Unduh Aplikasi
40.13% The Fleeing Chaos Demon / Chapter 114: Shota Asheel

Bab 114: Shota Asheel

Di paviliun belakang kuil.

Di sana, Sera sedang duduk dengan kedua tangannya bersandar di meja sambil menikmati teh pagi, walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 9.

Area di sekitar paviliun dikelilingi oleh taman bunga dan kolam ikan alami yang terbuat dari batu. Daun teratai terlihat mengambang dengan beberapa diantaranya sudah menunjukkan bunganya yang indah. Para ikan yang hidup di sana sesekali menunjukkan sosoknya saat mereka mengambil udara dari permukaan.

Suasana yang sangat tentram.

Ini adalah tempat yang sejuk untuk nongkrong. Pohon-pohon tidak terlalu lebat tapi tetap sejuk untuk berteduh.

Sera sering datang ke sini untuk melamun setelah Asheel tidur tiga bulan yang lalu.

Dan seperti biasanya, Sera datang ke sini sendirian dengan secangkir teh hijau yang dia seduh secara pribadi sebelumnya.

"Sudah tiga bulan, ya..." Ekspresi cemberut muncul di wajah cantik Sera, matanya banyak menunjukkan kesedihan. "Haruskah aku juga tidur di sampingnya?"

Dia buru-buru menggelengkan kepalanya dan menyingkirkan ide yang baru saja dia gumamkan. Lagipula, masih ada Merlin dan Ophis yang harus dia asuh.

Pada akhirnya, dia hanya bisa menghela napas. Saat dia tenggelam dalam kesepian dan kegelisahan sekali lagi, suara teriakan tiba-tiba terdengar dari area kuil.

"AAAAHHHHHHHHHHHH !!! APA YANG TERJADI ?!"

"...."

Sera terdiam sejenak sebelum menunjukkan ekspresi penasaran, "Suara siapa itu? Bocah? Ataukah penyusup? Tapi ... terdengar familiar..."

Menghela napas sekali lagi, dia akhirnya bangkit dan berjalan menuju kuil.

"Hah?!"

Dalam perjalanan, dia menyadari jika asal suara itu berasal dari ruangan yang sama dengan kamar Asheel tidur.

Gedebuk! Gedebuk! Gedebuk!

Langkahnya dipercepat hingga dia berlari tanpa mempedulikan kesopanannya. Setiap langkah yang dia ambil membuat lantai kayu berderit.

Dalam sekejap, dia sampai di depan pintu ruangan Asheel tidur. Di sana, dia sudah melihat Merlin dan Ophis yang mengintip dari celah pintu.

"Ada apa, Merlin-chan, Ophis-chan?" dia bertanya.

Merlin dan Ophis menoleh dan melihat Sera sudah datang dari belakangnya.

"Ssshhhhh!" Merlin memberi isyarat diam dengan jari telunjuk di depan bibirnya, lalu berkata dengan suara pelan. "Ada bocah tak dikenal di dalam ruangan itu."

"Lalu kenapa kamu tidak masuk?"

"Itu..." Merlin menggaruk kepalanya dan berkata, "Aku menunggu Sera-nee datang."

Sera yang mendengar itu lalu menghela nafas sebelum melambaikan tangannya, "Minggir dulu."

Setelah Merlin dan Ophis memberi jalan untuknya, dia tanpa ragu-ragu langsung mendobrak pintu dengan suara keras hingga terbuka.

Blak!

Sera melangkah masuk dan di sambut dengan ruangan yang akrab. Lagipula, setiap malam dia akan tidur di sebelah futon Asheel.

Saat berjalan lebih jauh ke dalam ruangan, dia tidak melihat Asheel yang tidur di futonnya, tapi dalam futon yang sama terdapat gundukan kecil dari balik selimutnya.

"Asheel?" dia memanggil, dan hanya dijawab dengan gerakan selimutnya dari dalam.

Dia memiringkan kepalanya sejenak dengan bingung, sebelum membungkuk dan memegang erat ujung selimut yang kemudian dia menariknya dengan tiba-tiba.

Swoosh!

"Ahhhhhh!"

Suara teriakan anak kecil terdengar di seluruh ruangan sebelum Sera dengan linglung menatap sosok bocah yang menutupi wajahnya dengan bantal.

"Hah? Asheel....?"

Seorang bocah berambut hitam panjang hingga mencapai leher, tubuh kekakanakan berumur 7 tahun, kulit putih susu, dan wajah imut.

Sera menatap bocah itu sejenak sebelum mengonfirmasi. 'Itu memang Asheel, tidak salah lagi!'

"Ah, Sera. Jangan lihat aku seperti itu!"

Suara kekanakanakan terdengar dengan nada mengeluh dan kesal, tapi itu sangat imut dan halus.

"Itu memang kamu, Asheel!"

Setelah berseru dengan keras, sosok Sera langsung melompat dan memeluknya, membenamkan kepala Asheel ke dalam dadanya.

"Ahh, hentikan, hentikan! Aku tidak bisa bernapas!"

Tangan kecil Asheel menepuk-nepuk lengan Sera sambil berjuang dan meronta-ronta, tapi Sera mengabaikannya karena dia telah terbenam dalam kegembiraannya.

"Asheel! Asheel! Aku merindukanmu!" Sera menguyel-uyel tubuh anak-anak Asheel dan terus menggosok wajahnya ke dadanya. "Aku sudah menunggumu selama ini, tiga bulan tanpamu adalah penyiksaan mental!"

"Aku tahu! Aku tahu! Lepaskan aku dulu!"

Setelah beberapa saat, Sera mengusap air mata kebahagiaan dengan jarinya dan menatap sosok Asheel dari atas ke bawah, membuat yang terakhir malu dan memalingkan wajahnya.

"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Sera dengan bingung.

"Uhh, aku juga tidak tahu. Setelah aku bangun, tubuhku sudah berubah menjadi seperti ini," Asheel menggaruk kepalanya sambil menunduk malu.

"Bukankah kamu bisa memanipulasi wujudmu sendiri, bisakah kamu kembali normal?"

"Itu..." Asheel ragu-ragu untuk menjawab, tapi pada akhirnya dia mengatakannya, "Sepertinya aku terjebak dalam wujud ini."

Sera yang mendengar itu menjadi terdiam sejenak sebelum tersenyum lebar dan mengeluarkan tawa aneh, "Hehehe. Shota Asheel boleh juga."

Asheel mengeluarkan keringat dingin dari punggungnya dan buru-buru memeluk tubuhnya sendiri, berniat menjauh dari wanita berbahaya di depannya.

"Kyaa! Asheel, kamu imut banget!"

Sera menggosok pipinya sendiri di pipi Asheel berulang kali sambil menampilkan senyum aneh di wajahnya.

Dan seperti itulah, butuh waktu cukup lama untuk Sera menenangkan diri.

Saat ini, Asheel duduk bersila dengan kesal sambil memalingkan wajahnya yang masih memerah. Di depannya adalah Sera, Merlin, dan Ophis yang juga duduk dengan posisi seiza.

"Asheel, kamu jadi seumuran denganku..." Merlin dengan linglung berkata, matanya tidak bisa lepas dari sosok Asheel dan dia langsung jatuh cinta kepadanya.

"Ugh, y-ya ... tapi ini hanya sementara. Tidak lama lagi, aku pasti akan kembali seperti semula!" kata Asheel sambil meninggikan nadanya.

Jleb!

Sera merasa seperti dadanya telah ditusuk, 'Imut sekali!'

"Asheel, aku sekarang menjadi kakak perempuanmu," kata Ophis dengan nada datarnya yang biasa.

"Hah?! Bagaimana bisa...!" Asheel langsung memprotes.

"Tubuhku adalah anak-anak berusia 12 tahun, sedangkan tubuhmu adalah anak-anak berusia 7 tahun. Bahkan Merlin lebih tua darimu," jawab Ophis.

"Ugh...!" Asheel merasa sedih lagi saat kepalanya menunduk. "Aku tidak tahu kamu bisa bercanda seperti itu, Ophis..."

"Nah, panggil aku Onee-chan!"

"Aarrgh!" Asheel memegangi kepalanya dengam frustasi. "Kutarik kata-kataku kembali, aku tidak tahu jika kamu bisa sangat menyebalkan seperti itu, Ophis!"

"Nah, cup cup."

Ophis mengabaikannya dan malah menepuk kepalanya.

Urat muncul di dahi Asheel, kemudian dia mengunci leher Ophis menggunakan lengannya dari belakang dan menggunakan tangan lainnya untuk menguleni kepala Ophis.

Ckrek!

Lampu flash tiba-tiba menerangi mereka berdua dalam sekejap yang membuat mereka berhenti sebelum menoleh ke asal cahaya itu dan melihat Sera sedang memegang kamera di tangannya yang diarahkan kepada mereka berdua.

"Sera!"

Asheel langsung lari ke Sera dan memukul pahanya berulang kali, membuat yang terakhir tersenyum bahagia melihat tingkah lakunya yang seperti anak-anak.

"Hehe, tidak hanya tubuhmu yang kembali ke tubuh anak-anak, tapi emosimu juga."

Asheel berhenti dan menunduk dengan sedih, "Sebenarnya kekuatan fisikku juga kembali saat sebelum aku dilemparkan oleh Ayah ke Dunia Iblis."

"Begitukah? Aku tidak tahu jika kamu sangat imut saat itu. Terima kasih Tuhan, sudah membiarkanku melihat keimutan ini!"

Sera tiba-tiba berdoa ke langit, yang membuat sisanya tidak bisa berkata-kata.

"Berarti aku mempunyai kesempatan untuk menang melawanmu," kata Ophis tiba-tiba.

"Kalau itu masih mustahil," Asheel menggelengkan kepalanya, "Hanya tubuhku yang kembali semula, Inti Kekacauan-ku tidak."

"Oh," Ophis mengangguk dengan enggan.

"Apakah kamu masih bisa mengakses Inti Kekacauan-mu?" Sera yang sudah pulih tiba-tiba berkata.

"Hmm?" Asheel kemudian memindai dirinya sendiri sebelum mengangguk. "Aku masih bisa mengakses kekuatanku walaupun lebih terbatas daripada sebelumnya."

"Tenang saja, Asheel. Aku akan melindungimu dari para Shotacon di luar sana!" Sera berkata dengan tekad yang membara-bara.

Asheel meneteskan keringat, "Lebih baik aku melindungi diriku darimu."

"Nah, kalau begitu. Ikuti aku!"

Sera tiba-tiba menarik tangan Asheel dan mengangkat tubuhnya, membuat yang terakhir panik.

"Sera, mau kemana....?!"

"Tentu saja kita akan mandi bersama, aku perlu menyegarkan pandanganku dengan memindai seluruh tubuhmu ke ingatanku!"

"Gahh, Ophis, Merlin! Selamatkan aku dari Shotacon menakutkan ini!"

Ophis dan Merlin saling memandang sejenak setelah melihat itu, mereka berdua lalu mengangguk bersamaan dalam pengertian mereka masing-masing.

"Tunggu aku!"

Mereka berdua mengejar di belakangnya.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C114
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk