Dengan panjang lebar Mas Rendra menjelaskan tentang duduk permasalahan yang sedang terjadi di antara aku dan Mas Rendra. Sementara itu, aku menitikan air mata yang tak bisa lagi ku bendung. "Aku mencintaimu, Mas Rendra!" Dengan gelagapan, ku utarakan perasaanku yang tak seharusnya terjadi itu. Mas Rendra terperangah mendengar ucapanku.
"Apa yang sedang kamu bicarakan, Arini? Jangan perkeruh air yang mulai jernih. Arini, asal kamu tahu. Hingga kini, aku masih sangat mencintaimu. Aku ingin menikahimu. Tapi, aku sadar bahwa cinta ini tidak seharusnya terjadi," jelas Mas Rendra.
"Apa maksud ucapanmu, Mas?"
"Saat ini, semua sudah terlambat. Perasaanmu yang datang terlambat! Sebentar lagi, suamimu bebas. Tak ada lagi alasan untuk kita bersama, Arini. Kamu harus bisa mengubur perasaanmu padaku. Yang seharusnya kamu lakukan saat ini adalah, menerima ketulusanku membantumu sebagai seorang sahabat."
Aku dan Mas Rendra saling memeluk erat.