Deru mobil di jalan raya menjadi latar suara untuk sore yang cukup panas. Seorang perempuan yang mengenakan tudung jaketnya dan masker hitam sedang berjalan pelan menuju halte yang tidak begitu banyak orangnya,
Diliriknya jam tangan pada lengan kirinya yang telah menunjukkan pukul lima, waktunya dia untuk masuk kerja di kafe.
Masih dengan tas ransel yang berisi buku catatan dan beberapa keperluan kuliahnya, dia tidak nampak seperti seorang perempuan jika hanya dilihat sekilas. Namun tubuhnya yang cukup pendek tidak membuatnya nampak gagah.
Kembali dilirik jam tangannya, telah lewat sepuluh menit.
Bus masih belum juga datang. Dia telah memberi kabar si pemilik kafe melalui pesan jika dia akan datang telat hari ini.
"Hanya enam jam dengan diskon dua puluh persen? Itu tidak buruk," gumamnya yang masih mengingat pertemuannya bersama dengan seorang pelanggan.
Manik mata hitamnya menangkap sosok lelaki berpakaian stelan jas lengkap serba hitam sedang berdiri tidak jauh dari tempat duduknya. Lelaki itu nampak sedang mengamati seorang lelaki lainnya yang sedang berdiri di depan sebelah kiri Ameera. Sementara lelaki disamping Ameera sedang menatap jalan sambil menggenggam ponselnya.
"Apa dia pencopet? Mengapa dia rapi sekali? Apa dia mengenal orang itu?" tanyanya dengan dirinya sendiri.
Tidak lama kemudian bis datang, dia segera saja naik tanpa menghiraukan lagi lelaki berstelan hitam itu.
Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, dia telah tiba di halte yang berada di dekat kafe tempatnya bekerja. Di kafe telah ada pengunjung yang langsung dilayani oleh anak dari pemilik kafenya.
"Wah Ameera, ini sudah cukup lama kamu tidak terlambat. Bagaimana clientmu?" tanya Deandro, anak pemilik kafe, sambil membersihkan gelas.
Perempuan yang baru datang itu segera melapas jaket dan masker lalu menyimpannya di sebuah lemari dekat meja kasir tempatnya kerja.
Sambil mengikat rambut panjangnya yang bergelombang, dia menjawab pertanyaan bosnya itu, "Dia masih seorang siswa, dia ingin aku menjadi pasangannya pas datang ke acara ulang tahun mantan pacarnya."
"Siswa?"
"Hemm, aku memberinya potongan harga dua puluh persen karena dia belum berpenghasilan," tambahnya sambil memasang celemek.
"Bukan itu. Maksudku, darimana dia mengetahui tentang kamu?" tanya Neandro masih di tengah kesibukannya.
"Dia bilang temannya pernah menyewaku untuk dibawa ke acara kantor. Entah teman yang ia maksud itu lelaki yang mana hehe kurasa itu tidak begitu penting."
"Hemm …." Neandro mengangguk pelan.
"Kakak enggak perlu khawatir. Sejak aku memperbaharui kontrak yang menyebutkan kalau mereka tidak boleh menyentuhku, kondisiku menjadi semakin baik. Tidak ada trauma yang muncul, Kak."
"Iya aku percaya. Cepat urus pelanggannya, aku buang sampah dulu," kata lelaki yang memiliki suara berat itu sambil mengusap pelan kepala Ameera.
Ameera menampik tangan Lelaki itu dengan cepat, dia sangat tidak menyukai jika ada seseorang yang menyentuhnya. Dia akan merasa tidak nyaman karena hal itu membuatnya teringat dengan masa lalu yang benar-benar menakutkan hingga membuatnya trauma.
Selalu dengan senyum ramah dan tutur kata yang sopan, Ameera membuat pelanggan kafe merasa nyaman. Bahkan tak jarang dari mereka yang menggoda perempuan berambut panjang bergelombang itu. Tentu saja Neandro tidak terima jika adik sekaligus karyawannya itu menjadi bahan obrolan para pelanggannya, tak jarang dia harus menegur sikap kurang sopan pelanggan laki-laki yang mencoba menggoda Ameera.
Neandro Dehaan adalah seorang lelaki yang berusia dua puluh tahun, merupakan anak angkat dari pemilik kafe ILY, pak Dehaan sejak dia berusia dua belas tahun. Dia sebelumnya berasal dari Panti Asuhan yang sama dengan Ameera, yaitu Panti Asuhan Nusa Kasih. Karena itulah, hubungan keduanya menjadi sangat dekat hingga dewasa walau terpisah selama enam tahun.
Walau telah tinggal di Banjarmasin bersama keluarga barunya, Neandro masih sering berkunjung ke panti untuk bertemu dengan Ameera dan Teza, seorang lelaki yang dulunya juga menjadi teman bermainnya.
Ameera yang memiliki nama lengkap Ameera Saveri itu adalah seorang perempuan mandiri yang sejak lahir telah berada di panti asuhan. Dia menyusul Neandro ke kota karena dia hendak melanjutkan pendidikan ke universitas dan tidak ingin lagi menjadi beban panti.
Kehidupan kota yang dijalani Ameera tidak semudah yang ia bayangkan. Ia harus pandai membagi waktunya antara untuk kuliah dan bekerja, belum lagi kebutuhan hidup yang besar membuatnya harus memutar otak bagaimana cara untuk mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat.
Saat masih awal masuk kuliah, dia sempat mendapat rundungan dari beberapa temannya yang kaya mengenai status keluarganya yang tidak jelas dan asal usulnya yang menyedihkan. Dia bahkan mendapatkan cap sebagai wanita simpanan om-om atau bahasa halusnya, Ameera adalah Sugar Baby dari seorang pengusaha kaya.
Kabar itu bermula saat ada seorang teman kuliah yang melihatnya sedang bersama dengan pak Dehaan yang tak lain adalah ayah angkat dari Neandro, mereka sedang mencari rumah kontrak di kawasan komplek dekat kampusnya.
Hal itu membuat Ameera sangat gerah tetapi berhasil kembali tenang karena Deandro membelanya dan menjelaskan semuanya kepada teman kuliah Ameera, khususnya teman sekelasnya yang sangat gaduh karena kabar itu.
Ameera kini telah mendapat pekerjaan yang cukup mudah baginya, yaitu bekerja paruh waktu di kafe milik keluarga angkat Deandro. Dia juga berprofesi sebagai pacar sewaan.
Pacar sewaan?
Iya benar. Ameera memasang tarif kepada semua Lelaki yang hendak mengajaknya pergi, terlebih jika perginya dengan tujuan tertentu misal untuk membuat mantan kekasih lelaki itu cemburu atau untuk dikenalkan kepada keluarga yang telah menanti seorang menantu.
Pekerjaannya itu tidak terjadi begitu saja, Ameera awalnya tidak kepikiran dengan pekerjaan semacam itu. Hal itu bermula ketika seorang teman lelaki mengajaknya untuk pergi membeli buku bahan kuliah dan pergi makan, sepulang dari toko buku dan rumah makan, teman lelakinya itu memberi uang tip kepada Ameera dengan mengatakan kalau itu semacam tanda terimakasih karena sebenarnya lelaki itu telah memanfaatkan Ameera untuk dijadikannya alat agar kekasihnya yang bekerja di toko buku merasa cemburu dan minta putus darinya.
Ameera tidak banyak tanya mengenai alasan teman lelakinya itu ingin mengakhiri hubungan, dia hanya tertegun dengan jumlah uang yang diberikannya. Jumlahnya setengah dari gaji fullnya di kafe hanya untuk jalan selama enam jam dan tanpa ada kontak fisik.
Dia yang sedang mencari uang tambahan untuk biaya hidup di kota, langsung terinspirasi untuk menjadikan itu adalah pekerjaannya. Semula dia memberikan layanan untuk kontak fisik seperti gandengan, rangkul dan peluk, tetapi hal itu tidak baik untuk mentalnya.
Setelah beberapa kali menjadi 'Pacar Sewaan' para lelaki, Ameera merasa jiwanya terguncang karena trauma masa lalunya muncul dan memaksa perempuan itu untuk meminum obat penenang.
Memang, trauma masa lalunya itu sangat menyiksa. Dia bahkan dapat menangis di kafe dengan tiba-tiba yang membuat Neandro terkejut dan iba.
Selain itu, Ameera juga dapat melihat hal yang akan terjadi dengan orang yang menyentuhnya itu. Dia mulai ketakutan, walau awalnya itu mungkin kebetulan tetapi dia tidak ingin ada banyak orang yang mengira kalau dirinya lah yang meramalkan kejadian yang menimpa mereka. Itu adalah alasan yang ia katakan pada semua pelanggan ketika mereka menanyakan mengenai 'sentuhan'.
***