Pov. Awana
Aroma parfum yang menguap di udara, masih sangat jelas ku ingat wangi parfum itu. Senyuman dari bibir tipis, kening tebal membuatku sangat merindukan di saat ku simpuhkan kedua kakiku bersujud dan berdoa pada Tuhan.
Aku hanya wanita, yang pernah hadir di sisa hidupmu, dan kau adalah pria yang menjadi persinggahanku.
Aku hanya bisa menahan rasa sesak di dalam hatiku, atas perasaan bersalah, tentang dirimu yang menyerahkan nyawa agar aku tidak berada di dalam dada bumi.
Ku ukir kaligrafi namamu di setiap sepertiga malam, ku kirimkan doa dari wanita yang kau tuntun menuju wanita dengan balutan hijab.
Hanya kenangan yang tersisa, namamu hanya akan terus di ingat olehku.
Deraian air mata yang tidak pernah berhenti, ketika sebuah perasaan bersalah menghantui jiwaku, kini aku berada di antara duka lara dan sebuah harapan cinta.