Penilaian yang bagi Elia terasa wajar ternyata tidak bagi Azaila si Petani.
"Sebaiknya kamu tidak menganggap tempat ini seperti surga," kata Azaila. Sebuah peringatan yang meluncur dengan tatapan serius namun bijak itu membuat hati Elia mencelos. Dia memikirkan tempat itu sebagai surga tapi Azaila melarangnya berpikir seperti itu. Kenapa? Elia tak yakin apakah Azaila sedang merendahkan keajaiban yang ada disekitarnya ataukah dia sedang ketakutan. Nada suara Azaila tadi bergetar.
"Kenapa aku tidak boleh berpikir tempat ini seperti surga?"
"Karena tempat ini tidak sebanding dengan surga yang sebenarnya," kata Azaila.
"Oh," Elia kemudian sadar. Ada batasan untuk menilai sesuatu. Tempat yang indah sekalipun bisa rendah hati. Tidak mau mendapatkan pengakuan yang berlebihan.
"Cukup kau terima hasil bumi yang berhasil tumbuh di sini, pengakuan itu saja yang kami butuhkan, bukan disamakan apalagi dianggap sebagai surga," ucap Azaila dengan sengit.