Theria menyimak perkataan Azaila sepenuhnya dengan sikap tenangnya. Kadang sikap itu menimbulkan kesalahpahaman karena kelihatannya dia bosan dengan apa yang dikatakan orang yang sedang mengajaknya bicara. Untungnya Azaila si tabib sudah lama kenal Theria, begitu pula sebaliknya. Mereka sudah saling terbiasa bagaimana masing-masing memperlihatkan antusiasmenya pada pihak lainnya.
"Apa yang kau pikirkan?" Azaila si tabib penasaran dengan kilat mata yang tadi sempat terlihat seperti sisi lain Theria yang sudah lama tak dilihatnya.
"Kau memikirkan sesuatu, apakah kau merasakan sesuatu pada Melianor?" tiba-tiba saja Azaila merasa tak nyaman. "Theria, kau menyelubungi Melianor dengan Shakti milikmu agar bisa merasakan apa saja yang terjadi pada Melianor. Meskipun tidak bisa melihat atau mendengar suara di sana, setidaknya kau bisa merasakan getaran, yang artinya kau akan tahu jika dia dalam masalah."