"LISA!" teriak Sky memanggil Lisa.
Tepat pada saat itu, gadis yang sedang disandera oleh sosok itu melompat jatuh dari koridor lantai tiga menuju ke bawah. Sky berteriak kencang kemudian mengambil ancang-ancang untuk berlari ke arah Lisa yang terjatuh dengan darah merembes di sekitarnya. Namun Arthur lebih dulu menarik tangannya sehingga gadis itu tertarik ke dalam pelukan Arthur, Sky menangis kencang akibat kehilangan temannya kembali
Perlahan kedua air mata Sky menetes melihat teman satu-satu nya mati tepat di hadapannya lagi. Jika kemarin adalah Yvonne, maka sekarang Lisa. Sky bertanya-tanya dalam hati, apa kesalahan Lisa sehingga ia dihukum seperti ini?
Memang ada yang aneh dengan semua ini, Sky berpikir bahwa sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Ia rasa kedatangannya di sekolah ini bukan karena ada Kirei ataupun paksaan dari ayahnya, namun ada sesuatu yang benar-benar memengaruhi nya untuk datang ke sini
"Arthur. Kenapa semua orang yang berdekat denganku selalu mengalami kejadiaan naas seperti ini?" ujar Sky. Suara parau nya membuat laki-laki yang sedang memeluknya itu mengelus kepala bagian belakang Sky pelan
"Tidak, ini bukan salahmu" walaupun begitu, mata Arthur tetap tajam menatap sosok di atas sana.
Sekolah kembali di pulangkan padahal baru satu hari setelah diliburkan akibat kejadian Yvonne kemarin. Apakah sekolah ini akan diliburkan lagi? Sky bertekad untuk mencari jawaban atas kematian Yvonne dan Lisa, ia tidak boleh membiarkan hal seperti ini terjadi lagi
Gadis itu menghapus air matanya kemudian menarik diri dari pelukan Arthur. Tanpa berkata satu kata pun ia pergi begitu saja melewati Arthur yang menatapnya terdiam.
•••
Hari ini Sekolah kembali masuk, dugaan Sky tentang sekolah akan diliburkan kembali ternyata salah. Mereka tetap menjalankan sekolah layaknya tidak ada masalah, sedari tadi Sky sedang berjalan melewati koridor. Bisik-bisik dari murid-murid disini membuatnya sedikit tidak nyaman
"Bukankah dia temannya Lisa?"
"Sepertinya iya. Aku turut kasihan padanya"
"Hei lihat, dia seperti tidak punya teman saja"
Sky memejamkan matanya kemudian menghela nafas kasar. Ia merasakan tangan seseorang menutup kedua telinga, tanpa menoleh ke belakang Sky bisa tau dengan jelas bahwa itu adalah Arthur. Laki-laki itu membawa Sky di koridor lantai dua, tempat loker para murid berada
"Kau baik-baik saja? Bukankah sudah ku bilang melalui Kirei agar kau tidak usah datang ke sekolah hari ini?" tanya Arthur pada gadis yang sedang menunduk itu
Melihat Sky yang terus menunduk tanpa meresponnya, membuat Arthur menegur gadis cantik itu. "Sky, ketika orang yang lebih tua darimu sedang berbicara, tatap matanya"
Mendengar teguran dari Arthur, Sky mendongakkan matanya menatap Arthur sendu. Matanya sembab akibat menangis semalaman, entah kenapa ia merasa bertanggung jawab atas insiden kematian Yvonne dan Lisa
Ia merasa bahwa kedua gadis itu mati karena nya. "Arthur, apakah kau tidak merasakan sesuatu yang aneh?"
Arthur menaikkan sebelah alisnya, "Aneh?"
Sky mengangguk lalu berkata, "Kedua gadis itu... Yvonne dan Lisa, mereka mati karena diriku bukan?"
Arthur menatap Sky marah. "Jaga bicaramu! Seharusnya kau tidak berkata begitu, mereka mati karena memang itu takdirnya! Mereka memiliki sebuah dosa yang tak termaafkan, oleh karena itu mereka mati dengan sadis"
"Jangan mengarang cerita! Sudah jelas bahwa Yvonne dan Lisa mati itu karena diriku! Jika saja kemarin aku tidak memaksa Yvonne untuk mengatakan sesuatu tentang gadis itu, pasti dia tidak akan mati! Dan juga jika saja kemarin aku ikut Lisa, pasti dia tidak akan berakhir seperti ini! Seharu--"
Arthur mengebrak loker di samping Sky dengan kencang, membuat gadis itu tersentak kemudian berhenti untuk melanjutkan kata-katanya. Sky terdiam menatap Arthur yang tampak menahan amarahnya, "Kenapa kau begitu peduli padaku?" lirih gadis itu
"Apa kau tidak sadar bahwa kalung ruby mu itu hilang? Kau sedang dalam bahaya, Sky. Aku tidak tau apa yang telah diperbuat oleh keluargamu sehingga kau terkena imbasnya"
Sky kembali menatap Arthur, kali ini dengan tatapan terkejut. "B-bagaimana kau bisa tahu tentang hal itu. Aku tidak pernah memberi tahukan kepada Kak Kirei ataupun siapapun, hanya ayah, aku dan paranormal itu yang tau"
"Baiklah aku akan jujur. Aku sama sepertimu"
Sky bersandar pada loker yang berada tepat di belakangnya itu. "Kenapa kau tidak bilang dari dulu?"
"Kurasa itu tidak penting. Nyawamu sedang dalam bahaya, kusarankan sebaiknya berhenti sekolah" saran Arthur sambil menatap Sky yang sedang melipat kedua tangan di dada
"Tidak, aku harus menemukan pembunuh Lisa dan Yvonne terlebih dahulu. Setelahnya aku tidak peduli pada hidupku"
Perkataan Sky membuat Arthur kembali naik darah. "Skylar sudah kubil--"
"Aku merasa bertanggung jawab atas kematian mereka berdua, Arthur!" jeda Sky. Ia tersenyum kecut kemudian menurunkan kedua lipatan tangannya dari dada, "Kau... Tidak akan pernah mengerti" ujar Sky dan pergi begitu saja meninggalkan Arthur yang diam sambil menatapi punggungnya yang mulai mengecil lalu hilang di balik lorong koridor
•••
Sky memasuki kelasnya dengan raut wajah murung, kemudian ia duduk dan menaruh tas nya di atas meja. Suara tawaan Casey dan teman-temannya membuat Sky menjadi terusik karena ia yakin bahwa kelompok itu sedang menertawakan nya saat ini karena ia tidak memiliki seorang teman pun
"Yah, lagi pula aku tidak menyesal karena menolak ajakan gabung geng mereka kemarin" monolog Sky santai.
Jam pelajaran di mulai, ia tidak fokus pada pelajarannya karena sibuk memikirkan bagaimana cara menemukan pembunuh Yvonne dan Lisa. Walaupun ia melihat dengan jelas bahwa sosok yang membunuh Lisa kemarin adalah hantu, tapi ia yakin akan satu hal
Bahwa ada seseorang yang lebih kuat, pengendali ilmu hitam yang bisa mengendalikan para roh dan menyuruh roh itu untuk masuk ke dalam tubuh manusia. Sky rasa saat itu Lisa tengah dirasuki oleh sesuatu, karena dari pandangan kosong nya serta bayangan hitam kemerahan yang muncul di belakangnya
Sky tau persis maksud dari bayangan hitam kemerahan pada tubuh Lisa. Itu artinya kematian seseorang berada di tangan makhluk halus karena pada dasarnya bayangan kematian bewarna hitam gelap, tidak ada campuran warna lain
"Gamartha Skylar, mengapa anda melamun disaat saya sedang mengajar?" Sky tersentak begitu mendengar suara Beatrice, ia menatap ke arah murid-murid yang juga sedang menatapnya.
Sky segera berdiri kemudian berkata, "Eh, maafkan aku. Aku kurang fokus karena insiden itu sangat menganggu pikiranku"
Beatrice menghela nafas kemudian berkata, "Keluar dan segera cuci wajahmu lalu kembali ke sini lagi"
Sky membunguk, "Baik, terimakasih miss" ujarnya
Sky keluar melalui pintu belakang kelas, sepanjang jalan menuju toilet ia masih tetap memikirkan kejadian kemarin itu. Suasana hening disini membuat bulu kuduk Sky merinding seketika. Tiba-tiba kedatangan Kirei yang berdiri tepat di depannya dengan wajah yang sedikit creepy, membuat Jisoo terkejut
"Kakak! Kau mengangetkanku!"
Kirei tertawa pelan yang entah kenapa malah terdengar sedikit menyeramkan di telinga Sky. "Ingin kemana?" tanya Kirei pada Sky
"Ke toilet, aku baru saja ditegur oleh miss beatrice karena melamun memikirkan insiden kemarin" jawab Sky. Kirei mengangguk
"Jangan terlalu dipikirkan dan jangan mencari tahu terlalu dalam mengenai kematian mereka" ujarnya kemudian, pada Skyyang menaikkan sebelah alisnya
"Apa? Kenapa tidak boleh? Apa kakak mengetahui sesuatu mengenai perihal ini?"
Kirei maju mendekati Sky kemudian memegang kedua pundak gadis itu. "Sky, kau harus yakin padaku bahwa semua ini akan selesai dengan sendirinya. Kau harus fokus pada tujuanmu saat ini"
Sky mulai merasakan sesuatu yang aneh pada Kirei begitu kakak sepupunya mengatakan hal seperti itu. Masalahnya ia sama sekali tidak pernah memberi tahu tentang nyawa nya yang saat ini sedang terancam pada siapapun kecuali ayahnya, paranormal, dirinya, dan Arthur. Lalu bagaimana Kirei bisa tahu mengenai hal itu?
"Darimana kakak tahu? Aku tidak pernah membicarakan hal itu pada kakak sebelumnya"
"Eh, i-tu. Ayahmu yang membe-ritahuku. Ada apa?"
Kecurigaan Sky semakin membesar begitu mendengar nada gugup dari Kirei. Wanita itu meremas roknya perlahan sesekali matanya ia lirik ke arah kanan, Sky tau persis bahwa Kirei saat ini sedang berbohong
Seperti tak ingin ambil pusing, Sky segera berkata. "Ya, terimakasih sarannya Kak Kirei. Aku harus segera ke toilet dan cepat kembali jika tidak Miss Beatrice akan memarahiku" ujar Sky kemudian membungkuk pada Kirei
Kirei menunduk cepat dan berjalan melalui Sjy yang menatapnya aneh. Lalu gadis itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam toilet dan menemukan Daisy, kakak tingkat nya yang juga masuk dalam kandidat mencurigakan
"Oh? Kau sudah datang" ujarnya pada Sky. Sky menoleh ke arah belakang samping kanan dan kiri, mencoba memastikan bahwa hanya diri nya lah yang berada di sini agar tidak salah sangka bahwa Daisy saat ini sedang berbicara padanya
Sky menunjuk dirinya sendiri. "Aku?"
Daisy mengangguk dan tersenyum, "Iya, kemarilah"
Sky berjalan mendekat Daisy tetapi tidak terlalu dekat. Ia harus menjaga jarak dengan kakak tingkat senior nya itu, "Ada apa?" tanya Sky tanpa basa-basi lagi
Daisy tertawa melihat tingkah laku Sky yang seperti enggan bertemu apalagi berbicara dengannya. "Santailah, aku hanya ingin membicarakan sesuatu"
•••
Bel pulang berbunyi. Perkataan Daisy di toilet tadi tergiang-giang di kepalanya, sedari tadi Sjy tak berhenti memikirkan perkataan gadis itu.
"Jika kau memiliki empat apel merah yang sangat menggiurkan, jangan salah dalam memilihnya. Kau harus mengecek dengan jelas apakah ada ulat di dalamnya atau tidak"
"Apa lagi ini?!" ujar Sky. Gadis itu mendesah pelan kemudian menendang-nendang kaki di udara yang kosong. Ia geram memikirkan perkataan Daisy yang sama sekali tidak masuk di akal menurutnya
"Ah, kenapa kakak kelas itu tidak berbicara dengan jelas dan malah bertele-tele sih?! Apa dia sengaja ingin mempermainkanku?!" gerutu Sky kesal
To Be Continue...