Sepanjang jalan wajah Dino terlihat kesal. Ia merasa kecewa dan terus menendang-nendang batu dengan kakinya. Sepertinya itu cara untuk melampiaskan kekesalan hatinya.
"Aarrggh! Ada apa dengan mereka semua? Kenapa pekerjaan ini jauh lebih sulit dari menciptakan sebuah alat? Kalau begini ceritanya, lebih baik aku diminta untuk tidak tidur berhari-hari lamanya daripada harus melakukan seperti ini lagi," gerutu Dino.
Saat ini sisi kekanakannya timbul. Ditandai dengan wajah cemberut dan gigi yang saling beradu.
Seketika terbayang akan keadaan yang mungkin Ruri dan Sesilia alami saat ini. Perasaan malu pun mendadak hadir.
"Kalian boleh memanggilku si bodoh sekarang!" ujarnya sambil menyapu wajah dengan kedua telapak tangan.
Kini Dino pun sadar, bahwa semua manusia memiliki kelebihan dan kekurangan dalam dirinya. Tak sebaiknya ia merendahkan Ruri yang selalu ia anggap sebelah mata. Belum lagi wajah lugunya yang kerap terlihat bodoh dan memalukan.