Rasyid yang mendengarnya berdecak sebal, tapi dia tak mengatakan apa-apa untuk memprotes temannya.
"Kamu kemana seminggu ini? Kata Hikman tidak ada urusan di toko luar kota."
Mursal menatap temannya yang baru bertanya itu. "Hmm, memang. Aku ada urusan diluar kota yang lain."
Rasyid mengangguk paham. "Kamu baik-baik saja?"
"Kenapa memangnya?" tanya pria itu dengan tatapan menyipit. "Kamu lihat aku tidak baik?"
Rasyid tersenyum kecil. "Tidak ada, kamu baik-baik saja kok," jawabnya sedikit absurd.
Mursal sampai mengalihkan atensi penuh padanya. "Bagaimana dengan perasaanmu pada adikku?"
Rasyid mendengus. "Aku sedang tidak ingin membahasnya."
"Memangnya kapan kamu mau membahasnya?" Mursal bertanya datar. "Kasihan sekali kamu, ya? Aku berniat membantu tapi kamu tidak mau. Silakan, tersiksa sendiri oleh perasaan."
"Ck! Kamu jahat sekali."
"Kamu yang terlalu gengsi, gengsi tidak membuatmu bahagia, Boy!"
Kembali, wajah Rasyid tampak mendengus sekalian cemberut.