"Tuan kecil Daniel berkelahi di sekolah lagi, tuan."
Wanita berusia 20 tahun tersebut mengadu kepada sang majikan terhadap perilaku anaknya yang akhir-akhir ini kian nakal.
"Dengar, aku sibuk dengan urusan kantor. Banyak pekerjaan yang akan berantakan jika aku mengobrol denganmu. Pergilah temui istriku jika kalian ingin membahas masalah Daniel," jawab William.
Emma mengangguk pelan seraya meninggalkan ruangan tersebut, "Baik tuan, maaf mengganggu waktu anda."
Setelah menutup pintu, barulah wanita muda ini berani membuang napas keras-keras sebab kesal. Bukan cuma sekali dia diperlakukan begini oleh sang majikan lelaki. Emma tidak marah, justru kasihan kepada anak asuhnya yaitu Daniel.
"Psst! Emma!" Kepala seorang anak lelaki muncul dibalik vas bunga besar.
"Hei tuan kecil, kenapa kau sembunyi?" Emma berjongkok.
"Papa bilang apa soal aku? Dia marah tidak dengar kabar itu?" Daniel mendekat.
Senyuman tipis terukir di bibir Emma, dia tahu betul sikap nakal anak ini semata-mata untuk mencari perhatian sang ayah yang super cuek.
"Dia bilang kau tidak boleh nakal lagi! Atau nanti kau tidak akan dapat hadiah ulang tahun!"
Mendengar jawaban tersebut, Daniel tanpa sadar menyunggingkan senyum simpul sembari mencium pipi pengasuhnya.
"Emma, terimakasih sudah selalu bersamaku ketika Papa dan Mama sangat sibuk. Aku mencintaimu seperti kakak perempuanku sendiri!"
Mendapat perlakuan manis seperti ini, Emma ikut tersenyum lalu kemudian memeluk anak berusia 8 tahun itu.
"Aku juga mencintaimu seperti adikku sendiri. Sekarang sudah malam, sebaiknya kau tidur karena besok harus sekolah!" Emma menarik lembut tangan Daniel menuju kamar tidur.
Keduanya baru dua kali melangkah namun sebuah panggilan kembali terdengar, membuat mereka berhenti dan berbalik menatap si pemanggil.
"Kita perlu bicara serius, Emily. Aku tunggu kau di ruangan," ujar Alana singkat bahkan tanpa melirik wajah putranya.
Emma mengangguk, "Baik, Nyonya."
Alana kemudian pergi begitu saja, di waktu yang bersamaan Daniel diam-diam menarik rok yang digunakan Emma.
"Apa menurutmu mama akan marah seperti biasanya?"
"Aku juga tidak tau, maaf ya malam ini sepertinya aku takkan membacakan kisah tidur untukmu. Kau bisa tidur sendiri, kan?" dengan lembut Emma mengusap rambut Daniel.
"Aku akan tidur sekarang," jawab si anak seraya berlari kecil menuju kamar.
Kini Emma menarik napas dalam-dalam, bersiap menghadapi apapun yang akan dikatakan sang majikan perempuan.
— Bab baru akan segera rilis — Tulis ulasan