Sebuah Perjalanan
Pagi ini Putri Jang hendak mengunjungi Ratu Ran setelah beberapa hari dirinya sempat mengurung diri dikamarnya. Ia membawa beberapa buku karyanya untuk sang sahabat. Ia menghentikan langkah sejenak bertanya kepada seorang kasim penjaga apakah Ratu Ran sedang ada tamu atau tidak. Karena ia tak mau mengganggu lebih tepatnya karena ia tak mau bertemu dengan Raja Joon.
Putri Jang membantu Ratu Ran mengganti pakaian merapikan rambutnya dan juga sedikit merias wajah Ratu Ran agar terlihat lebih segar.
"Ran lihat lah kau masih sama seperti dulu cantik dan anggun, duduklah di sini aku akan membantumu merapikan rambutmu." Putri Jang menyisir Rambut Ratu Ran betapa terkejutnya ia melihat helaian rambut yang tertinggal disisir begitu banyak. Putri Jang berhenti menyisir rambut Ratu Ran ia menyembunyikan helaian rambut
itu.
Deg... kenapa ini mengapa semakin lama aku menyisir rambut malah semakin banyak yang rontok. Ran apa yang sebenarnya terjadi padamu? batin Putri Jang sembari menyembunyikan helaian rambut yang rontok dibalik hanboknya lalu membuangnya tanpa sepengetahuan sang sahabat.
"Nah, sudah selesai Ran."
"Jang maukah kau menemaniku pergi ke taman?"
"Tentu saja... apa itu tidak apa apa? maksudku apakah tidak apa apa jika pergi ke taman?"
"Tentu saja tidak apa apa, kau tidak lihat aku sudah sehat seperti ini."
"Baiklah, tapi sebentar saja ya? aku takut Yang mulia Raja Joon marah kepada kita."
"Tunggu, mengapa kau masih memanggilnya begitu?"
"Apa?"
"Itu, Yang mulia Raja dia suamimu kan? panggil dia Joon saja atau kau bisa memanggilnya sayang seperti yang sering ku lakukan."
"Ran, a-aku aku tidak bisa itu terlihat tidak sopan dan lagi aku ini hanya sebagai pengganti saja tak pantas jika aku memanggilnya demikian."
"Jang maaf kan aku akibat sakitku kau kadi terluka diposisi seperti ini."
"Hei, bicara apa kau ini? aku bahagia, sangat bahagia. Aku sudah berdamai dengan hidupku dan menerima apa saja yang terjadi Ran, jangan fikirkan itu lagi yang terpenting kau harus sehat dan sembuh."
"Kau memang yang terbaik Jang."
"Kau terlalu berlebihan Ran."
Putri Jang menuntun Ratu Ran menyusuri lorong menuju ke taman istana. Mereka duduk di bangku taman didekat kolam ikan koi. Putri Jang dan Ratu Ran tertawa lepas dicelah obrolan mereka. Membuat seseorang yang memperhatikan mereka mendekat.
"Hormat hamba yang mulia Raja," sapa keduanya bersamaan.
Putri Jang hanya menunduk tidak melihat kearah depan sama sekali ia selalu mengalihkan pandangan dari Raja Joon karena masih sakit hati dengan ucapan Raja Joon tempo hari. Tak lama kemudian ibu suri dan yang mulia Raja Won datang dan ikut bergabung.
"Joon, Raja Timur mengundangmu dalam acara memperingati hari lahirnya sebaiknya kau mempersiapkan diri untuk besuk."
"Baik ayah, aku akan membawa serta istriku dalam perjalanan kali ini."
"Itu ide yang bagus, bawalah serta istrimu dalam perjalanan ini."
"Ya ibu, aku akan membawanya sepertinya kondisi Ran juga sudah membaik."
"Joon terlalu beresiko jika kau membawa Ran dalam perjalanan jauh, bukan kah dia baru pulih? alangkah baiknya kau pergi dengan Jang."
"Baiklah bu, aku tidak akan mengajak Ran. Aku akan pergi sendiri."
Mendengar ucapan Raja Joon yang secara halus menghindari Putri Jang membuat hati Putri Jang kembali sakit. Ia mengepalkan tangannya kuat kuat dibalik hanbok miliknya hatinya benar benar menjerit dan merintih sakit saat ini. Ia benar benar merasa terhina oleh perlakuan Raja Joon. Putri Jang menunduk dan larut dalam pikirannya yang tanpa sengaja tersadar oleh tepukan bahu Ratu Ran.
"Jang, bagaimana apa kau setuju?"
"Setuju? maksud hamba setuju untuk apa Yang mulia Ratu? maaf hamba tadi kurang menyimak."
"Kau ini bagaimana? masa tidak dengar Yang mulia Raja Won dan Ibu suri memintamu menemani Raja Joon pergi menghadiri pesta ulang tahun Raja Timur." ucap Ratu Ran membari menggembungkan pipinya.
"Tidak ada pilihan lain bukan? tentu saja hamba tidak akan bisa menolaknya Ratu, mengingat ini adalah sebuah tugas."
"Baiklah persiapkan dirimu Jang," ucap ibu Suri sembari tersenyum lembut.
Putri Jang mondar mandir didalam ruangannya sembari menggigit bibir bawahnya pelan dan meremas remas jemarinya.
"Bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan?" gumam Putri Jang lirih.
"Berdua dengannya? cihhh aku tak mau dan tidak akan pernah mau, aku masih sangat sakit hati padanya."
"Lalu aku harus bagaimana? bukankah aku tak punya pilihan lain?" Putri Jang kembali mondar mandir.
"Putri... apa yang terjadi? mengapa anda sepanik ini?" tanya Dayang Han yang baru saja masuk ruangan Putri Jang.
"Bibi Han." Putri Jang memeluk dayang Han erat mencari ketenangan di sana.
"Bi besuk aku akan pergi ke kerajaan Timur."
"Lalu? apa yang membuat putri panik dan gelisih?"
"Bi aku akan melewati perjalanan bersama Raja Joon."
"Benarkah? itu berita bagus putri, perjalanan bisa membuat putri lebih dekat dan intim dengan Raja Joon."
"Bi... jangan bercanda. Itu mustahil dia menolak pergi dengan ku secara terang terangan didepan ibu suri dan Raja Won. Ku rasa perjalan pertama ku ke kerajaan Timur akan menjadi neraka bagiku bi."
"Jangan berfikir demikian putri. Putri adalah Putri Jang hamba yakin putri bisa melaluinya dengan baik."
"bi, aku tak bisa bi, hatiku masih sakit aku masih sangat marah padanya."
"Putri bagaimana pun juga Raja Joon adalah suami putri... jadi maafkan lah Raja Joon putri" bujuk Dayang Han.
"Tidak untuk sekarang bi, aku belum bisa."
"Baiklah jika belum bisa tapi setidaknya berusahalah untuk memaafkannya putri."
"Iyaa bi."
Seorang pelayan utusan Dayang Han datang untuk mengantarkan sebuah teko berisi teh hangat kesukaan Putri Jang. Dayang Han menuangkan teh hangat tersebut kedalam cangkir lalu memberikannya kepada Putri Jang.
"Minum lah teh hangat ini putri agar perasaanmu sedikit membaik."
"Terimakasih bi."
"Sama sama putri, setelah ini mari kita menyiapkan keperluan putri untuk berkunjung ke kerajaan Timur."
"Iya bi, bantu lah aku menyiapkannya dan tolong berikan aku pendat hadiah apa yang pantas ku berikan untuk Raja Kwang bi."
"Baik putri nanti akan saya pikirkan."
Dayang Han membantu Putri Jang mempersiapkan keperluan yang dibutuhkan Putri Jang selama perjalanan. Kemudian memberikan saran tentang hadiah untuk Raja Kwang.
"Putri saya rasa perlengkapannya sudah cukup dan lengkap semua."
"Terimakasih bi, bibi memang yang terbaik."
"Apa pun untuk mu putri, untuk hadiah saya rasa Putri bisa memberi Raja Kwang sebuah lukisan bukan kah putri sangat jago dalam hal melukis karena saya pikir Raja Kwang tentu sudah memiliki semuanya disana, namun jika putri memberikan sesuatu yang tidak Raja Kwang punya beliau pasti tersanjung."
"Tapi jika lukisan biasa aku takut Raja Kwang akan tersinggung bi."
"Bukan kah putri punya tinta emas hadiah dari Raja Won, bagaimana jika putri melukis pemandangan istana dengan membubuhkan tinta emas diatasnya itu pasti sangat indah putri."
"Ya itu ide yang bagus bi, baiklah aku akan mulai membuatnya agar lekas selesai." ucap Putri Jang semangat.
Dayang Han menemani Putri Jang melukis sembari memberikan saran untuk Putri Jang. Tentu saja hal tersebut membuat Putri Jang senang. Sebuah lukisan pemandangan kerajaan Moon dengan corak emas berkilauan berhasil di selesaikan oleh Putri Jang malam ini. Ia meminta beberapa orang untuk memasangkan bingkai emas agar terlihat sempurna. Putri Jang memandang puas kearah lukisan yang telah ia buat ia kemudian mebungkus lukisan tersebut dengan kain sutra untuk kemudian ia persembahkan kepada Raja Kwang.