Bukannya mengantarku pulang atau membawaku ke markas Roulette, Paijo malah mengajakku ke sebuah warung yang menjual cilor dan es kelapa muda. Memang jaraknya tidak jauh dari markas Roulette, tapi untuk apa dia membawaku ke sini?
Aku duduk di bangku papan, dan bersandar pada pohon mangga besar yang ada di belakangku.
Paijo sendiri duduk di sebelahku dan menatapku lekat-lekat. Sebisa mungkin aku menghindari bertatap muka dengan pria itu, namun Paijo malah menggeser duduknya hingga aku duduk berhadapan dengannya.
"Lo nggak ada sesuatu yang mau diomongin gitu sama gue?" tanya Paijo dengan nada rendah.
Aku menggeleng pelan.
"Nggak ada." sahutku cepat.
"Yakin nggak ada yang mau diomongin sama gue?"
"Nggak ada, emang apa yang harus aku omongin sama kamu? Kamu kali ada yang pengen kamu omongin sama aku?" balasku tak kalah ketus.
Si ibu penjual cilor, hanya tersenyum ke arah kami, lalu kembali sibuk membuat cilor pesanan kami.
"Itu tadi maksudnya apa?" Paijo menatapku tajam.