Sambil terus merenggangkan persendian -aku bersumpah bahwa sendi-sendiku seolah habis dipatahkan menjadi dua- ku langkahkan kaki menyusuri selasar, menuruni tangga menuju lantai satu. Lain kali aku akan berpikir dua kali mengenai tidur tanpa bantal maupun seprei. Hal yang ku anggap remeh ternyata berakibat fatal jika dibiarkan dalam waktu yang lama. Mungkin ada sebagian orang yang cukup nyaman tidur tanpa alas empuk, tanpa bantal, juga tanpa selimut. Seperti para pemburu yang terbiasa tidur di dalam hutan, para nelayan yang terombang ambing di tengah lautan, para tentara yang berjaga semalaman selagi berbaring di atas tanah berkerikil nan kasar. Tentu saja mereka telah terlatih, lain halnya dengan diriku yang terbiasa dengan segala kemudahan hidup, seperti masyarakat sipil.