Dan sekarang, tinggalan Wahyu sendiri di sini, berdiri dengan perasaan hampa di balik jendela, mengintip di balik gorden abu-abu dengan perasaan sedih, matanya menahan bulir air mata yang mendesak sekuat tenaga untuk berjatuhan. Wahyu mengamati sosok mungil Elise yang melambaikan tangannya dari dalam mobil tubuh kecil itu semakin lama semakin mengecil dari pandangan, bahkan dari jauh pun Wahyu juga bisa melihat mata gadis itu yang merah serta basah, meskipun bibirnya tersenyum jelas matanya berubah mendung dan suram. Wahyu tahu perpisahan ini bukanlah akhirnya mereka hanya terpisah karena waktu dan pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan tapi kenapa tetap saja dia merasakan sesak, padahal jika waktu tidak sibuk ia sendiri juga bisa mengunjungi Elise. Wahyu menghela napas. Perasaan di tinggalkan benar-benar buruk.
***