Drap... Drap... Drap
Suara langkah kaki seorang pria tengah berlari terdengar, di antara puluhan orang yang tengah berjalan kaki di trotoar.
Neoy tengah mengejar buronan yang dilihatnya, ia cukup lelah belari tapi pria yang saat ini menjadi buronan berada di hadapannya, ia tidak bisa berdiam diri begitu saja tanpa melakukan sesuatu.
Walaupun dirinya begitu kelelahan ia tetap mengejar buronan itu.
"Yaaaakkk... berhenti di sana," teriak sebuah Noey Ardanult, suara pria itu begitu membuat perhatian orang-orang yang berada di sekitar saja. apa yang dia lakukan menyita perhatian orang-orang. Kini rambutnya acak-acakan "Ku bilang berhenti di situ," teriak Noey.
Ia begitu geram, menangkap buronan yang selama ini meresahkan mereka.
Hosh! Hosh! Hosh!
Suara nafas Noey tersengal-sengal karena sejak tadi berlari mengejar buronan. Dia tahu, bagaimana mengerikannya jika Atasannya marah ketika tidak berhasil menangkap buronan itu.
Awan menyusuri trotoar sepanjang jalanan terdapat kafe, dan toko-toko, restoran, dan butik, ia memilih untuk keluar melihat pemandangan Seoul. Orang-orang tengah berlaulalang, dari anak kecil bersama orang tuanya, dari remaja-remaja yang tengah bersama temannya, maupun yang tengah bersama pacar mereka. Mobil berlaulalang dijalan raya begitu kurang terlihat pengendara motor, begitu banyak orang tengah berjalan kaki. Ada yang duduk di halte bus, ada pula menuju ke stasiun kereta bawah tanah. Semua dengan kesibukkan masing-masing.
Awan mendengar ada suara teriakan namun ia tetap berjalan dengan santai, hingga seorang gadis di belakangnya tengah berlari dengan kencang ke arahnya, gadis itu melepaskan mantel miliknya dan memberikan pada Awan yang tengah berjalan di trotoar, ia menjadi bingung mengapa ia diberikan mantel gadis itu, kemudian pergi begitu saja.
Tiba-tiba, Awan langsung saja ditangkap oleh Noey yang baru saja berhasil mendekat dengan napas yang tersegal-segal.
"Akhirnya aku menangkapmu," kata Noey menggengam tangan Awan, napasnya masih tersegal-sagal.
Awan hanya terdiam menatap pria yang saat ini tengah menggengam tangannya, dari saku celana Noey mengeluarkan sebuah borgol dan ingin memborgol Awan. Namun, tangannya ditepis oleh Awan.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Awan.
"Tidak usa berpura-pura? Aku menangkap basah dirimu. Sebaiknya kau ikut denganku ke kantor polisi dan menjelaskan semuanya di sana,"
Awan menatap ke arah Noey. "Aku tidak melakukan kesalahan, dan untuk apa aku ikut denganmu?"
Noey yang mendengar hal itu hanya bisaa menatap ke arah Awan penuh kekesalan.
"Jangan membohongiku, aku tidak akan tertipu denganmu," ucap Noey kesal.
Melihat wajah pria yang begitu kekeh ingin menangkapnya, Awan begitu kesal. Ia tidak percaya pertama kali datang ke Seoul harus mendapatkan hal tidak menyenangkan seperti saat ini. Hal itu membuatnya tidak nyaman dan mencoba untuk menelpon. Namun, tangannya di cegat oleh Noey dan ponselnya pun di ambil.
"Kembalikan ponselku," ucap Awan.
"Tidak," ucap Noey dan memasukan ponsel milik Awan ke saku jaketnya.
Terjadi perdebatan di antara keduannya, Noey masih pada pendiriannya jika wanita di hadapannya saat ini tengah membohonginya.
"Sunbae-nim, apa yang kau lakukan?" tanya seorang pria yang baru saja menarik seorang gadis.
Pria itu pun tengah tergesal-segal, ia datang menghampiri Noey "Apa kau tidak melihat aku menangkap wanita yang meloloskan diri itu?" tanyanya menunjuk kea rah Awan yang saat ini tengah berdiri di hadapannya.
Pria yang baru saja datang itu melihat kea rah Awan dengan penuh kebingungan.
"Tapi dia tidak mengakuinya," kata Noey sambil memegang erat pergelangan tangan Awan dan memakaikan borgol.
"Sunbae, kenapa memborgolnya?" tanya pria itu lagi.
Noey melirik ke arah gadis yang tangannya kirinya telah di borgol oleh Noey. Tatapan bingung.
"Karena dia adalah pelakunya," kata Noey.
"Sunbae, sepertinya—"
Awan melepaskan kacamatanya, "anda menangkap orang yang salah, jadi bisa lepaskan borgolnya?" tanya Awan, nada bicaranya sangat dingin, tapi matanya memancarkan aura kesepian, kesedihan.
"Tunggu... jangan katakan, kau menangkap orang yang salah, Noey?" tanya seorang pria paruh baya datang dengan nafas yang tersegal-segal dengan membawa seorang gadis yang tengah di borgol olehnya.
Kemudian seorang pria datang lagi dengan membawa satu orang pria.
Neoy melirik ke arah dua orang yang baru saja di bawa oleh ketua timny dan salah satu juniornya di kepolisian. Ia melirik ke arah Awan, mereka berdua saling bertatapan satu sama lain dalam beberapa saat.
"Siapa dia?" tanya Noey yang menunjuk ke arah gadis yang ditangkap oleh ketua timnya.
"Ah, ini. Dia hanya pencuri kecil mungkin hanya ditahan saja, besok dikeluarkan lagi," kata ketua tim menjelaskan pada timnya. Kemudian Neoy melihat ke arah anggota timnya yang lain.
"Dia buronan yang kita kejar, sunbae menangkap orang yang salah," jelas anggota timnya.
"Sekarang bisa kau lepaskan borgolnya?" tanya Awan tapi Noey tidak bergeming sama sekali. Ia masih dalam pikirannya. "Apa yang kau lakukan? Bukankah kau harus melepaskan borgolnya sekarang juga?" tanya Awan dengan tegas.
"Sunbae apa yang kau tunggu? Lepaskan borgolnya, sunbae menangkap orang yang salah," kata juniornya membuat Noey tersadar dan membuka borgol yang dipasangnya.
"Kedepannya jangan asal menangkap orang," kata Awan sambil pergi dari tempat itu.
Seluruh anggota tim Noey melihat ke arah Awan yang baru saja pergi, mereka mengakui jika wajah Awan begitu cantik.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau menangkap orang yang salah?" tanya pria paruh baya sambil memukul belakang Noey.
Pria itu adalah ketua timnya.
"Mungkin No-sunbae menangkapnya karena wanita itu cantik," goda salah satu rekan Noey membuat pria itu menatap sinis ke arahnya.
"Kau ingin mati?" ancam Noey membuat juniornya itu meminta maaf.
"M-maaf sunbae, aku bercanda," kata pria itu.
"Sebaiknya kita kembali ke kantor,
Awan melanjutkan perjalanannya menyusuri trotoar jalan ketika bertemu dengan Noey yang memborgol tangannya. Seketika matanya tertuju pada sebuah toko.
Kring!
Clek!
"Eoseo oseyo," sapa pria itu mengatakan selamat datang dalam bahasa Korea ketika Awan baru saja membuka pintu toko. "Ada yang bisa ku bantu?" Tanya pria itu lagi. sambil meletakkan kamarenya ketika melihat Awan masuk ke dalam toko dan melihat beberapa barang di etelase
Senyuman selalu terukir diwajahnya, mungkin karena dia selalu melayani pelanggan membuatnya harus tersenyum. Tingginya sekitar 167cm, rambutnya tertata dengan rapi, hidungnya mancung, dia mengunakan kacamata bulat.
"Aku ingin model terbaru," kata Awan sambil melihat-lihat isi toko tersebut.
"Model terbaru, seperti besok baru masuk," katanya sambil tersenyum.
"Oh, jika seperti itu aku akan kembali besok," kata Awan. "Kamera yang bagus," Awan tengah mengomentari kamera tengah dipegangi oleh pria itu.
"Oh, iya. Aku akan memakainya saat memotret sebentar," katanya sambil tersenyum.
"Naeil boja," kata Awan mengatakan sampai bertemu besok dalam bahasa Hangul pada pria itu sambil keluar dari toko tersebut.
Bersambung …