Pria itu tertawa, lalu dia meludah tepat di depanku "Kau tidak sedang dalam posisi bisa menawar, bocah! Kau beritahu saja mana bunga itu. Aku bisa menyiksamu kalau kau tidak melakukannya!," gertaknya.
"Lakukan saja" aku tersenyum padanya, seolah tidak takut pada ancamannya. "Jika aku mati, maka sumber uangmu akan hilang. Kau juga tidak punya pilihan. Kau bisa mempercayaiku, tapi bagaimana dengan rekanmu itu?!." Aku melirik pada Zarina. "Bukankah ada kemungkinan dia akan menipumu?."
Aku kembali memusatkan perhatian pada pria itu. "Sementara aku, untuk apa? Hanya lima persen tidak akan membuatmu miskin. Aku akan memberitahumu mana bunga itu setiap dia muncul, sementara dia?" aku melirik Zarina lagi. "Kau tidak bisa membaca pikiran setiap orang, Tuan!."