Yelin pun berjalan bersama pak Yupi ke arah lapangan. Tangannya yang membawa busur panah dan anak panahnya, terasa gemetaran karena dia membayangkan hal yang tidak-tidak. Bagaimana tidak? Orang dia belum pernah memegang begituan sebelumnya, hanya pernah melihat dalam serian drama saja, tapi dalam pikiran Yelin pak Yupi sungguh keren karena memiliki panah di zaman seperti ini, apa dia adalah orang sangat romantis dan keren seperti di drama? Yang mempunyai itu semua untuk melindungi pasangannya? Tapi pemikiran itu langsung saja ditepis oleh Yelin karena kalau romantis dan keren bagaimana bisa pacar saja tak punya apalagi seorang istri, sungguh aneh. Apalagi pak Yupi juga killer mana mau cewek-cewek mendekat termasuk dia. Yang ada sangat muak dan membencinya.
Yelin terus terbayang-terbayang dan sesekali mengerjap, kalau misal bidikannya salah sasaran dan melesat menembus jantung orang yang lewat bagaimana? Bisa mati orang yang dibidiknya dan dia masuk penjara, menyeramkan. Karena dia merasa sangat tidak mampu dalam hal membidik dari dahulu, pernah ia ingin membidik jambu air yang berbuah banyak di tangkai pohon yang paling atas dengan ketapel, agar buah itu terjatuh dan dimakannya, tapi ternyata dia membidik rumah lebah yang bergelantungan di pohon itu, alhasil lebah pun keluar dan menyengat dia hingga wajahnya bengkak gara-gara payah dalam hal membidik, jadi harus bagaimana dia nanti, ingin menolak perintah pak Yupi, tapi mana berani dengan pak Yupi yang sangat garang itu, bisa-bisa dikulitinya dan semakin ditambah hukumannya nanti. Namun, untung saja targetnya bukan manusia yang atas kepalanya dikasih buah, bisa-bisa targetnya adalah keningnya yang terbidik oleh anak panah.
Semua teman pun beramai-ramai mengikuti Yelin di belakangnya karena memang pak Yupi selalu begitu, membebaskan mahasiswa dan mahasiswi untuk melihat seseorang yang dihukum, supaya yang dihukum kapok dan merasa malu dan tak mengulangnya lagi, beliau memang sangat disiplin dan tak bisa ditolerir meskipun dirayu dengan berbagai macam cara, sampai banyak mahasiswa dan mahasiswi mengumpatinya dan mengolok-oloknya dengan parah setelah pak Yupi sudah pergi, makanya sekarang mereka semua mengikuti Yelin karena merasa iba dengannya, jadi mengikuti hanya untuk mensupport bukan berniat untuk mengejeknya.
Lalu datanglah teman yang sangat dekat dengan Yelin yang bernama Yesi itu, mendekat ke arah Yelin dan berbisik di telinganya, sedangkan teman dekat yang satunya yang bernama Yera tidak masuk karena ada acara mendesak.
"Yelin, kenapa kamu tegang sekali? Santai saja, Sobat, kamu tau? Memang pak Yupi itu tidak waras, jadi jangan diambil pusing, tinggal bidik saja target papannya, selesai deh, pastinya di lapangan juga jarang orang yang lewat karena jam baru menunjukkan pukul segini, masih sepi, waktunya mahasiswa-mahasiswi lainnya melaksanakan mata kuliahnya, jadi anggap saja itu hanyalah pemanasan."
Yelin yang mendengar itu langsung menoleh dengan cepat dan memprotes teman akrabnya itu. "Iya enak sekali kalau kamu yang ngomong, karena kamu sangat ahli dalam bidang tembak menembak, lah kalau aku? Belum-belum pasti sudah kencing di celana duluan, kamu juga tau bagaimana kisahku yang disengat lebah gara-gara sebuah bidikan, benar-benar kejadian yang tak terlupakan, sakit tau?" Yesi tertawa dan merangkul Yelin, memang semua orang tau kalau Yelin payah dalam hal membidik, jadi hukumannya dibuat seperti itu oleh pak Yupi, lagian beliau orangnya sangat adil, kalau misal mahasiswa-mahasiswinya tak bisa ini pasti menjadi hukumannya, jadi semua mahasiswa-mahasiswi pasti hukumannya berbeda-beda.
Kini sampailah Yelin dan semuanya di lapangan pemanah. Kampus itu memang keren, semua aktifitas ada lapangannya dan ruangan sendiri-sendiri, makanya sangat mahal dan akreditasinya saja sudah A plus karena banyak digemari semua mahasiswa-mahasiswi dari kalangan atas, jadi tak heran Yelin yang hidupnya hanya sederhana usahanya sangat mati-matian untuk masuk dan diterima di kampus ini.
"Ayo cepat bidik!" perintah pak Yupi yang melihat Yelin sudah semakin erat memegangi busur dan anak panahnya. Yelin hanya bisa pasrah dan mengangguk cepat. Bibirnya dikomat-kamitkan untuk merapal doa, doanya semoga saja tidak ada orang yang lewat di depannya, jadinya aman meskipun panah meleset sekalipun.
Dan dalam hitungan angka yang dimulai dari belakang yang diteriakkan oleh Yesi. Yelin pun awalnya memulai dengan memicingkan matanya terlebih dahulu ke arah papan sasaran dengan mata yang sungguh sangat menyipit karena sangat fokusnya. Setelah itu dia pun melepaskan anak panahnya dengan tangan yang terus gemetaran.
Panah akhirnya melesat dengan cepat dan semua bersorak menatapi anak panah yang sudah terbang ke arah papan target, tapi sayang sungguh sayang, semua mata terbelalak dan mulut benar-benar menganga melihat anak panah yang tidak mengenai papan target, tapi ternyata anak panah itu mengenai tepat di dada lelaki tampan yang melewati area lapangan itu. Akibatnya lelaki itu langsung menoleh ke arah Yelin dengan tangan yang memegangi dadanya dan tangan satunya menunjuk ke arah Yelin dengan geram dan matanya melotot.
"Ka—Kamu!" Setelah mengucapkan itu. Lelaki itu jatuh tersungkur dan tak sadarkan diri. Membuat Yelin ketakutan setengah mati dan mengusap wajahnya dengan kasar. Ia menangis dan berlari menuju lelaki itu, pikirannya sungguh kalut dan dia benar-benar takut kalau dimasukkan ke dalam penjara.
"Astagaaaa tidaaaaak," teriak Yelin dengan histerisnya. Tuh kan selalu begitu, Yelin dari awal memang sudah tidak srek dan berfikiran yang tidak-tidak, jadinya benar-benar kejadian hal seperti itu, apalagi tadi juga perasaan lapangan sepi tak ada orang lewat, tapi entah dari mana lelaki itu muncul, tiba-tiba datang begitu saja tanpa permisi, tapi bukan salah lelaki itu juga, karena lelaki itu berada jauh di papan target dan hanya tak sengaja lewat saja, salah Yelin yang sungguh payah dalam hal memanah.
Yelin yang sudah berada di depan lelaki itu malah tersenyum saat melihat lelaki itu yang ternyata lelaki yang ia lihat tadi pagi bersama anak buah yang memakai sepeda MOG tadi. Juga ternyata lelaki yang pernah ada di mimpinya.
'Apa! Dia adalah pangeran yang ada di dalam mimpiku? Tapi kenapa mimpiku berbanding terbalik kisahnya, bukankah dia yang berusaha menembakku, tapi dalam dunia nyata kenapa aku yang membidiknya, hmmm menjadi teka-teki seram, aku harus bergegas menolongnya, kalau tidak dia akan mati dan aku tak akan bertemu dengannya lagi.
Yelin pun kini sudah tak tersenyum lagi, wajahnya sudah berubah menjadi panik. Dia duduk berjongkok dan menggoyangkan bahu lelaki itu, berusaha untuk membangunkannya dengan memanggil nama Raj berulangkali. Semua temannya merasa heran karena Yelin bisa mengenal anak pemilik kampus itu, padahal semua mahasiswa-mahasiswi saja tidak ada yang mengenal namanya, hanya beberapa orang mengenali wajahnya saja, wajah yang tampan, tapi sangat dingin bagaikan es, tak ada yang berani mendekat karena selain sedingin es, lelaki itu juga seni bela dirinya tinggi, di stempel menjadi bos mafia.
Ketakutan Yelin semakin menjadi saat lelaki itu tak bernafas. Ia menundukkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya ke bibir lelaki itu, lalu memberinya nafas buatan dengan sangat lama.
"Lancang!"