"Pak!" Rengek Cia, dia udah malu tambah di giniin nanti kalau pasrah kayak mana? Di suka khilaf orangnya.
Dhika semakin menatap lekat mata istrinya yang berkaca-kaca, bukan nangis karena apa yang dia buat tapi karena tengkar dengan ibu mertuanya tadi.
Dalam kasus Cia, dia sudah banyak melakukan pengorbanan harusnya dapat imbalan kan?
"Kalau saya berhasil buat mama kamu datang dan izinin kamu, saya dapat apa?" Dhika menyeka sisa airmata di pipi Cia.
"Jangan pamrih, perhitungan kali sama istri." Ketus Cia.
Tahan kali Dhika dengan posisi kayak gini, mirip adegan drama tapi nggak lama kayak gini juga.
"Tidak ada yang gratis di dunia ini nyonya."
"Jangan panggil nyonya, kesannya tua banget." Cia membuang muka otomatis tatapan Dhika jatuhnya ke ceruk leher Cia yang putih, rasa lapar itu bangkit.
Cia mikir, menimbang dan merasa apakah dia harus menganggukan kepala?
Ok, dia setuju.
selamat membaca ya? jangan lupa tinggalkan jejak komentar biar makin semangat nulisnya