawatir lagi bi, soalnya ka Niken sekarang sedang bersama calon suami nya,"
"Tapi, tetap saja Dion. Bibi masih sangat kawatir sama Kaka kamu, jika belum ada kabar langsung dari nya,"
"Sabar iya bi, Kita coba tunggu dulu kabar dari ka Niken,"
Di kamar Kenzo Niken sedari tadi mencari jalan agar dirinya bisa keluar dari kamar tersebut.
"Bagaimana ini, Pasti bibi di rumah sangat kahwatir dengan ku, aku harus cari cara agar bisa lepas dari sini!"
Niken mencari cari cela supaya bisa terbebas, ia melihat ke arah jendela tapi jendelanya terkunci dan ternyata dirinya sedang berada di lantai tertinggi, rumah Kenzo berlantai kan lima dan letak rumah Kenzo berdiri di tengah tengah hutan yang jauh dari pemukiman.
"Bagaimana ini, kenapa si Tuan Kenzo itu membangun rumah di tengah tengah hutan seperti ini, apakah dia tidak takut jika ada hewan buas masuk ke dalam rumah?" Niken terheran heran sendiri di depan jendela.