Unduh Aplikasi
2% SWEET TRAP AND REVENGE / Chapter 5: BAB 5 BIAN JAYANTARA BAHUWIRYA.

Bab 5: BAB 5 BIAN JAYANTARA BAHUWIRYA.

Aretha membalas senyuman sang Ayah dan ia pun mengamini doanya.

"Aameen Yah," ucap Aretha yang mengaminkan doa sang ayah.

"Ayah yakin kakakmu pasti bangga kalau mengetahui kamu membuka usaha di rumah walaupun hanya jasa laundry," ucap Alfandy masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

Wajah Aretha berubah menjadi sendu saat sang Ayah menyinggung sang Kakak lagi.

"Kamu kenapa sayang? Kenapa wajahmu terlihat sedih begitu?" ucap Alfandy saat ia melihat wajah sang putri yang tadinya terlihat cerah berubah menjadi sendu.

"Ti…dak kok Ayah! Siapa yang sendu coba," ucap Aretha yang kembali terlihat ceria, yang tentu saja itu hanya sebuah kepura-puraan saja.

"Ayah mengenalmu sejak kamu lahir ke dunia ini sayang. Jadi Ayah tahu kamu sedang sedih atau senang, begitu pun sebaliknya," ucap Alfandy.

"Aretha hanya takut kalau Kak Akthar tidak akan setuju kalau Aretha membuka usaha jasa laundry," ucap Aretha yang berbohong pada sang Ayah.

"Oh! Karena itu. Kamu tenang saja, Ayah akan membantumu untuk meyakinkan kakakmu kalau dia tidak setuju dengan usaha jasa laundrymu," cap Alfandy pada Aretha.

"Jadi, kamu tidak perlu khawatir atau sedih ya?" tambah Alfandy.

"Terimakasih ya Yah," ucap Aretha seraya memeluk sang Ayah dengan erat.

"Sama-sama sayang, itu sudah menjadi tugas seorang Ayah untuk selalu mendukung anak-anaknya," ucap Alfandy seraya membalas pelukan sang putri.

"Sekali lagi terimakasih Ayah," ucap Aretha yang semakin mengeratkan pelukannya pada sang Ayah dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Alfandy yang merasakan bajunya yang terasa basah, dia pun mengurai pelukannya pada sang putri untuk memastikan apa yang tengah ia pikirkan.

"Loh! Kok kamu nangis sayang," ucap Alfandy seraya menghapus air mata yang membasahi pipi sang putri.

"Aretha sangat bahagia memiliki Ayah dan Kak Akthar yang selalu menyayangi dan mencintai Aretha dengan sepenuh hati," ucap Aretha yang membuat sang ayah tersenyum.

"Bukankah itu sudah seharusnya dilakukaan oleh seorang Ayah dan Kakak?" ucap Alfandy yang masih tersenyum pada sang putri.

"Iya, Aretha tahu. Tapi tetap saja, Aretha harus berterimakasih pada Ayah dan Kak Akthar," ucap Aretha.

"Iya deh. Ayah terima ucapan rasa terimakasihmu," ucap Alfandy seraya mencubit pipi sang putri dengan pelan.

''Oh iya! Ayah hampir lupa," ucap Alfandy pada Aretha.

"Apa yang Ayah lupakan?" tanya Aretha seraya menatap Ayahnya dengan tatapan penasaaraan

"Ayah lupa memintamu untuk menghubungi kakakmu, kapan dia bisa pulang. Masa Kakakmu itu belum pulang juga, ini sudah seminggu loh, Tha! Terlebih, dua hari yang lalu dia sudah berjanji akan pulang kemarin malam. Tapi, kenapa hingga sekarang dia belum juga pulang. Apa dia tidak merindukan kita?" ucap Alfandy dengan wajah yang terlihat sedih.

"Aretha kali ini kamu tidak boleh sedih, karena itu akan membuat Ayahmu curiga dan bertanya-tanya," batin Aretha dengan masih menatap sang Ayah yang terlihat sedih.

"Ayah kok bicara seperti itu, kalau kak Akthar mendengarnya, dia pasti akan merasa sangat sedih. Lagi pula, mana mungkin Kak Akhtar tidak merindukan kita berdua, Ayah pun tahu itu kan?" ucap Aretha yang membuat sang Ayah menganggukkan kepalanya.

"Bagaimana Ayah tidak berpikir seperti itu, Tha! Kakakmu tidak menghubungi kita seperti biasanya walaupun sesibuk apa pun dia," ucap Alfandy seraya menghela nafas panjang.

