Pelayan tadi tertawa mendengar perkataanku. Ya itu lucu kurasa untuknya, tapi apalah aku yang kecil seperti kutu ini.
Kami bolak balik beberapa kali untuk mengangkut senjata yang lain. Saat satu kereta kembali datang, aku baru menyadari pintu gerbang itu telah utuh kembali. Entah sejak kapan diperbaiki, namun bukan itu yang membuatku tertarik melainkan apa yang ada di depan pintu itu. Ribuan anak panah tertanam dalam tanah hanya menyisakan bagian pangkalnya, berwarna gelap seperti baru tercelup dalam tinta. Mengerikan, tak bisa membayangkan bagaimana Phobos bisa lolos dari itu semua, sekarang semua anak panah itu menjelma menjadi ladang berwarna hitam jauh mata memandang di depan camp alpha.
"Wow...," ucapku takjub.
"Kenapa?" aku tahu itu suara siapa.