"Kamu berharga, kamu berharga untuk segalanya," kataku sengit, air mata mengalir di pipiku karena kisah yang menyayat hati itu. Aku tahu latar belakangnya, tapi dia memberitahuku dengan santai, seolah itu tidak mengganggunya. Aku tidak tahu sejauh mana itu. Seharusnya aku tahu apa yang ada di balik kata-kata bercanda itu. Bekas luka di bawah permukaan. Aku adalah sahabatnya. Aku seharusnya telah mengetahui.