Unduh Aplikasi
1.9% Pelayan Cantikku / Chapter 5: Perempuan Es Bernama Penny Edora

Bab 5: Perempuan Es Bernama Penny Edora

Azura mematung di depan istana yang ada di depannya.

Dia.... terpana. Belum pernah sama sekali Azura mendapati sebuah istana. Yang nyata. Yang sebegini besar.

Istana itu berwarna merah. Dengan gerbang kayu yang tinggi dan besar. Yang menjengit ketika ada seseorang yang masuk. Sebab, air sungai mengelilingi seluruh tembok istana.

Cooper berteriak kepada prajurit dengan armor besi yang berdiri di tepi gerbang istana. "Tuan Prajurit! Tolong bukakan pintu untukku!"

Sang Prajurit membuka helm armornya, memicingkan mata, menelisik siapa gerangan yang datang. Mendapati kereta kencana yang terparkir di depan sana, Sang Prajurit menderek jembatan yang digunakan sebagai pintu utama istana.

Azura berjalan dengan membawa tas jinjingnya. Meskipun sama-sama bertujuan masuk ke dalam istana, kereta kencana akan masuk ke dalam pangkalan kereta kencana lainnya. Sedangkan Azura datang ke … mmm …. gadis itu mendadak berpikir. 'Aku ke dalam istana mau bertemu siapa, ya?'

Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri, mengedarkan pandangannya ke sekeliling. 'Tadi aku melihat Tuan Flint Roderick? Sekarang … di mana dia?'

Saat Azura mencari-cari Flint, kakinya mulai melangkah masuk ke bagian dalam istana.

Tercengang!

Siapa yang tidak tercengang dengan hamparan keindahan yang mirip laksana negeri dongeng?

Bagian depan istana dipenuhi dengan pohon menjulang tinggi, disusun beberapa meter sekali. Lantas, pavingnya berwarna putih yang mengarah ke pintu bangunan istana.

Sementara bagian kanan dan kirinya adalah taman bunga yang sangat indah, ditata sedemikian rupa, dengan jalan-jalan yang mengular, sebagaimana labirin dengan pusat air mancur. Keduanya dibentuk secara presisi di kanan dan kirinya.

Azura membuka matanya. Dia mengerjap. "Wah … Ini sungguh luar biasa."

Ketika dirinya terpana dengan semua itu, Azura mencapai bagian depan istana. Ternyata, di sana ada seseorang yang menunggunya. Penny Edora.

'Sebentar …. Kenapa aku bisa membaca namanya?' batin Azura. Padahal dia yakin, kalau dia itu kehilangan ingatan, dan dia bukanlah Azura yang ini. Dia hanya bisa membaca huruf abjad biasa. Bukan huruf latin yang melingkar-lingkar begitu?

Azura kebingungan, tetapi dia tidak mau ambil pusing. 'Ini mungkin berkat dari Tuhan.' batin Azura.

Ia tersenyum canggung kepada Penny. Perempuan paruh baya itu memiliki rambut yang digelung tinggi. Matanya meruncing mengerikan, serta tubuh yang kurus kerontang. Akan tetapi, tegap dan tangguh.

"Selamat datang Nona Azura Foster. Perkenalkan, aku adalah Penny Edora. Aku adalah pelayan Raja Henbeddentyrus. Sementara dirimu ditunjuk oleh Sang Raja untuk menjadi pelayan Pangeran Ansell. Sekarang ini, aku akan mengantarkanmu ke Paviliun Pangeran Ansell." jelas Penny dengan nada yang tenang dan juga penuh wibawa. Sikap cueknya tersemat dalam tiap kalimat. Seakan dia memberikan jarak untuk Azura.

Azura hanya mengangguk ringan, seolah tak peduli. Toh siapa pun tuannya, dia juga akan menjadi pelayan di sini kan? Menemukan majikan yang baik, syukurlah… Kalau tidak, mau bagaimana lagi? Dia tidak akan bisa kabur di dalam istana yang amat besar dengan tembok yang tinggi ini.

Gadis itu mengikuti langkah Penny Edora. Perempuan tersebut berjalan dengan tegap, mata lurus ke depan, dan punggung tegak. Sedangkan Azura jauh berbeda. Sudah mendoyong-doyong kepayahan dengan tas jinjingnya, matanya juga mengamati sekeliling, belum lagi punggungnya yang 100 persen menunduk.

Azura terus berjalan sampai akhirnya … Duak!

Penny ternyata berhenti berjalan. Azura mengaduh, memegangi hidungnya yang terpentok punggung Penny. Maklum, gadis itu jauh lebih pendek.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Penny dengan mata yang tajam.

"Aku mengikutimu, Nyonya Penny."

Penny mendesah napas panjangnya. "Perbaiki cara berjalanmu. Caramu berjalan, memandang, dan bersikap tidak mencerminkan seorang pelayan."

"Lihatlah semua pelayan di sini. Tirulah mereka. Aku tidak mau repot-repot mengajarkan hal dasar kepadamu." tutur Penny dengan tegas.

Azura memberengut kesal. Ia mengedarkan pandangan. Dia menemukan salah seorang pelayan perempuan. Dia berjalan dengan anggun. Langkahnya tak terdengar, punggungnya tegap, dan mata ke depan. Sesekali, dia menunduk saat ada bangsawan yang melewatinya.

Azura melongo. Dia … dia harus seperti itu? Dia bercanda?

Azura menggelengkan kepala, hendak memprotes kepada Penny. Tetapi, perempuan tua itu malah sudah meninggalkannya jauh.

"Sialan. Sudah menyuruhku mencontoh pelayan lain, dia malah tidak mengizinkanku berhenti lagi! Dia pikir, aku bisa menontonnya dengan kaki yang bergerak, dan mata yag berjalan ke mana-mana? Huh. Dasar." Audrey mencebik.

Saat ia menggerutu, Si Nyonya Penny yang Menyebalkan Luar Biasa itu berhenti. Dia membalikkan badannya. Melantang dengan intonasi yang tinggi, "Kenapa kamu di sana? Ayo cepat. Pangeran Ansell menunggu."

Pangeran Ansell, Pangeran Ansell, Pangeran Ansell terus! Dia sebenarnya siapa sih!

Azura cemberut. Dia menatih tas jinjingnya dengan kaki. Menyumpah dalam hati, 'Awas saja kalau jalannya masih jauh! Aku akan minta pulang hari ini juga!'

* * *

DAN TERNYATA APA??!

Jalan menuju Paviliun Pangeran Ansell MEMANG MASIH JAUH. Entah berapa lamanya mereka berada di dalam Istana Utama, melewati kamar-kamar, berbagai macam ruangan, dimulai dari ruang rapat, ruang seni, perpustakaan, hingga kamar mandi … Semuanya sudah dilewatinya!

'Ini malah mirip seperti room tour!!' sungut Azura dalam hatinya.

Ketika dia berhasil keluar dari Istana Utama, barulah … Gadis itu melihat beberapa Paviliun yang berdiri dengan kokoh. Kaki Azura rasanya lemas. Dia langsung berjongkok.

Ingat, Azura adalah manusia biasa. Dia awalnya adalah makhluk bumi yang dimudahkan dengan segala kecanggihan teknologi. Sudah ada motor, mobil, dan bahkan pesawat terbang!

Dan kini, dia harus berjalan yang entah tidak tahu berapa ratus meter tadi, dengan membawa tas jinjing?! Bagaimana dia tidak lemas?!

Napas Azura telah terengah-engah. Gadis itu memandang ke arah Penny. "Nyonya Penny, tidak bisakan Nyonya pulangkan aku saja? Aku adalah perempuan dengan fisik yang lemah… Sepertinya aku tidak kuat untuk berjalan seperti ini terus menerus."

Mata Pennny langsung berkilat-kilat emosi. "Apa katamu? Pulang?"

* * *

Azura pada saat itu memandang ke arah Penny. Dan Penny? Tentu saja dia marah. Dia melihat seorang perempuan yang sangat lemah dan merepotkan! Apalagi, Penny harus mengurusnya.

'Masa, belum apa-apa, dia sudah merengek pulang! Dasar gadis yang manja!' batin Penny Edora menggebu-gebu.

Perempuan itu menggertakkan giginya. Lantas berkata dengan mata tajam dan mengancam. 'Jangan sekali-kali kamu melakukan hal tersebut! Setiap warga yang ada di Kerajaan Arthus sudah dialokasikan. Mereka sudah terdaftar! Jangan sampai kamu menyalahi takdirmu!"

Azura mengatupkan bibirnya. Tak menyangka kalau dia akan mendapatkan kemarahan yang luar biasa besar. "Ba, baiklah!!" teriak Azura menerima.

Dalam hatinya, Azura mencibir. 'Ish apa apaan sih. Aku kan hanya minta kepada Penny supaya bisa pulang. Masa aku dikurung di sini, dipenjara di sini? Menyebalkan sekali.'

Walaupun dalam hatinya menyimpan kekesalan, tubuhnya sudah kelelahan, Azura tetap diam. Dia mengikuti Penny. Sesekali memandang ke kanan dan kiri untuk memperbaiki posisi berjalannya.

'Astaga. Tuhan. Aku bahkan tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang pelayan.'

* * *


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C5
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk