Unduh Aplikasi
10.52% Starting in A New World / Chapter 4: Kepala Desa

Bab 4: Kepala Desa

Hi, nama saya Li De, hari ini kebetulan adalah hari ulang tahunku yang ke-7. yahh, waktu berlalu dengan cepat. Sudah 2 tahun semenjak orang tuaku meninggal. Sekarang aku diasuh oleh kepala desa.

Kepala desa sendiri adalah seorang kakek tua berumur 69. dia tidak memiliki anak atau cucu, anaknya meninggal dalam serangan binatang iblis sekitar 7 tahun yang lalu. memang sedikit menyedihkan melihatnya, tapi kepala desa sendiri adalah orang yang baik dan selalu tersenyum kepada semua orang.

Dia sudah menjadi kepala desa sejak berumur 37 tahun. karena saat itu dia adalah satu satunya orang yang pandai membaca dan menulis didesa, sekarang sudah tidak lagi memang karena dia mengajarkan anak anak menulis saat pagi, termasuk diriku sendiri.

Menurut rumor disekitar desa sendiri, Pak kepala desa menyimpan beberapa rahasia, tapi tidak ada yang pernah tau apa rahasianya. dia juga cukup misterius, terkadang saat malam hari dia akan pergi kesuatu tempat tanpa ada yang menemaninya dan akan kembali besok paginya. saat dia kembali selalu terlihat wajah cemas tapi dia selalu menutupinya. mungkin karena hanya aku sendiri yang menyadarinya.

Kepala desa juga adalah orang yang pernah melihat binatang kuno mistik yaitu naga tanah. saat masih muda dulu dia berkelana didunia untuk belajar. secara tidak sengaja saat dia sedang diam diam melewati wilayah elf, dia dan teman temannya melihat pemimpin ras elf sedang berbicara dengan naga tanah. karena mereka adalah binatang kuno mereka memiliki kecerdasan, karena itulah mereka dapat saling berkomunikasi. Namun dia ketahuan, Indra pemimpin elf sangat tinggi dan setelah dia menyadari ada yang sedang mengawasinya dia langsung melempar sebuah pisau dan menancap tepat dipohon dibelakang kepala desa dan temannya menyaksikan.

Bagaimana warga desa ini percaya? yahh karena pak kepala desa sendiri tidak pergi sendirian dia pergi dengan beberapa warga desanya juga dan mereka kembali bersama. tapi, semua temannya sudah meninggal. pak kepala desa hanya seorang pria kesepian...

"Li De waktunya makan"

Yah sekarang juga sudah siang waktunya makan. Kami selalu makan bersama sejak orang tua ku meninggal. mungkin karena pak kepala takut aku merasa kesepian. dia juga selalu bercerita tentang perjalanannya sewaktu masih muda setelah kami selesai makan. tapi hari ini sepertinya agak berbeda.

"Kamu tau Naga Air kan, Li De?"

Aku hanya membalas dengan mengangguk.

Lalu dia melanjutkan

"Naga Air adalah binatang kuno yang disembah oleh desa kita, namun karena tidak ada yang pernah melihatnya, penganutnya pun jarang ditemui. Tapi, desa kita berbeda. desa ini sudah berdiri sejak beberapa ratus tahun yang lalu. jadi semua catatan dan ramalan para leluhur sudah diturunkan dari generasi ke generasi"

Mendengarnya aku sendiri pun terkejut. tidak pernah kulihat ada catatan dan ramalan leluhur di rak buku ini. sambil membalas perkataannya ...

"Dimana catatan itu?"

"menurut perkataan kakekku saat dia masih hidup, dia berkata jika catatan tersebut sudah dibakar karena berisi terlalu banyak hal hal tabu untuk diketahui dunia ini. tetapi ramalan itu berbeda, ramalannya tetap ditinggalkan dan diletakkan di suatu tempat yang tersembunyi"

Mendengarnya aku pun berpikir hal tabu seperti apa yang tidak boleh diketahui dunia ini.

"Dan terlebih lagi, dikatakan jika ramalan itu berisi petunjuk tentang naga Air yang kita sembah"

Petunjuk...? mungkin itu petunjuk tentang keaslian atau keberadaan dari naga air sendiri.

"mari kita sudahi dulu untuk hari ini"

Lalu beliau pun pergi... Aku mengikutinya secara diam diam sampai dia keluar desa lagi, sepertinya dia akan melakukan kebiasaanya lagi.

--HOOOAAMMMM--

Hari juga sudah gelap waktunya untuk tidur.

Besoknya saat aku bangun, tepat aku melihat kepala desa baru pulang. seperti biasanya lagi muka cemas yang dia coba sembunyikan. tapi kali ini rasanya ada sesuatu yang agak berbeda dari biasanya, dia berkeringat dengan begitu deras.

Lalu dia pulang kerumahnya untuk tidur.

Karena dia sedang tidur. mungkin aku bisa pergi sebentar keluar desa. akan kubawa pisau kecil untuk berjaga jaga jika ada binatang buas. dan beberapa buah untuk makanan di perjalanan.

Mengikuti bekas jalan di pintu masuk desa. sekitar 300 meter akan ada sebuah persimpangan yang dikelilingi hutan lebat. yang kiri menuju ke danau tempat konon Naga Air tinggal dan kanan untuk ke desa lainnya. mungkin hari ini aku akan melihat danau yang sangat dikeramatkan itu.

Terus berjalan - berjalan ditengah hutan lebat dan jalan setapak sekitar 20 menit akhirnya terlihat sebuah danau yang sangat besar. saat aku melihatnya dari jauh itu lebih mirip sebuah danau dengan gunung berapi ditengahnya tapi sepertinya tidak ada tanda akan terjadinya erupsi saat aku ingin mendekati danau itu, tiba tiba terdengar suara gendang yang sangat ribut diarah desaku.

Mendengarnya aku langsung bergegas pulang dengan berlari secepat yang aku bisa. saat aku mencapai desa semua orang berkumpul di depan rumah kepala desa dengan wajah yang sedih. aku melihat sekeliling berjalan diantara mereka menuju kedalam rumah. lalu melihat, para tetua sedang berkumpul diantara pak kepala yang sedang terbaring lemas. tubuhnya tiba tiba mengurus dengan cepat, wajahnya membiru, dan pernafasannya tak teratur.

"Kakek .. kakek (itu biasanya cara aku memanggilnya) apa yang terjadi kenapa wajahmu?"

Seolah menggunakan tenaga terakhirnya dia menatapku dan berkata...

"Li De, kamu sudah pulang? Maafkan orang tua ini sudah tidak bisa berdiri lagi... sepertinya waktuku sudah tidak banyak lagi..."

Aku menatap para tetua seolah bertanya apa yang terjadi...

"Ini adalah penyakit lamanya yang sudah sejak lama dia sembunyikan, tapi kami juga tidak tau harus bagaimana mengobatinya sudah sejak lama. hanya kami para tetua dan kamu sekarang yang mengetahuinya"

Melihat pak kepala desa lagi, lalu dia berkata

"sebenarnya alasan aku kadang pergi saat malah hari adalah untuk bertapa digua untuk menahan agar tidak memburuk tapi itu semua pada dasarnya tidak berguna"

"Li De, dengarlah kamu anak yang baik dan rajin, mungkin suatu saat kamu akan menjadi kepala desa ini. Dengarkan lah ini baik baik. Cahaya Matahari saat Terbit di timur akan membimbingmu menuju sesuatu yang sedang kamu cari"

Aku? mencari apa ? aku bingung kenapa beliau berkata begitu karena aku tidak pernah mencari atau menginginkan apapun.

"Li De keluarlah kami ingin berbicara dengan kepala desa"

Dengan wajah cemas aku pun keluar dari rumah tersebut lalu kembali ke rumah orang tua ku sambil menunggu para tetua desa. lalu tiba tiba aku mendengar suara gendang lagi. dan saat aku keluar, ternya pak kepala desa sudah tiada...

Pikiranku langsung kosong mendengar orang yang menjaga menggantikan ayah ibuku meninggal. sedih dan terkejut bercampur dalam emosi ku. sudah 2 tahun sejak aku tinggal dengannya. tetapi, beliau sudah pergi lagi...

"Semoga anda tenang dialam sana"

Bisikku dengan pelan ....


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C4
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk