***
"Aku tidak gila!" teriak Hikaru, dia memberontak di rumah sakit jiwa. saat Hikaru ingin di masukkan dalam rumah sakit jiwa. Hikaru tidak gila-!
Plak!
"Diamlah Hikaru, kau membuat dirimu menjadi lebih menyedihkan" seru ayahnya berbisik yang dapat di dengar oleh Hikaru. Hikaru terdiam,
menatap ke arah sekitar dimana tampak semua orang menatapnya, menatap dirinya yang terlihat seperti orang gila.
Hikaru bukanlah bagian dari sini.
Hikaru mengeleng beberapa kali, ibunya yang hanya menangis palsu disana.
Mereka ingin membuangnya.
sampai kapanpun Hikaru tidak akan mau masuk ke rumah sakit jiwa, dia tidaklah bersalah. namun semakin dia memberontak semakin Hikaru merasa terpuruk, semakin Hikaru menjadi orang gila. Hikaru ditahan oleh dua orang perawat disana, dan Hikaru bisa melihat sebuah ruangan khusus disana.
Hikaru mengeleng kan kepalanya, Tidak, Hikaru tidak gila. Hikaru tidak gila-!
Bruk!
Hikaru dimasukkan paksa di dalam ruangan sempit itu, dan segera ditutup. segera Hikaru melihat ruangan dimana hanya ada kamar satu, ruangan putih tanpa apapun. Hikaru beberapa kali memukul pintu, namun tidak ada satupun yang menjawabnya, Hikaru diabaikan. Hikaru sudah menjadi gila.
Hikaru terduduk di depan pintu, menatap ruangan yang menjadi ruangan nya mulai sekarang.
Hikaru perlahan tertawa hambar, menertawakan dirinya sendiri untuk semua kejadian yang terjadi.
"Haha, Aku gila-?" seru Hikaru melihat kearah dirinya sendiri, matanya yang kini tidak bisa lagi melihat. kepalanya yang terluka, sebenarnya siapakah yang salah dan Hikaru hanya meringkuk disana.
Menenggelamkan wajahnya dibalik kedua lututnya, membayangkan letak kesalahan yang tidak dilakukannya.
***
semakin lama Hikaru merasakan kewarasannya semakin diambil, Hikaru mulai memukuli kepalanya sendiri ke arah pintu. merasakan rasa sakit agar merasakan kalau dirinya tetap waras.
menjaga kewarasannya.
Dia bukanlah orang gila.
"Aku tidak gila..aku tidak gila.." seru Hikaru bergumam beberapa kali, dan darah yang perlahan mengalir bisa dirasakannya rasa asin di mulutnya.
Warna merah yang mulai memenuhi ruangannya, setiap kali Hikaru mulai melakukannya. tidak lama Hikaru lelah sendiri, Hikaru terjatuh di atas lantai.
dengan banyaknya darah mengalir.
Apakah dirinya sudah gila-?
Hikaru menatap daerah sekitar nya yang terlihat begitu kosong dan hampa.
Kenapa dirinya-?
Hikaru selalu sendiri, Hana yang melukainya. Hana berbohong kepadanya, Hana...apakah Hana benar-benar senang melihatnya-?
Hikaru merasakan nafasnya sesak, untuk kesekian kalinya Hikaru tertidur.
***
Hikaru bangun mendapatkan banyak obat dan makanan di atas mejanya, Hikaru menatap datar. mengunyah makanan yang terasa hambar, lalu di muntah kan kembali, Hikaru menatap datar ke arah kedua tangannya yang gemetaran, rasanya begitu asin, Amis seperti rasa darah yang menjijikan.
Hikaru menatap kosong ke arah obat obatan, dia tidak sakit. Hikaru tidak sakit, Hikaru sontak melemparkan semua obat-obatan itu kearah lantai.
membiarkannya berantakan.
Hikaru selalu berada disini. setiap waktu, merasakan kewarasannya diambil dan semua kesendiriannya, yang seolah membuat Hikaru tidak ingin melakukan apapun. mempertanyakan dirinya sendiri, kenapa berada disini-?
Sebenernya siapakah dia-?
Hikaru mengeleng kan kepalanya, suatu saat nanti dia pasti akan keluar.
Namun. suatu saat itu....kapankah?
Hikaru tertidur di atas lantai, setidaknya lebih baik daripada diatas kasur.
Karena Hikaru setidaknya bisa merasakan kalau dirinya bebas, dan tidak berada dalam ruangan yang selalu sama. ruangan rumah sakit jiwa.
Kesendirian membuatku Gila.
Tak!
pintu dibuka. tidak seperti biasanya, ada seseorang yang masuk.
Hikaru membulatkan matanya, berusaha untuk mengenggam kemarahannya. seseorang yang membuat Hikaru merasakannya, yang membuat Hikaru terbuang dan membuat Hikaru terkurung disini.
Akahana.
Bunga yang Menghancurkan.
dia tersenyum disana, senyuman penuh kepuasan. senyuman menjijikan.
"Kau baik baik saja Hikaru?" tanya Hana tanpa adanya rasa bersalah.
"apa urusanmu?" seru Hikaru datar.
"Kasihan sekali, kau tidak dikunjungi oleh kedua orangtua mu ya, mereka itu sudah membuang mu.." sinis Hana.
Hikaru berdiri menatapnya tajam, "Jaga bicaramu Hana! kau adalah penyebab semuanya!" seru Hikaru dengan tajam.
Hana hanya tertawa, Hana mendekatinya dan berjongkok, menatap dengan wajah meremehkannya.
"Kasihan sekali Hikaru...apa, kau sekarang sudah menjadi gila?" seru Hana, Hikaru merasakan kemarahannya meledak. Hikaru menarik rambut Hana dengan kasar, Hana menatapnya datar, Hana yang sama sekali tidak bersalah.
"Jaga bicaramu Hana!" teriak Hikaru.
"Haha, kenapa apa rasanya sakit Hikaru? aku yang membuat kau menjadi pembunuh, dan aku yang mengirim mu ke Rumah sakit Jiwa ini, kau butuh perawatan kan Hikaru..?" seru Hana mengelus perlahan pipi Hikaru seperti menikmati semua penderitaannya.
Deg!
dengan cepat, Hikaru membalikkan Hana ke lantai, Hikaru mengalihkan kedua tangannya ke arah lehernya, Berusaha untuk membunuhnya, ternyata Hana yang melakukan semuanya.
dia ingin Hikaru menderita.
Dasar brengsek.
Dasar brengsek.
yang membuat ayah dan ibunya perlahan membuangnya di tempat yang sepi dan tempat orang gila ini.
Kenapa harus diri-nya-?
"mati kau Hana!" seru Hikaru termakan oleh kemarahannya, berada di ruangan ini selama bertahun-tahun membuat Hikaru kehilangan kesabarannya, Hana yang tertawa terbahak-bahak atas semua penderitaan yang dialaminya, tertawa atas dirinya. menatapnya dengan tatapan yang merendahkan.
Petugas segera menghentikan Hikaru, seperti Hikaru lah yang orang gila.
"semuanya adalah salahmu!" seru Hikaru berusaha memberontak, hingga Hana menunduk, dan memeluk dirinya sendiri sembari menangis palsu.
"Dia mencoba membunuh ku, padahal aku sangat mencintainya.." seru Hana memulai akting palsunya.
Cinta? apa yang dia bicarakan?
setelah mengatakan semua itu, setelah melakukan semuanya-?
kapan dia pernah mencintainya-?
Hana yang penuh dengan kebohongan. dan Hikaru yang terjebak di dalamnya.
"Brengsek, jangan berbohong!"
"Kau yang membuatku seperti ini!"
"kau yang sebenarnya gila!"
Hikaru berbalik, berharap semua orang dapat mengerti dirinya namun yang didapatkannya hanyalah tatapan yang menatapnya sebagai sosok bersalah.
"Ke..kenapa kalian menatapku seperti itu, dia yang bersalah..dia!" seru Hikaru menunjuk ke arah Hana. tidak ada tanggapan, semuanya karena Hana, jika saja Hana tidak muncul. jika saja Hana tidak mendorongnya dan membuatnya cacat, Hikaru tidak akan berakhir di tempat yang hampa seperti ini, Hikaru memegangi kedua kepalanya terasa pening. kepalanya mulai bergejolak..
"aku tidak salah. aku tidak gila!"
Berkali-kali. Hikaru bisa melihat Hana yang tersenyum lebar disana, sebelum Hikaru menyadari kalau dirinya disuntik paksa. dan semuanya mengelap.
Aku sangat membencimu.
Aku harap kau menderita, Akahana.
Sama seperti diriku yang menderita.
***