"Ada apa, Holland? Kenapa kau murung seperti itu?" tanya Mama ketika aku duduk di sampingnya.
"Marysa tak mau bermain denganku. Mungkin ia sedang tidak ingin bertemu siapapun. Padahal aku sangat ingin menghiburnya," balasku sembari menatap Mama.
Lalu tiba-tiba Tuan Albert berkata, "Maafkan Marysa, Holland. Ia memang seperti itu sejak di tinggalkan Mamanya."
"Tak apa, Tuan. Aku bisa mengerti keadaannya," balasku. Tuan Albert mengangguk dan tersenyum kepadaku.
"Apakah kami boleh membawa Marysa ke rumah kami? Mungkin saja ia akan merasa senang jika aku membuatkan kue yang banyak untuknya," tanya Mama membuat aku memandangnya. Aku tahu, Mama pasti juga memikirkan bagaimana caranya agar Marysa kembali ceria. Aku berharap ucapan Mama ini disetujui oleh Tuan Albert, namun nyatanya, harapanku tak akan tercapai begitu saja.