mesin cuci piring dan menyandarkan sikunya di atas meja dengan pose santai. "Kamu bisa meminta Jhon untuk datang juga."
Oke. Ini dia.
"Kau baik sekali, tapi kurasa dia punya rencana," jawabku.
"Apakah Jhon pacarmu? Dia bilang tidak, tapi—"
"Astaga, Fenny!" Potter mendengus. "Itu aneh."
"Tidak, tidak. Mereka berciuman. Aku melihat mereka dan…"
Aku mengabaikannya, memberi Potter perhatian penuh. Dia adalah buku yang tertutup. Mulutnya ditarik dalam garis yang rapat, dan rambut pirang gelap menutupi matanya. Itu tidak berarti dia kesal. Potter cenderung menjaga emosinya tetap terkendali. Seperti ayah seperti anak.
Aku mengeringkan tanganku di atas serbet dan menunggu dia kehabisan tenaga.
"Coba dengarkan. Jhon adalah temanku. Itu saja. Ada pertanyaan?"
"Tapi kau menciumnya," desak Fenny, mengerutkan alisnya dengan bingung. "Apakah itu berarti kamu ingin dia menjadi pacarmu dan dia bilang tidak?"