Aku mengangguk dan tersenyum, ku rendahkan posisi berdiriku untuk menyamai tinggi tubuh Marysa. Aku membalas pelukannya, kemudian menangis sejadinya di pelukan anak perempuan ini. Lalu ku lihat Arnold yang sedari tadi berdiri tak jauh dari kami menghampiri, ia menatapku dengan wajah sedih. Matanya terlihat sendu, aku rasa anak itu ingin menangis, namun ia berusaha untuk menahannya. Ku ulurkan tangan agar ia lebih mendekat ke tubuhku. Ia menerima uluran tangan ini, ku tarik tubuhnya, lalu ku dekap kedua anak itu. Tanpa ku sangka, mereka menangis bersamaan. Tangisanku pun juga bertambah deras.