Dan ternyata harapannya terbukti. Pendekar Tapak Dewa memang berada di dalam goa. Dia sedang bersemedi. Sepertinya orang itu sedang mengumpulkan tenaga dalamnya. Atau, entah sedang apa juga.
Raka menunggu di depannya dalam jarak lima langkah. Pemuda serba putih itu tidak bicara. Dia benar-benar tidak melakukan apapun.
Mata Raka Kamandaka memandangi Pendekar Tapak Dewa dengan tajam. Seperti seekor harimau yang ingin menerkam mangsanya.
Namun hingga saat ini, kenapa dia tidak menerkam juga?
Alasannya hanya satu. Yaitu dia tidak mau menyerang orang yang tidak siap. Sebagai pendekar yang berdiri di aliran putih, Raka tentu segan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan aturan. Apalagi kalau harus bertentangan dengan hati nuraninya sendiri.
Hampir sepeminum teh lamanya Pendekar Pedang Pencabut Nyawa berdiri seperti patung. Setelah sekian lama, akhirnya Pendekar Tapak Dewa membuka matanya juga.