"Nanti kalau batrey handphone Aretha sudah penuh, Aretha akan menghubungi Kak Akthar," ucap Aretha yang kembali berbohong pada sang ayah.

"Bener ya? Nanti kamu hubungi kakakmu itu," ucap Alfandy dengan wajah yang berbinar.

Mau tak mau, Aretha pun dengan terpaksa mengangguk mengiyakan kata-kata sang Ayah.

"Kalau begitu, sekarang kita ke depan ya. Karena Ayah butuh udara segar, dengan begitu Ayah bisa cepat sembuh," ucap Aretha dan Alfandy pun mengangguk mengiyakan kata-kata sang putri.

Saat melihat anggukkan yang di berikan oleh sang Ayah, Aretha pun segera mendorong kursi rodanya menuju halaman rumah mereka untuk menghirup udara segar.

***

Sementara itu, Bian dan Naila terlihat baru saja memasuki Bahuwirya group yang tidak lain adalah perusahaan milik Bian. Saat Bian sudah memasuki ruangannya bersama Naila, tiba-tiba handphone milik Naila terdengar berdering.

"Siapa sayang?" tanya Bian saat Naila mengeluarkan handphonenya.

"Managerku sayang," jawab Naila seraya mengangkat sambungan telephone dari managernya, sedangkan Bian? Dia segera duduk di kursi kebesarannya dan menatap Naila yang tengah berbicara dengan managernya di telephone.

"Sayang, maaf sepertinya aku harus pergi sekarang," ucap Naila seraya berjalan menghampiri Bian.

"Memangnya kamu mau kemana hmm? Dan apa yang dikatakan oleh managermu itu sampai harus membuatmu meninggalkanku," ucap Bian yang mendramatisir.

"Lebay banget sih kata-katanya," ucap Naila seraya memeluk Bian dari belakang.

"Managerku mengatakan kalau hari ini aku ada pemotretan yang seharusnya aku free, malah jadwalnya dimajukan," ucap Naila yang masih memeluk Bian dari belakang.

"Alasannya apa? Apa yang membuat jadwal pemotretannya harus dimajukan?" cerca Bian yang membuat sang kekasih terkekeh geli dengan sikapnya.

"Aku juga tidak tahu sayang! Managerku tidak memberitahuku. Oleh karena itu, aku harus ke lokasi pemotretan sekarang untuk mengetahui alasannya," ucap Naila seraya melepaskan pelukannya pada Bian.

"Jangan cemberut dong sayang, kalau kamu cemberut terus, aku jadi tidak bisa fokus pemotretannya," ucap Naila seraya menatap Bian.

Bian menghela nafas panjang sebelum menimpali kata-kata sang kekasih.

"Ya sudah sana! Nanti kamu telat loh dan tenang saja aku tidak akan cemberut lagi," ucap Bian yang membuat Naila tersenyum semringah.

"Thank you sayang!" ucap Naila seraya mrngecup pipi Bian.

"Sama-sama, sayang," balas Bian seraya tersenyum saat Naila mengecup pipinya.

"Kalau begitu, aku pergi sekarang. bye sayang," ucap Naila seraya berjalan keluar dari ruangan Bian.

Bian terlihat mendengus kesal setelah sang kekasih benar-benar keluar dari ruangannya.

"Hhhh, baru saja aku mau berduaan dengan Naila. Tapi dengan beraninya, managernya mengganggu waktu kami. Manager sialan itu, meminta Naila untuk ke lokasi pemotretan, padahal awalnya hari ini Naila libur dan akan menemaniku seharian di kantor," gerutu Bian yang terlihat benar-benar kesal.

Karena merasa kesal, dia pun membanting beberapa dokumen yang berada di atas mejanya untuk melampiaskan rasa kesalnya.

"Beberapa menit yang lalu, Mamanya Naila yang membuat moodku rusak, karena dia memintaku untuk berkunjung ke rumahnya. Sebenarnya, bukan Mamanya yang membuatku enggan untuk ke rumahnya, melainkan Papanya. Karena dia pasti akan mencari celah untuk membuatku kesal dengan menceramahiku, dan sekarang managernya!" kesal Bian.

"Kita lihat saja nanti, apakah aku akan menginjakkan kakiku di rumahnya lagi dan apakah papanya akan menceramahi atau mengguruiku lagi."

TO BE CONTINUE.

Happy reading readers, jangan lupa collection, vote beserta reviewnya. Dan jangan juga follow ig author ya @idaflicka untuk melihat spoiler-spoilernya. Dan semoga kalian suka chapter hari ini yah.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C5
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk