Unduh Aplikasi
0.98% Mirror Seizes The Soul / Chapter 3: Di Hantui Sosok Cermin

Bab 3: Di Hantui Sosok Cermin

Kamarnya bernuansa hitam putih, dominan berwarna hitam pekat, terlihat sangat elegan di lain sisi. Seorang perempuan masih bergelung dalam selimut, sangat malas untuk memulai aktifitasnya. Ditambah lagi cuaca yang tak mendukung dengan langit yang begitu gelap dan terlihat mendung pertanda ingin segera turun hujan, menghadirkan hawa yang sangat nyaman untuk berlama-lama tertidur. Sangat teramat nyaman sekali.

Sambaran petir mulai terdengar ditelinganya, membuat dia lebih menenggelamkan tubuhnya di selimut semakin dalam. 'Ah cuaca seperti ini lebih baik absen kuliah dan menghabiskan waktu lebih lama di kasur,' pikirnya.

Memang, satu-satunya kenikmatan itu berada di kasur saat hujan, bergelung dengan selimut sambil menikmati mimpi.

"NADAAAA! BANGUN NAK!"

Nada mengumpat kasar saat mendengar pekikan yang menggelegar sampai terdengar di indra pendengaran. Sepertinya harinya akan memburuk mengetahui ia mempunyai ibu tiri yang kasar, tak pernah memberikan kasih sayang selayaknya ia adalah sang anak. Lebih baik dia berada di ruang gelap dan ditemani beberapa makhluk halus daripada berada di dalam kehidupan yang sialan ini.

Menyebalkan.

"IYA BU!"

Dengan kasar, Nada melempar selimut sampai berserakan di lantai. Persetanan, ia dama sekali tidak peduli. Akhirnya, memutuskan untuk pergi menuju kamar mandi, dan mulai membasuh tubuh. Setelah selesai dengan kegiatan membersihkan diri, ia lebih memilih untuk mengenakan pakaian casual, t-shirt dengan bawahan jeans panjang berwarna hitam.

Menyampirkan handuk di salah satu gantungan yang tersedia, ia menghela napas saat melihat tumpukkan pakaian kotor yang berada di dalam sebuah keranjang, sudah hampir membeludak. "Ingin nyuci kayaknya malas, tapi kalau bajunya gak di cuci menumpuk sampai mungkin menjadi sarang kecoak dan serangga lainnya."

Ia mengalihkan pandangan untuk menatap cermin besar yang berada di dalam kamar mandi, dan mulai menyisir rambutnya yang basah sehabis keramas. Mulutnya bersenandung merdu menyanyikan lagu yang populer di tahun ini, dirinya hapal sehingga menikmati setiap bait lagu yang keluar dari dalam mulutnya.

"Nadaaa...."

Nada memutar bola matanya saat mendengar panggilan tersebut, sudah dapat di pastikan kalau itu adalah suara ibunya yang sudah mengomel tidak jelas sambil memanggil namanya tiada henti. "Segera kesana Bu, jangan memanggil ku terus menerus." balasnya yang menjawab panggilan tersebut.

Matanya menyipit kala di pantulan cermin terdapat bercak hitam, seperti kabut.

Namun ia tidak peduli, mungkin dirinya masih berimajinasi. Karena hei, ia baru bangun tidur sekitar 10 menit yang lalu tanpa melakukan perenggangan otot tubuh terlebih dulu. Ia keluar kamar, tapi tidak mendapatkan siapapun disana. Kemana ibunya? Bukannya tadi ada yang memanggil namanya? Bahkan, ia sempat menjawab kok, iya kan?

Hawa dingin semakin membuat suasana mencekam, entah ini hanya perasannya atau memang sekarang kamarnya menjadi terlihat menyeramkan seperti ini, ia pun tidak ingat. Sambaran petir kian terdengar jelas, dan lampu kamarnya meredup. Ah pasti ibunya lupa membayar tagihan listrik bulan ini.

Keluarga kecilnya berkecukupan, namun sang Ibu tiri sangat pelit mengeluarkan uang hanya untuk membayar listrik. Ya pasti membayarnya sih, tapi selau telat setiap bulan dari tanggal yang sudah di tentukan seharusnya.

Dengan berbekal ingatan dimana letak pintu kamarnya, ia mulai berjalan merambat dengan meraba dinding atau benda apapun yang berada di jangkauannya secara perlahan. Ia mendengus kala mendengar kaca jendelanya yang tertutup dengan keras, pasti ulah angin. Dirinya bukan perempuan paranoid yang akan berteriak takut ketika mengalami hal seperti ini. Dengan santai, ia meraih gagang pintu. Namun rasanya agak berbeda. Dingin, basah, dan lembab.

Nada menaikkan sebelah alisnya. Apa yang ia pegang?

Padahal, seingat Nada pun ia tidak pernah memiliki benda yang memiliki ciri-ciri tersebut. Lalu, apa ini yang berada di genggamannya?

Hidungnya mulai mengendus sesuatu yang beraroma busuk. Apa kucing tetangganya mati di halaman rumahnya? Atau bau ini berasal dari tumpukkan baju kotor yang berada di balik bilik kamar mandinya? Oh atau, bau busuk ini adalah bau kematian dari masakan sang Ibu yang tidak pernah niat memasak sehingga selalu menghasilkan makanan dengan rasa yang buruk?

"Nadaaa.."

Untuk kedua kalinya, panggilan dari seseorang yang misterius memasuki indra pendengaran. Berusaha stay cool, Nada menghela napasnya. "Pasti tetangga ku nih, si Roni, iseng sekali dia!" ucapnya yang tetap berpikir positif, walaupun dapat di tebak kalau jantungnya berdegup dengan kencang.

Tapi mengingat suasana diluar yang sudah hujan lebat dengan petir yang mulai menyambar, tidak mungkin teriakan Roni terdengar jelas sampai ke dalam kamarnya. Mustahil. Pasti teredam oleh suara hujan yang ribut.

Ia meneruskan jalannya —mencoba menghiraukan sesuatu yang ia pegang tadi—, cermin yang berada di samping kasurnya memantulkan cahaya dari lampu tidur miliknya. Disana, terlihat perempuan yang memakai baju pesta bewarna merah tengah melambaikan tangan ke arahnya. Senyumannya sangat lebar karena sobek hingga daun telinganya, menampilkan seluruh deretan gigi yang berlumuran darah. Bajunya juga sudah sobek sana sini, menampilkan bagian tubuhnya yang tidak seharusnya diekspos. Rambutnya berantakan, matanya menatap dirinya penuh arti, dan dia bergumam. 'Aku butuh teman disini.'

Nada mengerjapkan kedua bola matanya, shock dengan apa yang ia lihat. Takut, namun dirinya tetap memberanikan diri untuk tidak kehilangan kesadaran.

"NADA! APA KAMU TIDAK MENDENGARKAN TERIAKAN SAYA?!"

Dalam sekejap, lampu di kamar Nada menyala seperti semula, seolah-olah tidak terjadi apapun itu. Bahkan, perempuan yang tadinya terlihat jelas dengan penampilan yang sangat menyeramkan di dalam kaca sudah menghilang karena sang ibu saat ini sudah masuk ke dalam kamarnya dengan wajahnya yang sangar.

Entah harus berterimakasih atau mengumpat karena sang Ibu saat ini menggenggam rotan.

"KOK MASIH DISINI? TUNGGU APALAGI?! NUNGGU IBU PUKUL DULU PAKAI ROTAN BARU KAMU JALAN KULIAH?"

Nada tersenyum kaku, jujur saja ia merasa takut mengenai hal tadi. Baru pertama kalinya sejak ia pindah ke rumah ini dan langsung mendapatkan kesan pertama seperti itu. Dan untuk pertama kalinya juga, ia mungkin sangat berterimakasih kepada ibu tirinya, Bela.

Di dalam ketenangan suasana kaca yang tampak tenang, memiliki fungsi memantulkan kehidupan nyata. Namun jika kalian masuk dan berpikir lebih dalam ke dunia fantasi yang berada di otak kalian, pasti akan muncul pertanyaan seperti 'Ada apa di dalam sana? Apa ada kehidupan lain yang tidak bisa di lihat dengan mata telanjang? Apa kaca adalah benda yang terlihat aman, seolah tidak ada kekerasan atau kejahatan apapun di baliknya?

Dan tolong, setelah berpikir seperti itu, jangan penasaran. Karena rasa penasaran akan menyeret mu dan mengembangkan pikiran mu lebih luas lagi, sehingga portal sosok yang menunggu mu di balik kaca, terbuka karena rasa takut yang tak sadar menghantui jiwa kalian.

Someone is waiting for you.

...


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C3
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk