Unduh Aplikasi
5.69% Dia Imamku. / Chapter 22: Makan bersama

Bab 22: Makan bersama

"Iya semua orang tua pasti mau yang terbaik untuk anaknya, apalagi anak Ibu dan Bapak perempuan yang harus dijaga dengan baik dan dicintai jangan sampai dikasari ya Feri, kamu nggak keberatan kan kalau Bapak dan Ibu menitipkan Sinta kepadamu," ucap Bapak mertua Feri kepada Feri.

Tiba-tiba diam mendengarkan perkataan Ibu dari Sinta itu.

"Loh kok kamu diam ada apa Feri kamu lagi memikirkan apa emangnya, sampai Ibu berbicara kamu hanya diam," ucap Bapak dari Sinta kepada Feri.

"Eh iya maaf lagi mikirin sesuatu, soalnya jadinya tidak fokus waktu sedang berbicara," ucap Feri kepada Ibunya Sinta itu.

"Iya Ibu bilang sama kamu kalau harus menjaga Sinta karena ya gitulah namanya juga orang tua apalagi anak Ibu dan Bapak itu kan perempuan jadi harus dimanja, tidak boleh di kasarin seperti itu loh maksudnya," ujar Ibunya Sinta kepada Feri.

"Iya Bu kalau soal itu gampang kok nanti aku yang ngurus, semoga saja aku bisa menjadi suami yang baik dan menjadi menantu yang berbakti untuk Ibu dan Bapak juga," ucap Feri kepada kedua orang tua Sinta.

"Ya sudah dari tadi kok malah bicarain aku sih emangnya tidak lapar ya, itu aku sudah menyiapkan sarapan, ayo kita sarapan sama-sama, kan kita pindah juga nanti besok atau lusa kok belum sekarang, iya kan," ujar Sinta kepada suami dan kedua orang tuanya itu.

Kedua orangtuanya pun bergegas untuk ke dapur dan sarapan bersama, tetapi tiba-tiba ketika Sinta mau melayani sang suami justru reaksi suaminya sangat tidak mengenakkan hati Sinta.

Ketika Sinta mengajak Feri untuk makan bersamanya dia seperti tidak di hargai ketika Sinta memegang tangannya.

"Ayo mas makan dulu nanti kan kita juga mau membereskan baju-baju kita yang mau dibawa untuk pindah ya kan," kata Sinta dengan memegang tangan suaminya.

"Nggak usah pegang tangan aku lah, ya sudah kalau mau makan-makan saja tidak usah seperti itu kamu memaksa ku kayak apa saja, sarapan duluan saja," ucap suaminya itu kepada Sinta.

"Aku cuman mau ngajak kamu makan saja dan kamu untuk sarapan kok jawaban seperti itu sih nggak bisa banget hargain perempuan," ucap Sinta kepada Feri.

"Kamu berbicara jangan sampai didengar kedua orang tua kamu ya, aku masih disini dan kamu berbicara sama aku bisik-bisik saja jangan sampai kamu bicara sama orang tuamu kalau aku kasar sama kamu ingat itu," ucap Feri dengan tegas kepada istrinya itu.

Sontak Sinta pun kaget melihat perilaku dari Feri ternyata Feri adalah seorang laki-laki yang kasar dan tidak bisa menghargai perjuangan seorang perempuan padahal Sinta telah menyiapkan makanan untuk suaminya agar bisa sarapan, selama ini Sinta tidak bisa memasak tetapi dia berusaha untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya tetapi reaksi suaminya sangat menyakitkan hati Sinta.

"Oh jadi seperti ini sifat asli kamu aku sudah menduga sih kalau selama ini kamu tidak baik untuk aku, tapi aku sangat menyayangi kedua orang tuaku jadi aku mau saja menikah dengan kamu, jadi aku sih emang sudah nggak enak sudah resah gelisah, tapi emang ternyata ini sih kenyataan pahit yang harus aku terima, menikahi seorang laki-laki seperti kamu, " ucap Sinta kepada Feri.

"Kamu mau berkelahi di sini ha, kamu tidak takut kalau kedua orang tuamu lihat atau mendengar pembahasan dari kita , kamu yakin kedua orang tua kamu tidak menangis melihat kamu dan aku seperti ini haha," ucap Feri.

"Kamu boleh kasar sama aku kapan saja di mana saja boleh, kamu enggak bentak aku, aku memang orangnya serba salah di depan mata kamu dan emang kalau kedua orang tuaku itu aku sangat menyayanginya dan tidak mungkin aku membiarkan mereka melihat kelakuan kamu yang memperlakukan istrinya semena-mena," ucap Sinta kepada Feri.

"Halah kamu ngomong apa sih baru sekali ya kamu menyiapkan makanan untuk aku, tapi sudah berlagak seperti orang yang sangat tersakiti," ucap suaminya itu kepada Sinta.

"Sebenarnya kamu mau makan atau tidak kalau memang tidak mau makan silahkan aku juga tidak memaksa kamu untuk makan-makanan aku ataupun masakan aku," ucap Sinta.

" Heh kamu kalau berbicara sama suami tuh ya yang sopan ya aku punya harga diri, bagaimanapun aku ya aku ini tetap suami kamu kamu harus mengerti aku, kamu tidak bisa menghargai aku lihat saja nanti," ucap Feri kepada Sinta.

Feri pun bergegas untuk kamar mandi dan Sinta pun bergegas menemui kedua orang tuanya yang sedang menyiapkan piring di dapur.

"Kita makan sama-sama loh mana tadi suami kamu katanya tadi mau sama-sama, ini perdana loh kita makan sama kamu dan suami kamu ya, kan Bapak dan Ibu sangat senang ketika anak gadis Ibu sudah menikah seperti ini rasanya adem banget," ucap Ibunya itu kepada Sinta.

"Ibu Seneng banget ya, aku sudah menikah sekarang dan aku sudah mempunyai suami aku tidak sendiri lagi dan sedikit lagi aku juga sama mas Feri sudah mau pindah ke rumah baru, Ibu senang banget ya Bu?" tanya Sinta dengan lembut kepada Ibunya itu.

"Ibu tuh senang banget pokoknya senang banget, karena anak gadis Ibu Yang Ibu sayangi dan Ibu selalu mencintai dia sangat tulus dan sekarang ada orang yang sangat menyayanginya dengan tulus dan sekarang sudah menjadi suami istri dengan anak gadis Ibu itu sangat membahagiakan kedua orang tua nak, "ucap Ibunya itu kepada Sinta.

Sinta pun terdiam mendengar perkataan kedua orang tuanya dia merasa membohongi kedua orang tuanya, dia berbicara dia bahagia bersama Feri tapi baru menikah pun Feri sudah kasar dengan dia dan dan Sinta tidak ingin kedua orang tuanya mengetahui bahwa dia sangat kecewa dengan Feri dan kekasaran yang dilakukan oleh Feri kepada Sinta.

Sinta menyembunyikan jika dirinya tidak bahagia dengan Feri.

"Semoga saja rumah tangga Sinta berjalan seperti Bapak dan Ibu merasakan kebahagiaan yang hakiki dunia, akhirat dan semoga juga masa Feri memperlakukan aku seperti ratu di rumahnya dan ratu juga di hatinya," ucap Sinta kepada Ibunya itu.

"Iya namanya orang tua pasti mendoakan agar anaknya selalu mendapatkan kebahagiaan bersama suaminya apalagi kalian pengantin baru, pasti doa itu terus mengalir orang lain juga mendoakan agar sakinah mawadah warohmah dan kedua orangtua atau lagi pastinya sudah

sangat mendoakan kalian berdua, ya sudah panggil sana suami kamu Sudah ditunggu Bapak dan Ibu bilang gitu ya," ucap Ibunya itu kepada Sinta.

"Ya bu tadi sih mas Feri bilang mau ke kamar mandi katanya mau buang air kecil tapi langsung ke sini kok karena tadi mas Feri bilang sudah lapar, jadi sedikit lagi mungkin dia datang kok Bu," ucap Sinta kepada Ibunya itu.

"Oh ya sudah kalau begitu kamu Siapkan dulu ini piring suami kamu dan istri itu lebih mulia derajatnya kalau melayani suami dengan baik, ambilkan nasi di piring suamimu dan nanti kalau suamimu datang tinggal makan, itu sedikit demi sedikit kamu belajar menjadi istri yang baik untuk Feri nak ya," ujar Ibunya itu kepada Sinta.

Sinta pun tersenyum kepada Ibunya itu dan bergegas untuk mengambil piring dan mengambil nasi untuk suami nya itu tidak lama kemudian Feri datang dan bergabung di meja makan untuk sarapan dengan istri dan kedua orangtua dari istrinya itu.

"Maaf ya Pak Bu lama soalnya tadi kebelet banget sih jadinya langsung ke kamar mandi hehehe," ucap Feri kepada mertuanya itu.

"Ya ampun iya nggak apa-apa namanya orang kebelet juga mah nggak bisa ditahan kalau udah kebelet langsung ke kamar mandi gitu ya kan, karena sekarang kalau ditahan apa-apa mah sekarang jadi penyakit dia nggak sih," kata Ibunya itu kepada Feri.

"Iya bener itu ada teman Bapak suka banget nahan-nahan buang air kecil tuh sekarang jadi punya penyakit ginjal kan malah nyusahin banyak orang, kasihan mana dia sudah orang nggak punya tapi malah ke tambahan lagi dia mempunyai penyakit seperti itu kan jadi kasihan," ujar Bapaknya itu kepada Feri.

"Ya ampun kasihan banget ya pak cuman gara-gara hal sepele jadi hal yang serius terjadinya kalau seperti itu," ucap Feri.

"Iya ini juga jadi pelajaran supaya tidak menyepelekan hal sekecil apapun ya kan takut," ucap Bapak dari Sinta itu.

"Iya memang sekarang sih orang-orang begitu yah menyepelekan hal kecil apalagi anak-anak muda kamu harus hati-hati jaga istri kamu supaya hidup sehat keluarga tentram, damai Bahagia, itu lagi romantis harus tetap dijaga ketat," ucap Ibunya Sinta kepada Feri.

Bersambung


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C22
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk