BELAJAR SIHIR !
Aku menggerakan tanganku mengikuti gambar yang ada di sebuah halaman buku sihir, ada peraturan yang harus aku taati ketika membaca dan mempelajari buku ini. Pertama, tidak boleh melihat halaman lain sebelum selesai halaman sebelumnya. Kedua, setiap halaman harus dicermati dan dipelajari dengan baik karena setiap halaman yang sudah terbuka akan hilang. Ketiga, setiap pelajaran yang sudah dipelajari tidak boleh diketahui orang lain harus dirahasiakan.
Itulah peraturannya yang tercantum dalam buku pertama ini, aku sendiri baru mencapai bab 3 tanpa penjelasan apapun, hanya gambar tangan yang bisa bergerak sendiri, itu artinya aku harus mengikutinya. Aku bingung apa maksudnya ini ya ? apa Herry Potter gitu juga ya belajarnya ha ..ha ...! aku istirahat dulu ah, haus ...
"Bi Minah kemana ya ? ko sepi ?" tanyaku kepada diri sendiri, kalau papa sama mama emang pergi di hari minggu ini.
"Mungkin lagi nyuci di atas !" ujarku, aku mengambil botol air putih dingin dari kulkas dan menuangnya ke gelas. Ah segarnya...
Aku pun duduk di kursi meja makan, tanpa sadar aku menggerakan tanganku gerakan yang tadi kupelajari, tanpa diduga satu buah apel melayang dari wadah tempat buah di atas meja ! apa ini maksudnya gerakan yang tadi itu? yang ternyata adalah untuk menggerakan benda ? aku hentikan gerakan tanganku dan apel terjatuh ke meja.
Beberapa kali aku menggerakan buah-buahan di meja makan dan semua melayang dan bergerak sesuai keinginanku.
"Non ?"
"BRUUGHH !"
Semua buah-buahan terjatuh! karena aku kaget ada yang menyapa. Aku melirik dan ternyata itu Bi Minah berdiri di pintu dapur.
"Eh bibi, tadi aku cari engga ada !" ujarku mengalihkan perhatian.
"Iya non, Bibi dari atas habis nyuci ! ada apa non ?" jelas Bi Minah.
"Engga anu, buatin es sirop Bi !" kata ku sambil membereskan buah-buahan yang terjatuh.
"Iya boleh non !" jawab Bi Minah tersenyum.
"Nanti bawa ke ruang tengah ya Bi !" kataku dan langsung pergi.
"Uh, syukurlah Bi Minah tidak lihat !" kataku dalam hati. Aku pun menuju ruang tengah dan duduk di sofa sambil memonton tv, tiba-tiba handphone ku berbunyi dan ternyata Dina.
"Na, lo sedang ngapain ?" tanyanya.
"Di rumah, engga kemana-kemana !" jawabku.
"Ke rumah dong, disini ada Rena loh !" ajak Dina untuk kerumah dia.
"Sorry, Din ! Pak Udin lagi nganter nyokap sama bokap pergi !" jawabku, Bi Minah datang dan menaruhnya es sirop di meja.
Dan terjadilah obrolan seru antara aku, Dina dan Rena bergantian. Berbagai gosip kita bicarakan, tak terasa es sirop habis diminum, aku sebenarnya pengen minum lagi enak sih ! tapi males rasanya ke dapur. Aku hanya memegang gelas kosong di tanganku. Akhirnya pembicaraan pun selesai dan ku simpan handphone ku letakan gelas di meja tanpa di duga sirop kembali penuh. Aku tertegun tadi tanpa sadar ku usap gelas itu dan kini terisi kembali.
Sepertinya aku harus hati-hati atas permintaanku, karena bisa saja apapun yang ku inginkan bisa diwujudkan dengan sihirku. Aku pun meminum sirop itu dan menuju dapur untuk menyimpan gelas, setelah itu kembali ke kamarku untuk istirahat.
-------------------
"Na, lo lihat deh !" Dina menyenggol pundakku dan matanya menatap ke arah tengah lapangan, di sana ada sekelompok anak lelaki yang sedang bermain bola.
"Maksud lo si Dodi ?" tanya Rena, dan memang anak itu sedang bermain pula.
"Buat apa lihatin dia, Wahyu dong !" bisiknya. Dan harus diakui Wahyu termasuk cowol populer di kalangan anak cewek, karena ganteng dan pintar.
"Awas !" sebuah teriakan terdengar, aku melihat sebuah bola melayang ke arah kami. Secara reflek tanganku seperti mengibas, bola seperti melenceng jauh dari target, semua terkejut. Dodi datang mengambil bola.
"Lo sengaja ya !" teriak Dina marah.
"Yey, bukan gue kali tuh si Robi !" dia menunjuk ke arah temannya.
"Udah lo jangan banyak alesan ! yuk kita pergi !" ajak Dina kepadaku dan Rena. Dodi menatap kami dengan heran.
"Ada apa bro, lo ko malah bengong !" sapa Robi.
"Gila lo ya, gue yang di salahin lagi !" ucapnya marah.
"Ya jelas aja, lo sering berbuat jail !" jawab Robi sambil nyengir dan mengambil bola dari tangan Dodi.
"Aneh, kok bisa melenceng ya ? gue kira bakalan kena !" Dodi heran.
"Udah ah, ayo main lagi !" Robi menepuk pundak Dodi. Dia pun pergi dengan masih heran.
Dada gue berdebar, karena tindakan spontan tadi, untunglah dua temanku tak perduli dengan apa yang aku lakukan. Kita pun kembali ke kelas. Waktu tak terasa sekolah pun telah usai, aku pamitan kepada kedua temanku untuk pulang.
Aku sekarang sedang berada di kamarku, aku menyadari mungkin ini ilmu sihir paling dasar yang kupelajari sekarang. Aku terus merasa tertantang untuk mempelajari semua ilmu sihir yang ada di buku satu ini. Dan makin lama makin sulit gerakan tangan yang aku pelajari, walau pada akhirnya aku tahu makna dari gerakan tadi, dari menggerakan benda, menghilangkan dan merubahnya.
Tak terasa sudah 3 bulan aku mempelajari buku pertama dan kini sudah selesai aku pelajari, tapi ketika aku membuka buku kedua, aku terkejut karena kosong tidak ada tulisan apapun aku tertegun. Mungkinkah hanya buku pertama dulu yang ku pelajari sekarang ini ? mungkin saja berdasarkan umur baru boleh berlanjut ke buku ke dua dan selanjutnya? Aku tidak tahu, mungkin saja...
Hari ini aku dan dua temanku berencana jalan-jalan ke Dufan, ya apa salahnya sih ! buat seru-seruan doang. Aku menatap pakaian yang ku kenakan celana jeans, sepatu ketsku dan baju kaos karena pasti gerah dan panas. Ku biarkan rambut coklatku tergerai, ini rambut asliku dulu banyak yang mengira ini cat rambut, sedang rambut hitam adalah yang asli tapi terbalik alias cuma di cat. Aku sengaja mencat rambutku hitam karena sering di bully bule dan itu sejak SD baru SMP ini kembali ke rambut asliku.
Tapi entah kenapa, aku memutuskan untuk merubah rambutku kembali seperti sekarang menjadi pirang, dengan hanya mengusap rambutku dengan telapak tanganku semua langsung berubah, aku menjadi semakin bule kalau seperti ini tapi tak mengapa.
"Pagi mah, pa !" sapaku di hari minggu ini. Kedua orang tuaku terkejut bukan main melihat gaya rambutku.
"Astaga Ana ! kamu apain rambut kamu !" tanya mama.
"Emang kenapa ma ? bagus engga ?" kataku sambil bergaya bak model.
"Ana ... Ana .. !" papa hanya menggeleng melihat penampilanku seperti ini.
"Ya sudah, nanti kamu rubah lagi rambut kamu !" mama akhirnya pasrah.
"Iya, mah ! ini hanya cat rambut doang kena air luntur kok !" jawabku dan aku pun sarapan pagi. Handphone pun berdering itu dari kedua temanku.
"Mah, pa ! Ana pergi dulu ya !" pamitku kepada kedua orang tuaku.
"Hati-hati ya, jangan terlalu malam !" pesan mereka, aku mengangguk.
Mereka telah menungguku di depan rumah, mereka menolak turun karena pasti diajak sarapan karena sudah di rumah masing-masing. Dan seperti, telah aku duga mereka terkejut melihat penampilanku yang ngejreng karena rambut pirangku.
"Oh my ... lo apain rambut lo berubah kaya berbie gini !" ujar mereka.
"Gue lagi gabut, pengen aja di pirangin ! toh teman-tenan di sekolah sering menyebut gue bule ! sekalian aja seperti orang bule asli !" jelasku, sambil mengusap rambutku.
"Bukan kita kali ! tuh si Dodi !" jawab Dina dan Rena mengangguk.
"Tapi lo tetap cantik ko Na !" puji Rena sambil tersenyum, Dina pun setuju.
"Ya udah, yuk pergi !" kataku dan kami pun pergi.
Bersambung ....