"Tidak apa, Dino. Kau masih punya waktu meski aku tidak tau pasti berapa lama lagi. Karena yang aku tau akhir bulan segera tiba dan sebaiknya kami bersiap sedia," jelas Ruri sembari mengembalikan alat buatan Dino. Ia menepuk lembut pundak Dino beberapa kali, berharap Dino bisa terus semangat untuk memperbaiki alatnya.
Tak seperti dirinya, Dino bukanlah sosok pemuda yang lemah. Dengan penuh berapi-api ia menghantam meja dengan kepalan tangannya. Mulutnya pun berucap lantang, "Yah, lihat saja nanti. Aku berjanji alat ini akan bekerja dengan baik bahkan sebelum kalian mendaftar permainan mematikan itu!"
"Okeh, aku tunggu. Aku yakin kau pasti mampu. Aku pergi dulu. Ada yang harus aku lakukan!"