Aku duduk membelakangi sebuah pohon dengan Rord yang berada di pangkuanku.
Sedikit berkeringat, aku meregangkan beberapa bagian tubuhku untuk menghilangkan aromanya.
Namun, aku baru saja menyadarinya, jika hal tersebut malah akan membuat efek yang sebaliknya.
Bukannya malah menghilangkan aromanya, kemungkinan terburuknya, aroma tersebut malah akan semakin tersebar dan menyelimuti diriku secara penuh.
Aku diam-diam mencoba untuk meliirk matanya sembari curi-curi pandang.
Sembari curi-curi pandang terhadap dirinya, aku berharap dirinya tidak menyadari tatapan yang kuberikan.
"!"
Tepat Ketika aku mengharapkan hal tersebut tidak akan terjadi, mata kami bertemu. Membuat suasana canggung ini semakin jauh lebih 'membahayakan'. Dalam artian lain, aku sudah tidak bisa menahan rasa maluku untuk jauh lebih lama lagi.
Namun, reaksi yang diberikan berbeda dari yang kuduga.
Apa kau paham maksudku?
Biasanya, dalam sebuah alur ketika seorang remaja laki-laki dan perempuan mendapati jika mereka berdua telah bertukar pandangan antara satu sama lain, biasanya mereka akan saling mengalihkan pandangannya karena tersipu atau hal yang mirip.
Namun, Rord tidak melakukan hal tersebut. Begitu juga diriku.
Aku tidak tahu alasan sebenarnya, tapi kurasa ini bisa terjadi dikarenakan Rord memang berbeda daripada gadis-gadis lainnya.
Dia tidak membuat suasananya semakin jauh lebih canggung lagi, malahan dia berusaha untuk memperbaikinya.
Rord tersenyum sembari mengeluarkan sedikit hembusan napas yang dapat kudengar.
Senyuman manis tersebut seketika serasa seperti sedang menghakimi diriku akan rasa tidak pantas untuk mendapatkannya.
"Ada apa? Apa kau masih ingin mempertahankan posisi ini untuk jauh lebih lama lagi?"
Aku tidak dapat melihatnya secara langsung setelah kami bertukar pandangan, maka dari itu aku pun hanya menjawab pertanyaannya dengan sebuah anggukan kepala.
"Dasar anak manja. Yah, itu tidak terlalu mengejutkan, sih. Lagi pula kau ini adalah Manusia. Sudah sewajarnya untuk dirimu bersikap seperti ini."
( Me—Memangnya apa hubungannya dengan diriku yang merupakan seorang 'Manusia'? )
Dan juga, apa itu adalah sebuah ejekan?
"…"
Sepertinya, para iblis yang di dunia ini memang suka menganggap remeh Manusia.
Yah, itu wajar saja sih…
Lagi pula, kaum iblis itu bisa dikatakan jauh lebih unggul daripada Manusia dalam aspek apapun.
Tentu saja mereka pastinya akan merasa jika diri mereka berada di kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada Manusia. Tentu saja, hal ini juga berlaku pada Rord yang juga merupakan seorang iblis.
Meskipun aku sudah mengetahuinya, tapi … entah mengapa diriku terasa sakit ketika Rord-lah yang mengatakannya secara langsung begitu padaku.
Apa memang benar jika dia selalu melihat 'Manusia' dengan pandangan seperti ini…?
Masih belum memproses hal yang terjadi dengan baik, Rord segera melanjutkan tindakannya dengan kembali menyandarkan dirinya ke tubuhku.
Menyentuh dadaku dengan kedua telapak tangannya yang lembut, aku dapat merasakan kehangatan tubuhnya.
Tindakan yang ia lakukan ini seketika membuatku melupakan segala hal yang kupikirkan sedari tadi.
Membuat semuanya menjadi hilang begitu saja hanya dalam satu pejaman mata saja.
"Hey, Anak Manusia. Aku yakin jika dirimu pasti menginginkan sesuatu yang lebih daripada hanya sebuah sentuhan seperti ini saja, 'kan?"
"Mengapa kau tiba-tiba memanggilku seperti itu lagi? Bukankah kau sudah mengubah cara panggilmu itu ketika kita keluar dari hutan?"
"Yah, aku memang pernah berkata begitu, tapi … dalam situasi yang 'sangat hebat' seperti ini, bukankah permainan seperti yang sedang kita lakukan ini lebih membuat dirimu 'bergairah'?"
Sembari menggoda diriku dengan menyentuh tiap inci tubuhku dengan perlahan, Rord memasang sebuah ekspresi yang berbeda dari biasanya.
Wajah penggoda yang terakhir kali kulihat ketika kami masih berada dalam perjalanan ke kota dari The Great Demon Forest.
"…"
Dia ini … padahal waktu itu dia-lah yang paling tersipu malu karena tidur berdampingan.
Mencoba untuk menjahiliku dengan cara membuatku bergairah … meskipun pada akhirnya dirinya-lah yang hampir tak sadarkan diri karena rasa malu yang berlebihan…
Yah, waktu itu dia hampir berhasil untuk melakukannya sih.
Namun … kenapa dia sekarang malah berusaha untuk menggodaku lagi…?
Seingatku, dia juga pernah mencoba untuk menggoda diriku ketika kami masih berada di Kastil Raja Iblis.
Kalau tidak salah … dia pernah mengundangku untuk mandi bersama dengan tujuan agar dapat membuatku berubah pikiran dan meminta Raja Iblis untuk tidak mengikutsertakannya dalam perjalananku.
Namun, pada akhirnya seluruh pemimpin pasukan raja iblis yang laki-laki ternyata malah juga ikut berendam ke pemandian.
Waktu itu benar-benar gawat … satu langkah saja dan mungkin dia sudah akan ketahuan…
Meskipun dia mengenakan pakaian yang seksi begitu, kurasa para iblis setidaknya masih memiliki rasa malu soal pakaian.
Tu—Tunggu, tunggu. Mengapa aku tiba-tiba malah mengingat masa lalu seperti ini…?
Yah, itu masih terjadi baru-baru ini sih, jadi kurasa itu tidak terlalu bisa disebut sebagai 'masa lalu'.
Sekarang, yang lebih penting … bagaimana caraku mengatasi dirinya ( Rord )…?
Aku sudah tahu apa yang akan terjadi jika aku mengikuti alur yang lurus ini.
Aku menyentil dahi Rord. dengan menggunakan hanya sedikit kekuatan saja agar rasa sakitnya tidak terlalu membekas.
"Aw! Apa yang kau lakukan? Itu sakit, tahu."
"Apa benar begitu? Aku hanya menggunakan sedikit kekuatan saja agar rasa sakitnya tidak terlalu membekas, bukankah kau yang paling tahu hal itu?"
"Tentu saja aku tahu, tapi rasanya tetap saja masih sakit, tahu!"
Rord memegangi dahinya.
"O—Oh, maaf."
( Padahal aku sudah melakukannya dengan sangat pelan. Apa itu benar-benar menyakitkan? Atau mungkin sebenarnya dia hanya pura-pura saja…? )
Aku bisa melihat setetes air mata terjatuh dari matanya.
Tentu saja aku merasa bersalah karena telah melakukannya, tapi bukankah dirinya yang menggodaku seperti itu jauh lebih parah?
Jika orang yang dia goda bukanlah orang yang kuat iman sepertiku, mungkin dia sudah habis sejak dari tadi.
Yah, itu adalah hal bagus mengingat jika dirinya melakukan hal-hal seperti ini hanya kepadaku seorang.
"… Apa rasanya benar-benar sakit?"
"Mengapa tidak kau coba untuk merasakannya sendiri saja?"
Memasang wajah cemberut, Rord masih memegangi dahinya sembari menggesek-gesekkannya dengan kedua tangannya.
Bagus, sekarang aku jadi merasa bersalah.
Untuk menghilangkan rasa bersalahku ini, aku pun mengangkat tangan kananku dan menaruhnya ke kepala Rord.
"A—Apa? Apa yang ingin kau lakukan?"
Memasang ekspresi bingung, Rord mengalihkan pandangannya ke atas.
Tanpa basi-basi, aku mulai mengelus dahinya dengan perlahan.
Ini terasa sedikit memalukan, tapi kurasa aku masih bisa menahannya.
Rord juga tidak menolaknya … malahan dia terlihat nyaman ketika aku melakukannya.
"Kau ini … bukannya akan menyembuhkan, hal yang kau lakukan ini mungkin malah akan memperburuknya, tahu."
"?! Be—Benarkah itu? Maaf, aku tidak tahu.'
Aku segera mundur dan menjauh dari Rord.
Melihatku, ia lalu menghela napasnya dan menyilangkan kedua lengannya ke dada.
"Dengar, ya. Setidaknya, ketika seseorang sedang terluka ataupun sakit dan kau tidak tahu bagaimana cara membuatnya berada dalam kondisi yang jauh lebih baik, kau mungkin bisa memberikan sebuah ciuman padanya."
"…"
"Ki—Kita ambil kasusku sebagai contoh. Misalkan … tidak, ini bukan misalkan, sih, lagi pula, ini memang benar sudah terjadi. Ah … ketika dahiku terluka dikarenakan efek akibat dari suatu serangan, seperti contohnya, sebuah sentilan—"
Rord melirikku ketika mengatakan 'sentilan' dan kembali lanjut berbicara.
"—yah, singkatnya, seperti yang baru saja kau lakukan padaku. Kau mungkin bisa memberikannya sebuah kecupan. Kau bisa memberikannya ke tempat yang sedang terluka. Yah, karena kita mengambil kasusku sebagai contoh, tentu saja tempat yang perlu kau cium adalah dahiku. Kau mungkin sudah mengetahuinya, tapi bahan kimia seperti Oksitosin itu adalah sesuatu yang terkait dengan ikatan bersama pasangan. Maka dari itu, sebuah kegiatan seperti 'berciuman' itu diperlukan oleh setiap pasangan—"
Sepertinya dia sudah jadi asik sendiri untuk menjelaskannya … dia bahkan menutup kedua matanya ketika melakukannya…
"—mencium pasangan bahkan dapat meningkatkan kepuasan hubungan dan mungkin akan jadi sangat penting untuk hubungan berjangka panjang—"
Secara tidak langsung, apa dia sedang berusaha membuatku untuk melakukannya juga?
"—dalam situasi yang sangat genting, 'berciuman' bahkan juga dapat dilakukan untuk menenangkan seseorang. Yah, itu dikarenakan 'ciuman' bisa menurunkan kadar stres dan kecemasan. Yah, tentu saja komunikasi penuh kasih sayang yang lainnya seperti memeluk atau mengatakan 'aku mencintaimu' juga dapat dilakukan. Namun, 'berciuman' bisa dikatakan sebagai yang paling efektif karena itu akan membuat pasanganmu menjadi nge-blank seketika—u—ughaa?!"
Aku menempatkan bibirku ke dahi Rord.
Seperti yang dia katakan, aku melakukannya sesuai penjelasan yang ia berikan.
Kecupan tersebut tidak berlangsung lama, mungkin hanya sekitar satu detik atau lebih.
Namun, hal tersebut mampu membuat Rord nge-blank untuk waktu yang cukup lama.
Wajahnya jadi merah merona karena tindakanku barusan dan ia masih tidak bisa mereposnnya kembali dengan baik.
"KA—KA—KA—KA—KA—"
"Itulah yang kau inginkan, bukan? Untuk lain kali, kurasa kau bisa memintanya secara langsung daripada memberikanku sebuah 'kode' yang berbelit-belit seperti itu, Yah, bukan berarti aku membecinya, maksudku, itu juga bisa dikatakan sesuatu yang menarik dari dirimu—"
"—bodoh…! Aku tidak pernah bilang untuk melakukannya sekarang juga, bukan?! Aku tidak pernah menyuruhmu, tahu!"
Tidak, tidak, tidak. Mau dari sisi manapun kau melihatnya, tetap saja itu akan terlihat seperti kau sedang memberikan sebuah kode agar aku melakukannya—eh? Tunggu—'sekarang juga'?
"Da—Dan juga … sejak kapan kau mulai berani untuk 'menyerang' lebih dahulu seperti itu? Belajar dari mana kau ilmu seperti itu?"
Oh, tentu saja aku belajar dari yang terbaik.
"I—Ini tidak adil! Kau pasti memasang sebuah 'mantra' kepadaku."
Dari awal, sejak kapan ini pernah menjadi 'adil'? Dan juga, mantra?
"Asal kau tahu saja, aku bahkan belum pernah menggunakan sihir, tahu."
"Ka—Kalau dipikir-pikir lagi, kurasa kau benar juga … su—sudahlah. Jangan mengatakan apapun lagi."
Bukankah aku sudah diam…?
Padahal dari tadi dia-lah yang mengajakku untuk berbicara…
"Ya—Yang lebih penting lagi … hey, Manusia. Se—Sekarang, aku ingin kau untuk—"
"—pertama-tama. Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan ini lagi, Rord, tapi bisakah kau berhenti memanggilku—"
Kalau dipikir-pikir lagi, kurasa dirinya terlihat lucu ketika tidak ingin memanggil namaku. Mungkin aku bisa membiarkannya seperti ini untuk beberapa saat sampai akhirnya ia menyadarinya sendiri nanti.
"A—Apa? Mengapa kau berhenti di tengah-tengah begitu?"
"Tidak, tidak jadi. Aku lupa ingin mengatakan apa tadi."
Yah, tentu saja itu bohong sih.
"Oh, begitu."
Rord memain-mainkan rambutnya yang panjang dengan jari-jemarinya sembari menunggu momen yang pas untuk mengatakan sesuatu padaku. Setidaknya, itulah yang bisa kudapatkan dari tingkah lakunya yang sangat tidak biasa ini.
"He—Hey, Manusia, Apa kau bisa melakukannya lagi--?"
Badanku gemetaran. Tak bisa berkata apa-apa selain diam mematung dengan wajah penuh perasaan takut dan terkejut.
Di pandanganku, terlihat wajah yang bentuknya sangat mengerikan.
Aku pikir, mungkin aku akan selalu terbayang-bayang akan wajahnya saat sedang memakai sampo di kamar mandi.
"Lo—Lort? O—Oi, Ada apa?! Wajahmu seperti sehabis melihat 'iblis' saja. Eh, tunggu—"
Rord merasa ada sesuatu yang aneh denganku dan kebingungan karenanya.
Sama seperti ketika sedang bermain game dengan genre horror, 'jumpscare' yang akan muncul ketika para player sedang dihadapkan dalam posisi yang normal-normal saja.
Tidak tahu dari mana hal itu datang. Tiba-tiba saja muncul dan memberikan senam jantung para player yang sedang fokus bermain.
Wajah mengerikan dari The Elder.
Aku bahkan belum sempat untuk berteriak.
Dengan sangat tidak terhormat, aku pun jatuh dan berakhir dalam kondisi tak sadarkan diri.
***
"...?"
Aku dapat mencium bau asap yang terasa dengan sangat jelas dengan hidungku.
Asap tersebut samgat kuat sehingga dapat membuatku hidung merasakan rasa sakit yang lumayan hanya dengan menghirupnya saja.
Aku membuka kedua mataku dengan cepat dan dengan spontan langsung memerhatikan sekelilingku.
Karena baru saja bangun, kepalaku masih terasa sangat pusing karena telah dipaksakan untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba.
Aku memegangi kepalaku dengan spontan karena rasa sakitnya.
Pada saat aku melihat ke depan, api yang sangat besar dapat terlihat pada pohon di sekitarku.
"?! A--Apa yang--?!"
Kebakaran?! Bagaimana bisa?
Tidak. Yang lebih penting, bagaimana dengan Rord dan Lucia? Apa mereka baik-baik saja?
Ga--Gawat. Jika begini terus-terusan, kemungkinan terburuknya api itu akan semakin merembes dan membakar habis seluruh hutan ini!
Ya–Yah, meskipun kurasa sebenarnya sudah telat untuk mengatakan hal itu sih ... lagi pula, api-nya memang sudah menyebar ke mana-mana.
Sulit untuk mengatakannya secara langsung, tapi...
"Yap, sepertinya memang benar. Mau dilihat dari manapun juga ... hutan ini ... memang sudah tidak memiliki harapan lagi."
Senyuman yang terkesan dipaksakan terpasang pada wajahku.
Kalau begini ceritanya, entah mengapa aku malah jadi terlihat seperti sosok yang telah membakar hutan ini...
***
( Note: Bagian yang kaga ada dalam cerita itu sebenarnya baru terpikirkan oleh Author kwwkwk. Jadi tolong proseskan saja dan masukkan ke dalam alur cerita. Kaga bakal ada Remake, kalau ada, palingan ntar versi Web yang berbahasa Jepang karena Authornya lagi belajar Bahasa Jepang kwwkw. Rencananya mau upload di Syosetu ntaran kalau udah lumayan bisa bahasa-nya. )