Unduh Aplikasi
8.49% Mirror Seizes The Soul / Chapter 26: Menaruh Kebencian

Bab 26: Menaruh Kebencian

Bela menegakkan tubuhnya yang sekitar beberapa menit lalu tersungkur di lantai. Ia memegang kepalanya, merasa pusing. Tidak tau dan tidak ingat dengan apa yang terjadi, tentu saja ia hanya mengingat jika beberapa saat lalu sedang menunggu Mike sadar dari pingsannya.

"Kenapa aku berada di sini? Seharusnya aku bersama dengan baik. Dan ke mana ada? Aku tidak melihat keberadaannya."

Masih meringis kecil, Bela masih memegang kepalanya yang terasa pusing, ia juga sedikit memijat langkah hidungnya berharap rasa pusingnya hilang. Setelah sekitar 2 menit lamanya ia memijat pangkal hidung, ia memutuskan untuk beranjak dari duduknya dan menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri.

"Nada, di mana kamu? NADAAA?"

Sambil memanggil-manggil nama Nada, Bela melangkahkan kaki nya untuk kembali ke tempat semula di mana sebelumnya ia berada. Namun, ia melihat kejanggalan karena Mike sudah tidak ada ditempatnya.

"Loh kemana suami ku? Apa sudah sadar dan sedang bersama dengan Nada? Kalau iya, kenapa tidak memberitahu ku dan membiarkan ku tergeletak di lantai?"

Bela menaikkan sebelah alisnya. Untuk pertama kali tinggal di rumah ini, ia merasa perasaan tidak enak yang mengganjal di hatinya.

Sama seperti Nada beberapa menit yang lalu, Bela mulai mencari Mike dan Nada. Ia mengelilingi rumah, setiap sudut rumah pun ia cari dimana kira-kira mereka berada.

Dan ya, hasilnya nihil. Nada dan Mike tidak terlihat, entah mereka berdua pergi kemana di waktu tengah malam seperti ini.

Bela merenggangkan kedua otot tangan terlebih dulu, rasanya ia habis melakukan hal yang berat dan menyita banyak sekali tenaga.

"Huft, mereka kemana? Tengah malam seperti ini lho, apa tidak aneh?"

Ia berfikir, jika seharusnya Mike dan nada memiliki rencana pada esok hari, bukankah lebih baik jika mereka mengambil waktu tidur lebih awal daripada biasanya? Maksudnya, supaya mereka berdua merasa segar ketika besok ke terbangun di pagi hari dan langsung saja memulai aktivitas yang mereka inginkan.

Oke, ini memang terdengar seperti bukan Bela pada umumnya. Karena sekarang, ia menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Entahlah, ini mungkin hanya perasaannya saja? Tapi, ia juga belum menemukan alasan kenapa menjadi peduli dengan sosok ayah dan anak tersebut. Karena pada biasanya, ia selalu saja berusaha untuk menjauhkan Mike dari Nada agar keduanya tidak terlalu dekat. Namun, kali ini berbeda.

Rasa cemas, rasa takut, dan juga rasa bimbang kini memenuhi seluruh rongga dadanya. Ia merasa seperti membuat kesalahan yang sangat fatal, namun ia sama sekali tidak tahu apa yang ia lakukan pada menit menit sebelumnya.

"Ah sial, sepertinya aku harus mencari keberadaan mereka. Kalau tidak, bagaimana besok aku bisa bersenang-senang seharian tanpa dia mengganggu satu orang pun?"

Ah ya, dan jangan lupakan kalau Bela itu masih tetap bela walaupun wanita satu ini tiba tiba merasakan perasaan yang baik. Ia tetaplah ibu tiri yang kejam dan sama sekali tidak memiliki perasaan kasihan kepada Nada yang selalu saja disikapi seperti layaknya seorang babu.

Bela dari pemberhentian terakhir —ruang tamu— pencarian Mike dan Nada di sekeliling rumah pun, memiliki inisiatif untuk mencari mereka keluar dari rumah. Mungkin saja mereka berdua berada di teras rumah, bukan?

Oke, ini adalah pikiran Bela yang paling positif.

Melangkahkan kaki keluar dari rumah, dan kini Bela sudah berada di teras, ia tidak melihat apapun.

"Kemana mereka? Astaga."

Baru saja Bela ingin kembali masuk ke rumah, ia mendengar suara dari halaman belakang rumah. Ia sama sekali tidak mengetahui ada siapa dan sedang terjadi apa saat ini di lingkungan rumahnya. Yang jelas, iya kali ini berfikir jika ada orang jahat yang ingin mencelakakan keluarganya.

Bersiap dengan modal memegang gagang sapu, belok kiri mulai melangkahkan kakinya perlahan demi perlahan ke arah halaman belakang rumah. Ia tidak memiliki mental yang kuat untuk menghadapi seorang penjahat, namun sekiranya ia hanya ingin melihat apa yang terjadi sebenarnya di sana.

Menarik napas, lalu menghembuskannya dengan perlahan-lahan.

"Sebaiknya ini bukanlah sesuatu yang buruk." gumam Bela. Bagaimana pun ia juga manusia biasa, seorang wanita yang juga memiliki mental yang cukup goyah jika menghadapi sesuatu yang memicu ke hal yang berbahaya.

Sampai di tempat yang ia tuju, Bela kini bersembunyi terlebih dulu di balik dinding dan setelah itu mulai memunculkan kepala untuk mengintip apa yang terjadi.

"Nada? dan anak tetangga?" Bela bergumam heran sambil menaikkan sebelah alisnya, kebingungan.

Bela menurunkan sapu dari tangannya, setelah itu berniat mendekati Alex dan Nada dengan perlahan-lahan.

"Buka pintunya, cepat." terdengar suara Nada yang menyuruh Alex, perempuan tersebut berada di belakang sang laki-laki.

Akhirnya, Bela memilih untuk mengamati dari jauh. Ia ingin tau apa yang mereka tuju karena kini mengarah ke gudang belakang rumah.

Alex terlihat menganggukkan kepala. "Iya, ini baru saja ingin aku lakukan." suaranya terdengar seperti bergetar, cukup kentara.

Alex langsung membuka pintu gudang tua tersebut, dan…

"ASTAGA!"

Bela tidak melihat apa yang terjadi saat ini karena pandangannya ke dalam gudang tertutup oleh tubuh Alex dan juga Nada.

"AYAHHHHHHH!" teriakan Nada menggema, tubuhnya langsung berlari memasuki lebih dalam bagian gudang. Tangisannya sangat memilukan, sesenggukkan juga, dan menyedihkan.

Alex mengikuti langkah Nada, dan bersimpuh di depan sesuatu.

Bela yang kebingungan sekaligus penasaran pun langsung saja melangkahkan kakinya. "Hei kalian berdua, ada apa? Apa yang terjadi?" Ia yang belum mengerti pun bertanya sambil berjalan, namun antara Alex dan Nada tidak ada yang memutuskan untuk menolehkan kepala ke arahnya.

Dan ya, kini Bela bisa melihat dengan jelas apa yang membuat Nada bisa histeris seperti ini. Lututnya pun ikut lemas, bahkan lidahnya terasa sangatlah kelu.

Bela dapat melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat, sungguh. Mengerikan dan juga kesedihan menjadi sebuah bagian dari perasaan yang menyesakkan, ia merasa kedua bola matanya panas, dan pada akhirnya air mata jatuh dan membasahi kedua pipinya.

"S-siapa yang melakukan itu pada Mike? SIAPA?!" Bela segeta berlari menghampiri Nada, setelah itu menggeser tubuh anak tirinya supaya ia bisa melihat lebih jelas tubuh Mike yang …

"CEPAT PANGGIL MEDIS ATAU SIAPAPUN SERTA POLISI, CEPATTTTTTT!" Bela kehilangan akal dan berteriak, air matanya sangat deras mengalir sehingga membuat bola matanya terlihat memerah.

Tidak, Bela sangat mencintai Mike lebih dari apapun. Dan kini… ia melihat suaminya yang memejamkan kedua mata dan tak sadarkan diri.

Sedangkan Alex? Tentu saja ia langsung mencari pertolongan kelanjutan medis dan polisi seperti apa yang dikatakan oleh Bela. Nada? Ia masih setia menangisi nasib ayah yang paling ia sayangi di dunia ini.

"Apa yang terjadi, Nada?"

"Aku tidak mengetahuinya, Bu, sungguh."

"Kamu akan ibu jadikan tersangka pertama, sungguh."

Bela menatap Nada dengan sorot mata yang penuh dengan kebencian, ia akan semakin menyiksa anak tirinya itu dengan berbagai macam cara, kejam atau tidak yang terpenting bisa membuat Nada merasa tersiksa.

Next chapter


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C26
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk