Unduh Aplikasi
41.17% Kamulah Rumahku, Mr Min / Chapter 7: 06. Bermain Peran

Bab 7: 06. Bermain Peran

'Takdir selalu tak mengenal waktu dan tempat. Tidak perduli kau siap atau tidak.'

'Sebelum hari pernikahan Yoongi dan Jang Mi'

Setelah mengetahui bahwa Yoongi menyetujui usul wanita yang disanderanya untuk menikah, Jungkook bergegas mencari lelaki itu.

"Hyung, apa tidak ada cara lain? Kenapa harus pulau itu hyung?" Jungkook tak main - main saat ini. Raut khawatirnya benar - benar serius.

"Kau tidak mengerti, Jeon," sahut pria dihadapannya. Giginya beradu. Jungkook tahu Yoongi juga sedang menahan amarah. Tangannya bahkan mengepal erat. Jungkook sudah mengenal pria itu jauh sebelum hidupnya berantakan. Bahkan Jungkook tidak mengenal siapa itu ayah dan ibu kecuali Yoongi.

Sebagai adik non-biologis yang mengetahui sejarah hidup seorang Min Yoongi, ia tak rela jika hyung-nya harus menahan sakit selama tinggal dengan Jang Mi. Namun dirinya juga tak bisa melawan teguh dan kerasnya pria yang berbeda empat tahun darinya itu. Hasilnya adalah ia hanya dapat memantau seperti sebelumnya.

...

Jang Mi dan Yoongi sudah siap meninggalkan penginapan. Mereka akan kembali ke kota untuk menghadiri rapat saham perusahaan. Setelah bekerja sama, Yoongi berhasil memegang 5% saham AHN atas namanya.

Menyamar sebagai sekertaris Yoongi di rapat pertamanya, Jang Mi sedikit gugup. Ia harus tampil berbeda. Dress hitam selutut pas dibadannya, dibalut outer putih. Rambut panjangnya dibiarkan terurai. Juga kacamata untuk mengelabuhi orang - orang disana.

Jungkook memperhatikan perbedaan Jang Mi. Tak mengira bahwa pakaian yang ia beli untuk gadis itu malah menyulut emosinya. Apalagi melihat Yoongi yang berkali - kali menghela napas berat. Pria itu memalingkan mukanya ke jendela untuk menatap jalanan. Wajahnya sedikit memerah. Hingga tiba di pelabuhan, Yoongi harus bertahan disamping gadis itu. Hal ini menguatkan Jungkook untuk melakukan sesuatu demi kebaikan hyung-nya.

...

Takdir memang tak kenal waktu dan tempat. Dari semua kesempatan, Yoongi tidak tahu kenapa harus bertemu dengan ayahnya di lobby AHN company saat rapat. Jangankan bertegur sapa, melirik pun tidak. Yoongi tak heran lagi. Mereka bertingkah seakan tak saling kenal. Sementara Min Jun Gi, ayahnya, menghentikan langkah memandangi Jang Mi hingga keduanya menghilang dibalik pintu lift.

"Awasi mereka," titahnya pada pria disampingnya.

...

"Apa kabar, Tuan Yoongi? Silahkan duduk."

Seorang pegawai kantor menyapanya. Tentu saja Jang Mi mengenal pria ini. Lee Seong Hwa, adik kandung ibunya yang berambisi kuat untuk menguasai salah satu cabang perusahaan di Busan.

"Perkenalkan ini sekertarisku, Ann."

"Oh, nona Ann bukan orang korea?" tanya Seong Hwa sambil menjabat tangan Jang Mi. Gadis itu tersenyum simpul.

"Dia keturunan Korea - Eropa," jawab lelaki itu kemudian duduk di kursi yang disediakan.

Jang Mi tak dapat menutupi rasa kagetnya. Sebab apa yang dikatakan Yoongi bukanlah karangan belaka. Ia mencoba duduk tenang disamping pria itu. Nama panggilannya memang Ann. Nama yang diberikan oleh kakek dari ayahnya yang tinggal di Vienna, Austria. Hanya ayah dan ibunya yang mengetahui nama ini.

'Apa kau menyelidiki latar belakangku begitu dalam?' Jang Mi hampir lupa kalau ia adalah buruan kelompok Yoongi. Jadi kemungkinan besar orang disampingnya sudah mengetahui banyak hal tentangnya.

...

"Mister, ada satu mobil mengawasi kita selepas dari kantor AHN."

Yoongi melirik spion mobilnya dan membenarkan perkataan Jungkook. Lelaki itu sudah tahu akan begini. Maka ia mengubah rencananya. "Lacak posisiku. Cari hotel terdekat. Aku akan pesan satu kamar," ucapnya di telepon pada salah satu anak buahnya.

"Kau punya satu tugas." Jang Mi menoleh ke samping. Telinganya tidak salah dengar ketika Yoongi mengatakan bahwa ada sebuah tugas untuknya. Ia menghela napas. Semoga kali ini tidak disertai suara bising peluru.

...

Jang Mi keluar dari mobil setelah dibukakan pintu oleh Jungkook. Ia harus mengikuti permainan mereka. Menjadi istri sungguhan dari Min Yoongi.

Saat Yoongi berjalan disampingnya dan menoleh padanya, ia sudah paham apa yang harus dilakukannya. Tersenyum manis, menggelayut manja dan hal - hal cheesy lainnya.

Min Yoongi membenci ide ini, tapi ia juga tak punya usul bagus yang bisa membuat sang ayah berhenti. Akan sangat berbahaya jika mereka mengikuti ke Pulau Hong Do.

Jungkook menelpon seseorang selagi mereka bermain peran. "Halo, dokter. Ya, bagaimana kabar anda? Baik, dok. Ohya, saya butuh bantuan anda."

...

Pertemuan dengan seorang Min Jun Gi memang melelahkan. Tak akan ada kata mudah. Yoongi kenal betul tak - tik pria tua itu. Lihat saja, ayahnya menyuruh orang untuk mengawasi dirinya dan Jang Mi hingga mereka berada di hotel.

Yoongi mengajak gadis itu keluar kamar untuk melihat kolam renang di lantai atas hotel. Ia berusaha keras menahan diri agar terlihat senatural mungkin ketika Jang Mi menggandeng tangannya. Berjalan beriringan, mereka menikmati pemandangan kota Seoul dari atas. Jang Mi tersenyum kearahnya lalu berbisik, "Sampai kapan aku begini? Siapa orang - orang itu?"

"Mereka orang suruhan ayahku, pria yang ada di rapat tadi. Jangan banyak tanya."

Gadis itu pun berhenti. Ia risih namun tak ada yang bisa dilakukannya selain melanjutkan permainan. Pun saat mereka keluar dari kamar hotel untuk mencari santapan siang.

Situasi semakin menegangkan ketika pria yang sedari tadi mengawasi itu mengikuti mereka ke dalam lift. Tangan kanannya berada di saku celana bagian kanan. Yoongi melirik sekilas dan melihat bentuk jarum suntik tercetak dari sakunya. Sebelum adegan dalam khayalnya menjadi nyata, Yoongi menarik Jang Mi berhadapan dengannya. Membuat gadis itu terjepit antara tubuh Yoongi dan dinding lift. Deru napas keduanya bertubrukan. Mata tajam pria itu cukup menahan Jang Mi agar tak bergerak kemanapun sekaligus membuatnya terpukau.

Jang Mi tidak bisa berkilah ataupun protes. Pasrah namun terkejut, matanya menatap makhluk dihadapannya tanpa berkedip. Tidak ada yang menyuruhnya terkesima dengan pria itu dan terbuai pada keadaan sekarang. Ini juga situasi buatan Yoongi untuk menghindari hal buruk yang akan menimpa gadis itu. Meski debaran jantungnya tidak dibuat - buat.

Yoongi sebetulnya tidak ahli dalam hal ini, namun ada banyak yang harus ia korbankan bila berkaitan dengan Min Jun Gi. Termasuk keselamatan dirinya. Ayahnya bisa bergerak terlalu impulsif demi menyesuaikan dengan yang dia inginkan.

Ketika lift berbunyi, barulah mereka merasa lega. Karena pria mencurigakan tadi akhirnya meninggalkan lift. Tangannya tak jadi keluar dari saku saat melihat Yoongi yang tiba - tiba menghimpit gadis itu. Yoongi melangkah mundur dan menarik napas panjang.

"Maaf Tuan, saya gagal membiusnya."

...

Di sebuah kedai kopi pinggir jalan, dua pria duduk berhadapan dengan segelas cangkir ditangan masing masing. "Tak kusangka ia menikah dengan cara seperti ini," ujar salah satunya.

"Maka dari itu saya butuh bantuan anda, dok. Apa yang bisa saya lakukan agar phobianya tidak kambuh? Mungkin saya butuh obatnya."

Jungkook menyesap kopinya. Setidaknya ada dua kesalahan yang telah dilakukan Yoongi menurutnya. Pertama, ia menikah demi sebuah pulau. Kedua, ia terlalu peduli pada istrinya. Sebab itulah Jungkooj akan mulai bertindak sendiri. Ini menyangkut kesehatan hyung-nya.

"Baiklah. Besok akan kubawakan obat penenangnya. Apa ia pernah menunjukkan gejala parah seperti lima tahun lalu?"

Jungkook mengiyakan walau ada sesuatu yang janggal juga dari Yoongi. "Ya, tidak terlalu parah sebenarnya. Tapi ada yang aneh. Saya sedikit bingung karena gejalanya terkadang tidak muncul pada saat tertentu. Kemarin ia bahkan menggendong gadis itu. Saya pikir ia tidak kuat berdekatan dengan wanita lagi, karena gejala parahnya bahkan ia pernah pingsan setelah skinship tanpa sengaja dengan wanita. Saya khawatir ke depannya akan berbahaya kalau Yoongi hyung terus memaksakan diri"

Sang dokter menaruh cangkirnya dan mengangkat alisnya sedikit terkejut. Ia tersenyum menemukan hal baik bagi pasiennya yang lain ini.

"Sepertinya kau harus melaporkannya padaku mulai sekarang." ujar sang dokter. Lalu melanjutkan,"ada kemungkinan dia bisa sembuh bukan karena menghindar tapi menghadapi phobianya."

*bersambung*


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C7
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk