Unduh Aplikasi
40% Sang Pengelana Utara / Chapter 4: 3. Trap... Watchout !!

Bab 4: 3. Trap... Watchout !!

Mill melanjutkan perjalanannya masuk ke dalam Distrik Everland, Sedangkan Reamur ke atas bukit Atlas untuk membuat sesuatu sesuai rencana yang mereka persiapkan.

Mill dan timnya langsung mengambil alih komando pasukan pertahanan sisi barat Distrik Everland. semua pasukannya menggunakan garpu kebun dan tombak.

Semua penduduk bersorak karena kedatangan pahlawan tak bersenjata yang ahli dalam pertempuran absurd. Mill langsung menghadap ketua Distrik Everland.

"Selamat malam, pak. Maaf saya harus datang kembali kesini" Sapa Mill.

"Tidak apa nak, Kau sudah menjadi orang yang besar. Ayah bangga kepadamu" Sahut Ayah Mill sambil memeluk Mill.

"Sudah ayah, jangan berlebihan memujiku" Ucap Mill.

"Baiklah, apa kedatanganmu kesini?" Tanya Ayah Mill.

"Esok siang, mereka akan menyerang dan segera mengambil alih sisi barat" Jawab Mill.

"Oke, apa rencanamu?" Tanya Ayah Mill.

"Aku akan mengambil alih sebagian kekuasaan untuk melatih anak muda menjadi pasukan Distrik Everland" Jawab Mill.

"Baiklah. jika itu yang baik untuk kita, maka lakukanlah nak" Ucap Ayah Mill.

"Baik ayah. Oh iya, satu lagi. pesankan kepada ibu buatkan bekal kue coklat untukku" Sahut Mill.

"Pasti nak, Pergilah" Ucap Ayah Mill.

Mill langsung pergi dan kembali ke tempat keramaian. Dan langsung memanggil pasukannya untuk merekrut pasukan muda untuk bertempur.

"Ayo kita bertempur melawan pasukan musuh. Tidak ada yang bisa melawan orang Everland!!" Sorak Mill.

"Hidup Everland!!" Suara Gemuruh penduduk bersorak.

Mill langsung menjalankan strateginya untuk mempersiapkan pertempuran di perbatasan antara sisi timur dan sisi barat Distrik Everland.

"Siapkan pasukan pengrajin zirah" Ucap Mill.

"Zirah? Bijih besi kami sudah diambil dan yang tersisa hanya pohon yang siap di tebang untuk bahan dinding pertahanan dan sedikit bijih tembaga dan perak" ucap salah satu ahli logistik Distrik Everland.

"Alat atau Senjata bekas?" Tanya Mill.

"Ada setumpuk lumayan banyak alat bekas berbahan tembaga" Jawab Ahli logistik itu.

"Baik, Leburkan semua alat itu dan gabungkan semua itu, lalu buat mata tombak dari seperti garpu kebun" Ucap Mill.

"Lalu untuk Zirah kita gunakan kayu sebagai bahannya, kemudian kita akan gunakan kuda yang ada disana" Lanjut Mill sambil menunjuk arah lapangan luas.

"Tapi bagaimana caranya? kami tidak ada yang pandai menempah besi" Tanya Ahli Logistik itu.

"aku dan tim ku akan melatih semua pasukan untuk pertempuran ini" Jawab Mill.

"Baiklah, aku serahkan kepadamu. Mill" Ucap Ahli Logistik itu.

"Tak masalah, Kita harus memenangkan pertempuran ini" Sahut Mill.

Pasukan Muda dilatih untuk cara menggunakan tombak garpu dan tombak ikan. Para pengrajin membuat Zirah dari kayu, kulit dan sedikit perunggu. Semuanya bekerja secara total dan berubah menjadi Distrik produksi. Mill di ruangannya terus melakukan rencana dan strategi dengan pertahanan kota.

"Mill, Apa rencanamu?" Tanya Ketua pertahanan.

"Aku akan mencoba menggiring mereka ke dekat bukit atlas" Jawab Mill.

"Hah?? Untuk apa? Itu sama saja dengan bunuh diri" Ucap Ketua.

"Tak ada bunuh diri yang dilakukan dengan rencana" Sahut Mill.

"Apa yang kau ingin lakukan?" tanya Ketua.

"Aku sudah mempersiapkan sesuatu disana." Jawab Mill.

"Hmm... Baiklah. Apa rencanamu selanjutnya lagi?" Tanya Ketua.

"Untuk sekarang. Itu dulu sudah cukup" Jawab Mill.

"Baiklah, kau boleh pergi" Ucap Ketua.

"Pamit, Permisi" Sahut Mill.

Mill pergi meninggalkan ruang pertemuan untuk militer dan langsung menuju sebuah rumah kecil di sudut Distrik Everland dekat gerbang perbatasan sisi barat Distrik Everland. Rumah itu ternyata basecamp Divisi 7 karena semua tempat penuh dengan barang logistik.

"Pak" Ucap seseorang.

"Iya?" Sahut Mill.

"Zirah sebagian dan Tombak Ikan sudah selesai" Ucap seseorang.

"Oke, Segera bentuk regu Pasukan berkuda dan latih didekat bukit atlas" Sahut Mill.

"Siap pak" Ucap seseorang, lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Lapor pak" Ucap seseorang yang baru saja tiba.

"Katakan" Sahut Mill.

"Pasukan Norbeo sudah sampai di perbatasan sisi timur Distrik Everland. kemungkinan dalam 1-2 jam lagi akan sampai di perbatasan sisi timur dan barat" Ucap seseorang itu.

"Info diterima, Kembali mengintai" Sahut Mill.

"Mill, Sepertinya ada yang tidak beres" ucap seseorang.

"Ada apa Louis?" Tanya Mill.

"Kita harus mengawasi ketua pertahanan Distrik Everland" Jawab Louis.

"Kau juga mengetahuinya? haha baiklah itu tugasmu" Ucap Mill.

"Haha seperti biasanya, baiklah pak" Sahut Louis.

Mill kembali ke rumahnya dan mempersiapkan pakaian tempur terbaik. Mill berseragam tempur lengkap seperti kapten kapal. Pistol disaku kiri dan pedang kecil disaku kanannya, lalu mata tombak besi yang terpasang di tongkat kayu yang dililit dengan bendera kecil. Dengan sedikit rasa deg-degkan karena belum pernah terlibat pertempuran langsung sebelumnya.

Mill yang memimpin pasukan kuda dan Louis yang memimpin pasukan tombak langsung mengambil posisi. Ada 2 kereta kuda lengkap dengan pasukan pemanah datang dari belakang barisan.

"Pak, saya ditugaskan oleh ketua regu untuk membantu pertempuran" Ucap seseorang.

"baiklah, bantu pukul mundur mereka yang mendekat" Sahut Mill.

"Siap pak" Ucap seseorang.

Mill dan Louis langsung berhadapan dengan pasukan musuh yang jumlahnya 2 kali lipat dari pasukan Mill. salah satu dari mereka keluar baris dan mengejek Mill.

"Oh... Ternyata seorang kurir ingin menjadi pahlawan yah?" Ejek Ketua pasukan Norbeo

"Haha... aku bosan dengan sejarah yang dipenuhi dengan cerita orang asing menjadi pahlawannya" Balas Mill.

"Lucu sekali pesan terakhirmu... Kau akan kalah hari ini dan selamanya" Ejek Ketua pasukan Norbeo.

"Mari kita buktikan" Balas Mill.

"Pasukan... Serang !!!" Ucap Mill dan Ketua pasukan Norbeo. Serentak semuanya bergerak mengangkat senjata untuk maju ke melawan musuh. Seketika pertempuran tersebut menjadi riuh ricuh. Mill bertarung dengan Ketua pasukan Norbeo.

"Lucu sekali kau badut melawanku dengan jumlah yang tidak seimbang" Ucap Ketua pasukan Norbeo.

"Iyaaaa... Aku memang badut jalanan. Haha" Sahut Mill.

"Mill, Saatnya!!" Ucap Louis.

"Oke. Kita mulai Atraksinya" Sahut Mill.

"Pasukan Mundur formasi!!" Sorak Louis.

"Pasukan Kuda Ikuti aku" Sorak Mill yang langsung memotong barisan pasukan musuh.

Kini pasukan Norbeo belah menjadi dua karena tidak terkendali akibat riuh ricuh perang diawal. Pasukan tombak langsung menyerang balik dengan turunnya hujan panah dari bala bantuan tersebut. Sementara itu pasukan Norbeo yang dipimpin ketuanya mengikuti Mill masuk ke dalam jalan sempit diantara tebing-tebing tinggi.

"Kau bunuh diri dengan inikah?" Ejek Ketua pasukan Norbeo.

"Iya... tidak ada lagi jalan keluar" Ucap Mill.

"Bodo sekali. Selamat Tinggal Mill sang pahlawan tak berdaya hahaha" Ejek Ketua pasukan Norbeo.

"Ku ucapkan selamat tinggal juga pada dirimu" Sahut Mill.

Mill dan pasukan kudanya sebagian memilih ikut bersamanya dan sebagian pasrah dan terjebak didalam tebing tersebut. Batu besar langsung menutup akses keluar masuk dari tempat itu. Pasukan Norbeo pasrah dan memohon ampun kepada pasukan Mill tersebut. Ketua pasukan bermohon kepada Mill untuk melepaskannya.

"Ayo lah, ini tidak adil..." Ucap Ketua pasukan Norbeo.

"Memang sudah tidak adil dari awal" Sahut Mill.

"Kau memang tidak berani melawanku hah?? dasar pengecut" Ejek ketua pasukan Norbeo.

"Iya... aku memang seorang pengecut. tapi itu biasa saja bagiku" Balas Mill.

"Kau tidak ada apa-apanya bagi desa kecil yang tak berguna ini" Ejek keras dair ketua pasukan Norbeo.

"Kau terlalu naif untuk bertempur. Tak ada jalan untukmu. Pasukan!! longsorkan!!" Sorak Mill dengan tegas.

Pasukan Reamur langsung merontokkan sedikit bagian tebing dan menutupi sebagian tebing.

"Aku sengaja membiarkan kalian hidup terkurung disitu. Cari jalanmu sendiri. Pasukan!! Jalan." Ucap Mill.

Mill bersama pasukan kuda menuruni tebing dan bertemu dengan pasukan Reamur dengan ditemani matahari terbit. Mereka bergabung dan berjalan menuju benteng mereka. Mill langsung menemui Louis.

"Dimana pasukan tombak?" Tanya Mill.

"Mereka sedang berjaga di depan benteng untuk antisipasi bala bantuan. Bisa pasukan kuda untuk memantau daerah pertempuran tadi?" Jawab Louis.

"Segera, Kita akan menyerang mengepung dan menggali informasi tentang Neval Port"

"Pak, Pasukan mereka melarikan diri ke Neval Port untuk meminta bantuan" Ucap Pengintai.

"Pasukan kuda Bergabung dengan pasukan disana untuk mencegat mereka" Perintah Mill.

"Laksanakan" Sahut ketua pasukan kuda diikuti derap langkah kuda yang banyak melewati benteng tersebut.

Mill dan Reamur yang tertidur didadanya masih diatas kuda. Semuanya bertanya dimana dia menemukan orang ini. Mill langsung membawanya kerumahnya.

"Siapa dia?" Tanya Louis.

"Reamur" Jawab Mill.

"Anak baru yah? sepertinya dia akan akrab denganmu haha" Ucap Louis.

"Tentu saja, dan..." Sahut Mill.

"Ahh... akan ku istirahatkan dia dikamarku" Lanjut Mill.

"kau memang orang yang baik, Mill" Puji Louis.

"Ahhh... Louis. Jangan terlalu berlebihan. Sampai bertemu nanti malam" Ucap Mill.

"Santai, itu sudah pasti" Sahut Louis.

Mill membawa Reamur dan istirahatkannya di kasurnya, lalu Mill kembali ke mejanya untuk membuat rencana dan strategi absurd lainnya. Mill membuka sedikit jendelanya untuk mencari udara segar. Ketika Mill sedang membuat rencana, terdengar suara kecil berbisik

"Dingin... Ayah. Disini Dingin..." Lirih Reamur.

Mill langsung menutup jendala, lalu beranjak dari tempatnya dan menyelimuti Reamur yang sedang tidur, lalu kembali lagi membuat rencana.

"Terima kasih..." lirih Reamur.

"Sama-sama" Sahut Mill.

Seketika Reamur terbangun dari tempatnya dan langsung melihat sekitar. Reamur langsung mengambil pisau kecil dan mengarahkan ke arah Mill.

"Sedang apa kau?? apa yang kau lakukan?" Ucap Reamur yang cemas.

"Tidak sedang apa-apa" Sahut Mill yang sedang fokus membuat rencananya.

"Tak mungkin, kau pasti sudah melakukan apapun kepadaku kan??!!... JUJUR!!" Ucap Reamur sambil meninggikan nada.

"Stttt... jangan berisik. Semua orang sedang tertidur" Sahut Mill.

"Maafkan aku..." Ucap Reamur.

Mill kembali beranjak dari tempat kerjanya mendekati Reamur.

"Jangan mendekat" Ucap Reamur sambil mengarahkan pisaunya.

"Kenapa??" Tanya Mill.

"Tampangmu seperti para penggoda" Jawab Reamur.

"Yang benar saja... Ayo lah. aku hanya ingin berbicara sebentar saja" Ucap Mill.

"Tidak aneh-anehkan?" Tanya Reamur.

"Iyaaaa..." Jawab Mill.

Mill mendekat dan duduk di tempat tidur didekat Reamur. Secara spontan Reamur langsung jatuhkan pisau kecil itu dan memeluk Mill.

"Mill... Aku takut" Bisik Reamur.

"Ada apa dengan dirimu?" Tanya Mill.

"Setiap tidur aku selalu ditemani ayahku sampai tidur kembali" Jawab bisik Reamur.

"haha, ternyata kau memang seorang gadis. kirain anak nakal" Canda Mill.

Reamur langsung mencubit badan Mill.

"Aw... Apa yang kau lakukan?" Tanya Mill.

"Mencubitmu" Jawab bisik Reamur.

"haha, maaf itu cuma canda saja" Ucap Mill.

"Iya..." Sahut Reamur.

"Maukah kau temani diriku sampai tertidur?" Tanya bisik Reamur.

"baiklah tapi sambil membuat rencana" jawab Mill sambil beranjak dari tempatnya.

Reamur langsung menarik tangan dan melihat Mill.

"Disini" Ucap Reamur sambil menatap tajam Mill.

"Oke-oke baiklah gadis." Sahut Mill.

Mill menemani Reamur sampai tertidur hingga dirinya pun tak sadar ikut tertidur bersandar di dinding tempat tidurnya. Malam special bagi Reamur tetapi tidak bagi Mill yang ambisius. Malam itu seperti tidak biasanya dia lakukan.


PERTIMBANGAN PENCIPTA
Isyukun Isyukun

Like it ? Add to library!

Suka ? Tambah ke Pustaka!

Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C4
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk