Hari semakin gelap kami pun berjalan menuju kerumah masing-masing, sesampai di gang rumahku kamipun berpisah dan saling melambaikan tangan.
"jangan lupa besok kita ngumpul lagi dan bawak makanan masing-masing ya, buat makan bareng di base camp pertemuan," ujar Memet sambil melambaikan tangan.
"Ok siap lanksanakan," ujarku membalas perkataan Memet.
"Begitulah aku dan teman-temanku yang selalu memiliki rencana setiap hari libur, kami sering membawa makanan ke base camp pertemuan dan sambil bercanda ria entah apa saja yang kami bahas, tapi itu saja sudah membuat kami senang terkadang sampai ketawa terbahak-bahak seakan Bumi ini akan runtuh.
Besok Rina dan Ela akan ikut makan bersama di base camp pertemuan kami, hari ini mereka tidak bisa ikut bergabung dengan kami, karena Ela membantu ibunya dirumah membuat kue untuk di antarkan ke orang-orang yang sudah memesan, sedangkan Rina hari ini pergi mengunjungin Neneknya yang sedang sakit.
Oh iya Rina dan Ela adalah salah satu sahabat terbaikkku juga, biasanya mereka berdua selalu ikut ketika kami di Base camp pertemuan, mereka berdua bisa di katakan sangat cantik dan baik, dan Ibu kamipun berteman sangat baik, tapi Rina dan Ela berbeda kelas denganku dan yang lain di sekolah.
Tapi walaupun berbeda kelas kami selalu pergi dan pulang sekolah bersama-sama, waktu istrahat pun aku,Iwan,Memet Dan Ari selalu menjemput mereka ke kelas untuk istrahat bersama.
Di perjalanan kerumahku sambil menikmati buah rambutan yang masih tersisa beberapa di kantong celana, aku di kagetkan dengan seseorang yang menepuk pundakku dari belakang.
"Dari mana Dit.?" seseorang bertanya kepadaku dan tak lain tak bukan itu adalah Bima.
Aku tersentak kecil dan menoleh kebelakang, orang tak ku sangka-sangka aku berjumpa di perjalanan adalah Bima, yang membuat aku sedikit grogi dan canggung.
"Ini habis nongkrong sama yang lain tadi," ujarku sambil tersenyum ringan dan sedikit grogi menjawab pertanyaan Bima.
"Oh asikkk dong, kok gk ajak-ajak aku sih," ujar Bima sambil membalas senyumanku dan menatap mataku cukup lama.
Sungguh senyumannya membuat jantungku berdetak dengan cepat seakan-akan ingin meledak, bibir kecilnya yang merah seakan-akan menarikku untuk mencumbu bibirnya dan menciumnya, tapi aku menahan perasaan aneh ini, aku tidak ingin kelihatan aneh di depannya, dan mengalih penglihatanku ke jalan sambil berjalan kecil dan menjawab pertanyaan.
"Heheh..kirain kamu gak mau ikut gabung, lagian tadi aku lihat rumahmu tertutup rapat gitu Bin," Ujarku menjawab pertanyaan nya, entah kenapa prasaan ku semakin menjadi kalau melihatnya dan rasa bahagia yang tidak bisa terucapkan bisa berjalan berdua denganya.
"Hahahah ...iya aku bercanda, tadi aku dan keluarga ku pergi ke Nagoya ngunjungin saudaraku yang tinggal disins, ini aja baru pulang tapi aku ke warung sebentar di suruh ayahku beli rokok," ujar Bima sambil menunjukan sebungkus rokok Surya Yang ada Di tangannya.
"Rokok ayahmu atau rokokmu Bim, ?hahaha,"
ujar ku sedikit meledeknya dan tertawa kecil.
"Hahah..punya ayahku ini Dit, walaupun aku bandel di kampus tapi aku gk ngerokok ya, apa lagi aku selalu rutin pergi nge-gym jadi percuma juga kalau ngerokok bukannya nyehatin badan malah ngerusak yang ada," ujar Bima sambil tersenyum manis dan sedikit menasehati.
"Hahahha..iya aku bercanda kok," ujarku sambil ketawa.
"Oh ya kamu asli mana ni Dit dan udah lama tinggal di Batam ?" Bima bertanya dengan muka yang penasaran.
" Oh aku asli Minang tepatnya Padang, tapi besarnya di Batam jadi numpang brojol aja di Padang, trus pindah deh ke batam,hahaha" ujarku menjawab pertanyaan Bima sambil ketawa.
"Oh gitu pantas kamu manis di tambah lagi kamu punya lesung pipit di pipimu jadi semakin-makin deh, karena kata orang produk padang gk pernah gagal," ujar Bima sambil menggodaku.
Pujian Bima membuat aku berbesar hati dan tersenyum malu-malu, bagaimana tidak orang yang kita sukai tiba-tiba memuji kita dengan polosnya dan membuat aku habis kata.
"Bisa aja kamu Bim, lebih gantengan kamu berkulit putih, badan tinggi dan berbadan bagus, cewek mana yang gak mau sama kamu cobak," ujarku membalas pujian Bima yang sebenarnya itu dari hati paling dalam.
"Hahahah...biasa aja kok Dit," ujar Bima sambil tersenyum lebar denganku, mungkin tersanjung dengan pujian mautku.
Tidak lama kemudian Bima tiba-tiba merangkul bahuku sambil berjalan kecil, akupun terkaget karena dia merangkulku seakan-akan kami sudah begitu akrab, aku terdiam beribu kata, jujur dari hati paling dalam aku sangat senang dia merangkul ku.
Tapi sisi lain membuatku sangat grogi dan salah tingkah, entah kenapa pikiranku saat itu jadi kacau, pingin rasanya aku berbicara tapi mulut ini rasanya membeku dan terdiam, aku hanya berjalan kecil sambil mengikuti kakinya yang melangkah.
"Badanmu kecil ya Dit, pasti enak kalau di peluk," ujar Bima sambil tersenyum manis, seakan-akan menggoda ku.
Pernyataan nya membuat aku semakin berimanjinasi dan membuatku semakin grogi, ntah apa maksudnya mengatakan itu, tapi itu membuat ku terangsang, aneh bukan sekedar ucapannya seperti itu sudah membuat aku berimanjinasi tinggi, ingin rasanya waktu itu aku langsung memeluknya dan merasakan tubuhnya yang hangat dan mencium aroma tubuhnya yang begitu khas bagiku.
"Kayak cewek aja aku enak di peluk," ujarku membalas pernyataannya yang begitu tiba-tiba dan begitu sensitive bagiku.
Bima hanya tertawa mendengar perkataan ku, seiringnya waktu berjalan rumahku pun sudah kelihatan, sungguh menyedih kan aku harus berpisah dengannya, aku merasa kebahagiankupun terenggut, aku masih ingin berlama-lama dengannya apa lagi sepanjang jalan Bima selalu mengandengkan bahu ku.
Ini bagaikan rezeki nomplok bagiku bisa jalan berdua dan mengobrol dengannya apa lagi aku tidak ingin Bima melepaskan rangkulannya dariku, tapi apalah daya aku sudah sampai di depan rumahku.
Rasanya inginku berkata dengannya jangan pergi meninggalkan aku dan tetaplh di samping ku lebih lama, tapi aku harus mengendalikan diriku dan tidak ingin Bima menjaga jarak dari aku karena berfikir aku ini anak yang aneh.
"Mau mampir dulu Bim,?" tanyaku dengan hati yang berharap dia mengatakan iya.
"Ngak langsung pulang aja Dit, udah mangrib juga apalagi Ayahku pasti udah nungguin rokoknya sejak tadi ni," ujar Bima menolak ajakanku dengan sopan.
"oh iya udah deh, aku masuk duluanlah ya kalau gitu, hati-hati di jalan ntar di culik," ujarku sambil memberi candaan kecil untuknya.
"Hahahah...ada-ada aja kamu Dit," ujar Bima sambil berjalan meninggalkan aku sedikit demi sedekit.
Hati ini berasa sedih seakan dia akan pergi jauh untuk meninggalkanku, pada hal rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku, tapi hatiku tampak gelisah yang akan berpisah dengannya, rasanya ingin aku ikut dengannya kemana saja dia pergi dan menghabiskan waktu bersama-sama dengannya.
Tapi apalah dayaku. aku hanya lah seorang anak laki-laki manja yang harus pulang tepat pada waktunya kerumah, kalau tidak Ibuku akan khawatir dengan anak bungsunya yang pulang terlambat.