"Dan kau berteman dengan mereka yang mengkhianatimu, tertawa di belakangmu, menusukmu dari belakang,"
Pria itu hanya terdiam, namun tidak dengan teman-temannya yang merasa risau.
Mereka jelas ingat apa yang terjadi semalam.
Hari pemakaman Widia, Awan di culik, lebih tepatnya seseorang di culik bukan gadis itu. Tidak mudah menculik gadis yang tengah bersama dengan polisi, apalagi di lakukan oleh anak remaja yang baru beranjak dewasa.
Clek!
Lampu di nyalakan, kini terlihat seorang gadis yang tengah berbalik belakang.
"Hei, namamu kyra kan?"
"Biar ku katakan sesuatu padamu. Kau tahu gadis yang meninggal dan di temukan di selokan? Kami yang menikmatinya secara bergilir. Dia pikir kekasihnya itu yang mengiriminya pesan, dan datang ke kos. Keberuntungan yang tidak terduga, jika gadis yang datang adalah gadis idola di sekolah,"
Diam tidak menjawab karena mulutnya telah terbungkam dengan kain, bagaimana ingin berbicara.