Acara pernikahan selesai, keluarga Keane mulai meninggalkan tempat pesta pernikahan dan segera pulang ke villa untuk bersiap-siap pulang. Di sepanjang perjalanan, Jingga lagi-lagi hanya terdiam sementara Arseno terus memperhatikan Jingga dari samping.
"Kau tidak apa-apa, Jingga?" bisik Arseno.
Arseno berucap sangat kecil. Ya, Arseno tidak ingin kedua orang tuanya mendengar percakapan Arseno dan Jingga.
"Tidak apa-apa. Memangnya saya kenapa?" balas bisik Jingga.
"Kau sedih dengan ucapan wanita itu?"
'Peduli apa dia dengan kesedihanku? Bukankah itu bukan urusannya? Hah, jangan aneh-aneh, saya tidak ingin terlalu berharap dengan dirimu lagi,' batin Jingga.
"Tidak Tuan Arseno. Ucapan wanita itu adalah sebuah kebenaran. Untuk apa saya marah?"
Arseno terdiam mendengar ucapan Jingga, padahal jelas-jelas Jingga hanya murung sedari tadi.
Sementara itu di dalam hati Jingga terdapat kebingungan dengan sikap Arseno yang lagi-lagi menambah kadar cinta di dalam hatinya.